Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13

= Selamat Membaca =

*************************





Anin sudah di perbolehkan pulang kerumah nya malam ini.  Dokter menyarankan agar anin istirahat di rumah sampai 2 hari kedepan dan setelah itu baru boleh masuk sekolah.

Hal itu membuat anin mendengus, anin sudah bosan. Anin sudah ingin sekolah, menatap kosong papan tulis, melempar kertas ke kepala aya dan angel, mencoret meja dengan tipe-x atau minimal makan somay dikantin.

Anin tiba di rumah nya setelah di jemput oleh sang mama, tentunya diantar shani dan gracia.

"Abin, kamu istirahat ya. Makan yang bener, biar cepet pulih" ucap gracia

Anin tersenyum "loe gak nginep?"

Gracia menggeleng "besok pagi sekolah nin"

Anin hanya menatap dengan kecewa.

"Aku nanti pasti jenguk kamu, muka nya gak usah kaya mau aku tinggal jadi tkw deh"

Anin terkekeh lalu memukul pelan bahu gracia.

"Boleh peluk?" Ucap anin ragu. Masalahnya shani juga sedang berada dikamar anin saat ini.

Seolah mengerti keraguan anin, gracia segera menarik anin dalam pelukan nya. "Aku pulang dulu ya"

Gracia melepas  pelukan nya lalu menatap lembut anin. "Cepet sehat ya"

Gracia melangkah menuju shani yang berjarak 1 meter dari tempatnya.

"Cepet sehat nin" ucap shani datar. Sementara Anin hanya mengangguk.

"Ayo pulang" ajak shani pada gracia.

Gracia berjalan mendahului shani, otomatis shani yang menutup pintu. Kening shani sedikit mengkerut ketika mata nya tak sengaja menangkap senyuman anin yang menurut nya penuh arti, sebelum benar-benar merapatkan pintu kamar anin.

Shani hanya berusaha berpikir positif. Tanpa menghiraukan apapun shani pamit pada mama papa anin yang kebetulan sedang di ruang tamu.

Suasana hening tercipta sesaat setelah mesin mobil shani menyala, tak ada percakapan apapun dari kedua gadis cantik yang masing-masing terperangkap pada pemikiran yang akhir-akhir ini hinggap di kepala mereka.

"Sayang"

Gracia tak kuat dengan kondisi ini, gadis nya sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda akan memulai percakapan, bahkan bisa gracia lihat, wajah datar nya semakin datar, kaya triplek di amplas.

Shani menoleh "mm?" Gumam nya sebagai jawaban

"Kamu marah??"

Shani menggeleng pelan.

"Terus kenapa diem?"

"Kamu mau makan malem dimana ge?"

PENGALIHAN ISU!!.

gracia memutar bola matanya malas, ditanya malah balik nanya.
"Aku mau makan kamu" ucapnya tak santai lalu membuang pandangan nya kesamping.

Shani tersenyum dalam hati. Kadar keUwuan gracia akan bertambah jika sedang misuh-misuh seperti sekarang ini. Karena gadis itu akan menggumam sumpah serapah, umpatan atau entahlah namanya apa yang bahkan shani tidak mengerti. Shani hanya menyimpulkan bahwa gadisnya sedang tutorial kumur-kumur.

Shani membelokkan mobil nya ke sebuah restoran shusi yang masih cukup ramai. Mematikan mesin mobil, melepas sabuk pengaman lalu keluar tanpa berniat mengatakan apapun.

Gracia menggeram kesal karena merasa di acuhkan.

Shani berjalan memutar ke depan, membuka pintu mobil penumpang lalu membuka sabuk pengaman yang dikenakan gracia.

Shani sedikit membungkukan badanya ke arah gracia "bersediakah  Tuan Putri makan malam bersama saya?"

Shani berucap sambil mengulur kan tangan nya, membuat gracia mengulum senyum nya. Semburat merah kembali muncul di wajah cantik nya membuatnya sedikit salah tingkah.

Shani selalu tau cara menaklukan nya.

Gracia menyimpan tangan nya diatas telapak tangan shani yang terulur, perlahan shani menggenggam nya lalu mengecup lembut punggung tangan gracia.

Gracia turun dari mobil, dengan sekali gerakan shani menutup pintu mobil lalu menggandeng gracia masuk ke restoran.

"Kamu manis banget sih"
Puji gracia saat beberapa kali shani menampilkan senyuman nya untuk gracia.

"Apanya?" Tanya nya polos

"Senyum terus, kan akunya jadi salting"

Shani kembali tersenyum

"Tuhkan, aku meleleh! Bunuh aku dengan cintamu shani"

Shani malah terkekeh dengan ke alayan gadis yang tadi merajuk padanya ini.

"Kamu tau kenapa aku senyum terus?"

Gracia menggeleng

"Karena alasan aku untuk selalu tersenyum ada di hadapan aku"

Lagi. Wajah gracia memanas. Kembali memerah seperti kepiting yang di rebus. Sejak kapan kekasih nya beralih menjadi kang gombal begini ? Aahhh gracia sukaaaaaa!

Gracia memukul pelan tangan shani yang ada di meja, menutup rasa malu nya agar tidak terlalu di ketahui oleh shani. Tapi kan percuma, wajahnya aja sudah merah kok.

"Muka kamu ngalahin tomat merahnya"

"Iiihhhh shani" gracia menutup wajahnya dengan kedua tangan nya. Membuat shani tertawa cukup keras. Hal yang mungkin terjadi sejuta tahun sekali.

Gracia dengan cepat menghabiskan makanan nya. Ia lupa bahwa ada tugas yang harus di kumpulkan besok pagi, dan dia belum mengerjakan nya satu pun. Mampus !

Shani mengemudikan mobil nya dengan kecepatan sedang, tak peduli dengan gracia yang terus menggerutu, atau menyuruh nya mempercepat kecepatan mobilnya.

Padahal ia sendiri yang suka marah-marah kalo shani ngebut. Cewek mah gitu serba salah.

Shani menghempaskan tubuhnya ke sofa, rasanya lelah sekali berkendara cukup jauh. Mengingat ia sudah jarang bepergian jauh dengan mobil, karena jarak ke kantor nya memang cukup dekat. Sementara gracia sudah ngacir ke kamar.

Shani beranjak ke kamar, menatap sekilas mahluk Tuhan yang kini sibuk mengeluarkan isi tasnya. Shani sampai saat ini  masih tidak mengerti mengapa gadis nya itu senang sekali di buli. Setiap shani bertanya, jawaban nya sama 'seru aja!'. Seseorang tolong katakan pada shani, letak seru nya dimana?

Apa gadis itu tidak berfikir bagaimana lelah nya shani ketika harus selalu jadi bayangan vienny saat harus menjaganya?

Tapi bukan kah itu sudah keputusan shani juga?

Shani bahkan masih ingat, bagaimana antusias nya gracia ketika pertama kali dibuli. Matanya menyiratkan kebahagiaan ketika menceritakan bagaimana ekspresi vienny saat membentaknya, memarahinya, bahkan menyiram nya dikamar mandi dengan air kran.

Bodohnya Vienny tidak menyadari tatapan penuh arti dibalik kacamata tebal yang gracia gunakan.

Shani bahkan masih ingat dengan jelas, ketika malam hari mereka berbincang, dan yang gracia tanyakan adalah 'besok vienny bakal ngapain aku ya ? Aku bawa baju ganti ah. Siapa tau disiram lagi'

Tolong katakan pada gracia ini bukan sebuah lelucon. Gracia berucap seolah dia akan pergi ke suatu wahana lalu berenang disana. Girang sekali.

Tapi bagaimanapun gracia tetap gracia, gadis yang mencuri seluruh hidup shani. Seolah gracia adalah jantung shani, dan jika jantung itu berhenti berdetak. Maka shani akan mati.

Tak ingin terlalu larut pada pemikiran nya, shani beranjak kekamar mandi. Membersihkan dirinya, mengguyur tubuhnya agar kembali segar, dan bisa berfikir jernih.

30 menit kegiatan shani selesai. Mata nya menatap ke arah gadis yang sibuk menulis entah apa di bukunya.

Tak ingin mengganggu kegiatan gracia, shani memilih ke dapur. Membuat 2 gelas coklat panas untuknya  dan gracia tentunya.

Shani menyimpan 1 cangkir di meja, lalu beranjak membawa satunya lagi ke meja belajar gracia.

"Belum selesai?" tanya shani lembut sambil menyimpan cangkir nya di dekat gracia.

"Dikit lagi sayang, makasih "

Shani mengangguk, ia mengerti jika gadis nya sedang serius. Karena raut wajahnya menyiratkan itu. Bahkan tak sedetik pun ia menolehkan pandangan nya kepada shani.

Tak mau ambil pusing, shani berjalan ke arah meja kerja nya. Mengambil laptop lalu beranjak ke tempat tidur. Memangku laptopnya sambil menyandarkan punggung nya di sandaran kasur.

Jemari lentik nya menari dengan indah di atas keyboard, sesekali ia memijat keningnya melihat beberapa file yang masuk lewat emailnya. Laporan keuangan perusahaan.

Di usia yang memang terbilang masih sangat muda, tanggung jawab shani sudah seperti orang dewasa. Semenjak keputusan nya untuk meminta gracia pada kedua orang tuanya, shani harus membagi waktu antara sekolah, gracia dan juga pekerjaan nya. Itu salah satu syarat yang diajukan orang tua shani ketika shani hendak minta izin untuk meminta gracia.

Shani bahkan masih ingat dengan jelas kalimat yang dilontarkan papa nya malam itu. 'Silahkan urus satu perusahaan papa, karena gak mungkin kamu meminta anak orang tanpa memiliki apapun. Jika kamu sanggup maka malam ini juga kita berangkat'

Shani tidak pernah menyesali keputusan nya, semenjak ia bertemu gracia dan jatuh hati padanya. Sejak saat itu shani sudah berjanji akan selalu menjaga gracia.

Di usia yang memang masih rentan, shani selalu berusaha agar bisa membawa dampak positif bagi gracia. Bahkan jika orang berfikir bahwa shani pernah menyentuh gracia, jawaban nya tidak. Shani tidak pernah sejauh itu.

Hal paling jauh yang shani lakukan hanya sebatas ciuman panas, kismark itu bonus. Sekalian stempel bahwa gracia sudah menjadi milik shani.

Shani bahkan masih ingat bagaimana ekspresi terkejut dari orang tua gracia. Anak kesayangan mereka yang mereka jaga dari kecil, diminta begitu saja saat masih remaja dan oleh anak SMA.

Bahkan shani masih ingat kalimat yang papa gracia ucapkan pada shani sebagai ultimatum. 'Jika suatu saat kamu tidak mencintai nya lagi, jangan menyakitinya. Jangan katakan apapun padanya. Cukup temui aku lalu katakan padaku bahwa kamu menyerah. Biar aku yang membawa pulang kembali putri kecil ku'

Shani bahkan masih merekam jelas bagaimana papa gracia menitikkan air mata setelah mengucapkan kalimat itu.

Dari detik itu juga shani berjanji akan menjaga gracia dengan nyawa shani sebagai taruhan nya.

"Shani bucin nya gracia"







= Tbc =


-Semanis Gracia, Selembut Shani-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro