Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12







=Selamat Membaca=

********************










"Gre.. gue bosen"

Gracia menaikkan sebelah alisnya "terus?"

"Mau jalan-jalan"

"Ke taman samping aja tapi ya, jangan jauh-jauh"

Anin mengangguk antusias.

"Shani" panggil gracia membuat gadis itu menoleh langsung.

"Apa sayang?"
Ucap nya lembut membuat gracia diam sejenak.

"mmm itu..mmm Boleh pinjemin kursi roda? Mm.. Anin mau ke taman" ucap nya agak ragu.

Tanpa bantahan apapun shani mengangguk, lalu berjalan keluar dari kamar inap.

Tak lama shani masuk dengan satu kursi roda. Dan mendorong nya ke arah anin.

"Gue bisa sendiri" tolak anin ketika shani hendak membantunya pindah ke kursi roda. Membuat shani mundur 2 langkah.

"Sama aku aja ya" bujuk gracia.

Anin mengangguk, membuat shani memutar bola matanya.

Gracia dengan perlahan mendorong kursi roda anin, sambil sesekali saling melempar guyonan membuat keduanya terbahak.

Kini anin dan gracia tiba di taman, gracia duduk di kursi taman sementara anin masih di kursi roda nya.

"Seger banget" ucap anin sambil merentangkan tangan nya.

"Pelan-pelan itu infus masih nempel" tegur gracia membuat anin cengengesan.

"Tumben gak panas banget ya?"

"Iyaa lah, masih agak pagi. Bentar lagi juga panas"

Anin menyetujui ucapan gracia. Pandangan nya menyusuri sekeliling taman rumah sakit. Pandangan nya jatuh pada sosok yang kini duduk sambil melipat tangan di dada tak jauh dari tempat anin dan gracia berada.  Memandang dengan tatapan datar ke arah anin dan gracia.

"pacar loe gak bisa banget ya gak ngikutin loe sedetik aja?" Anin mencebik menatap tak suka pada shani.

"Ya kan jagain kita"

"Jagain loe tepat nya"

Gracia mengangguk "iyaa jagain aku dan anin"

"Ish! Apa bedanya ?"

Gracia tertawa melihat kekesalan anin.

"Dia ngeliatin gue kaya mau nelen gue tau gak" ucap anin jujur

Gracia terkekeh "perasaan kamu aja nin, aku yang di tatap dia biasa² aja tuh" ucap gracia "malah gesrek yang ada" tambah nya dalam hati, karena gracia tidak setega itu pada anin.

"Gree.."

"Apa nin?"

"Apa gue harus jadi kaya shani biar loe suka sama gue?" Tanya anin lirih, tanpa memandang gracia sedikit pun. Bahkan kini ia menunduk, menatap kaki nya yang tanpa alas.

"Anin dengerin aku. Aku mencintai Shani karena dia shani, bukan karena dia orang lain. Dan kalaupun ada seseorang yang bisa seperti shani, aku gak yakin bisa suka sama seseorang itu. Karena dia tetap bukan shani"

"Apa gak ada kesempatan buat gue sedikit pun gre?"

Gracia diam sebentar, mencari kalimat yang tepat untuk ia ucapkan pada anin. Susah emang, susah banget bikin anin ngerti.

"Aku tidak pernah berniat memberi siapapun kesempatan. Dan aku tidak pernah terfikir untuk membuka hati aku selain untuk shani"

Anin semakin menunduk, sakit. Sakit banget rasanya.

"Apa yang dia punya sementara gue enggak gre? Bilang sama gue apa yang mesti gue lakuin hiksss"

Gracia berdiri. berjalan ke hadapan anin, lalu membungkuk untuk menarik anin ke dalam pelukan nya.

"Maaf nin, maaf. Aku gak pernah maksud bikin kamu kaya gini, ini diluar kendali aku"

Gracia berusaha menenangkan anin, sesekali menggumam kata maaf sambil mengelus punggung dan kepala anin. Membuat shani yang melihat adegan itu semakin membuat ekspresi datar.

Seseorang tolong beri tahu shani dimana dia bisa membeli stok sabar yang unlimited.

Jujur saja shani ingin menarik gracia yang sedang memeluk anin  sekarang juga. Tapi untung saja otak shani masih bisa berfikir dengan baik. "Sabar shani, anin lagi sakit. Kalo diajak ribut nanti pingsan lagi" batin shani.

"Kenapa loe gak jujur dari awal gre?"

Gracia diam, sejauh ini gracia memang belum menceritakan tentang alasan dia berbohong.

Gracia melepas pelukan anin, menghapus air mata di pipi anin dengan kedua ibu jari nya.

Gracia kembali duduk di kursi samping anin. Setelah anin benar-benar tenang dan tak lagi menangis. Gracia Perlahan Menarik nafas dalam-dalam sebelum menjelaskan sesuatu pada anin.

Sementara shani. Dia beranjak berjalan ke arah anak kecil yang baru saja jatuh ke rumput karena tersandung kaki nya sendiri. Dengan sigap shani menggendong anak kecil itu, memastikan bahwa anak kecil itu tidak terluka.

Kembali pada anin dan gracia.

"Sejak kecil, hidup aku sudah serba berlebihan nin. Keluarga ku memberikan apapun yang aku mau tanpa pernah menolak nya. Aku itu ibarat sebuah pesawat yang bisa terbang kemana saja, tapi jangan lupakan bahwa ada yang mengatur setiap arah yang harus aku lalui. Semua hal tentang ku selalu di pertimbangkan dan segala sesuatu nya sudah di atur sedemikian rupa. Kemana mana harus diantar kepercayaan papa, jika aku tidak mau, mereka akan tetap mengawasi aku dari jarak agak jauh sehingga kadang membuatku tidak nyaman"

Gracia mengambil nafas sebentar.

"Hal itu malah membuat aku bosan dengan hidup ku sendiri, aku muak dengan segala rutinitas monoton yang aku jalani setiap harinya. Aku tumbuh menjadi gadis yang tidak bahagia, padahal sekeliling ku memberikan ku segala kebahagiaan. Tapi itu tak cukup membuat aku bahagia, bahkan hanya untuk sekedar tersenyum sepertinya sangat sulit.
Sampai pada saat itu aku bertemu shani saat pertemuan di hotel papa. Dia yang mengubah semua dunia ku, membuat nya lebih berwarna, lebih manis dan indah"

"Tapi seolah kebahagiaan itu tak cukup, Aku meminta kepada papa untuk pindah sekolah, aku ingin menjalani masa remaja ku seperti remaja pada umumnya. Bahkan aku tidak mengerti pemikiran bodoh ku muncul dari mana, aku penasaran bagaimana rasa nya di bully. Aku ingin merasakan sensasi ketika seseorang memandangku lemah, tak punya kekuatan bahkan seolah bisa jadi bahan permainan. Saat itu orang tua ku menolak keras. Tapi aku lebih keras kepala lagi. Akhirnya mereka menyerah, itu juga dibantu shani yang meyakinkan mereka bahwa aku akan baik-baik saja dibawah pengawasan shani. Dan setelah itu mereka  mengijinkan ku pindah ke sekolah yang sama dengan kamu. Dan kamu tau lah ending nya kaya gimana pas aku ketemu vienny"

"Aku suka ketika melihat tatapan yang penuh percaya diri, padahal dia takut jika sedang sendiri. Lalu tatapan seolah dia paling berkuasa. Seolah hanya dia yang bisa. Seolah hanya dia yang paling wah. Aku menikmati setiap proses nya, apalagi saat pertama kali aku di siram air di kamar mandi, aku merasakan sensasi berbeda. Aku seperti merasakan sesuatu yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Seperti ini rasanya jadi korban bully. Semenjak itu aku memutuskan untuk menikmati peran ku sebagai gadis langganan bully."

Gracia menatap anin sebentar "dan kalo masalah shani, aku yang minta dia untuk merahasiakan semuanya, dan aku yang minta untuk pura-pura tidak mengenal ku jika kita sedang di sekolah. Satu hal yang harus kamu tau nin, aku gak pernah bohong kalo aku udah anggep kamu sahabat aku. Kamu sahabat terbaik yang aku punya nin"

Gracia tersenyum miris diakhir cerita nya ketika melihat tatapan kosong anin.

"Loe gila"

Gracia tercengang dengan respon anin. Gracia menjelaskan sepanjang jalan Tol, sementara tanggapan nya hanya, loe gila.?

"Iyaa aja nin  biar cepet, gue emang gila"

"Terus, shani setuju gitu aja sama permintaan loe?"

Gracia menggeleng  "enggak lah, debat dulu 3 hari. Aku mogok makan seharian dan aku diemin dia seminggu. Abis itu baru di izinin. Syarat nya aku harus tinggal sama dia. Dan papa mama langsung kasih lampu ijo"

"Sepercaya itu orang tua loe sama shani?"

Gracia tersenyum ketika pandangan nya beralih pada shani yang kini bermain dengan anak kecil yang di tolong nya tadi.

"Kamu lihat dia sekarang?"
Tunjuk gracia pada shani yang sibuk menggendong anak kecil tadi.

"Dibalik sikap dingin nya, dia menyimpan kehangatan yang tak pernah orang lain bayangkan. Sikap cuek nya malah menjadi magnet yang siap menarik siapapun agar selalu menatap ke arah nya. Yang paling penting adalah, dia akan menjelma menjadi manusia paling sabar ketika menghadapi sikap ke kanakan aku, sikap aneh aku, bahkan sikap bar-bar aku yang gak jarang bikin di pusing setengah mati."

"Yang paling bikin papa mama kagum adalah, dia sendiri yang dengan percaya diri datang meminta aku kepada keluargaku. Tak hanya itu, Masih banyak hal lagi tentang shani yang bisa membuat papa mama yakin untuk melepas aku buat shani"

Belum sempat anin menanggapi kalimat gracia, kini Gracia dan anin kompak menatap ke arah anak kecil yang tadi bersama shani, sedang berjalan ke arah mereka. Anak perempuan itu membawa setangkai bunga berwarna putih, entah bunga apa itu, Gracia bahkan tidak tau. Anak kecil itu kini berlari kecil, Deretan gigi putihnya terlihat ketika anak kecil itu tersenyum lebar.

Gracia tau anak itu sedang menuju ke arahnya, segera ia berlutut saat anak kecil itu tiba. Anak kecil itu tersenyum kembali sambil menyodorkan bunga di tangan nya.

"Kaka tantik, ini dali cani"
Ucap nya cadel membuat gracia sangat gemas. Gracia mengambil bunga itu Lalu memeluk anak kecil itu sekilas dan mendaratkan beberapa ciuman di pipi gembul nya.

Anak itu tertawa geli ketika pipinya di cium gracia. "Bilang makasih buat cani" ucap gracia menirukan ucapan anak kecil itu.

Anak itu mengangguk, berbalik lalu berlari kearah shani yang kini sedang berlutut juga sambil merentangkan kedua tangan nya menyambut anak kecil itu, tak lupa senyuman tipis shani tunjukkan ketika matanya bertemu dengan mata gracia.

Gracia kembali duduk, menatap sekilas bunga yang ia yakini shani petik di dekat pohon besar di dekatnya.

"Shani itu punya segala nya Nin. Apapun yang aku minta bisa dia kasih. Tapi dia selalu mencintai aku dengan sederhana, contohnya kaya bunga ini, dan karena kesederhanaan nya itu, membuat aku berulang kali jatuh cinta padanya"
Gracia tersenyum hangat diakhir kalimatnya, beberapa kali dia menatap ke arah shani lalu kembali menatap bunga di tangan nya.

Anin menghela nafas, rasanya sakit ketika mendengar semua penuturan gracia tentang shani, seolah Shani adalah manusia paling Sempurna di mata gracia. Anin akui shani memang sempurna. Tapi bukan kah shani juga manusia yang memiliki kelemahan? Anin akan mencari tau titik lemah itu. Anin tidak akan menyerah untuk memperjuangkan cinta nya, tak peduli berapa puluh shani pun akan dia hadapi demi gracia.

"Anin Cuma mau gracia"




= Tbc =

-Semanis Gracia, Selembut Shani-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro