Kuntum 18 - 第十八章
Jun Lei Han menerima setumpuk qing shu lagi, dengan jenuh, ia lemparkan benda itu ke dalam tasnya, berencana membacanya nanti. Walaupun ia sangat lelah atau terkadang merasa tidak perlu membacakan surat penggemarnya, tapi adakalanya ia perlu melakukannya. Kata ibunya dulu, mungkin cara terbaik untuk menghargai penggemar adalah menerima pemberian spesial mereka terutama seperti surat-surat itu. Meskipun Lei Han tidak membacanya, tapi menerima surat itu saja menurutnya sudah cukup. Karena yang terpenting ia tulus menghargai mereka sepenuh hati.
Ban Xiao Song cepat-cepat kembali ke kursinya karena tepat setelah memberikan surat itu, kelas Zhao laoshi di mulai. Gerombolan mahasiswa sekonyong-konyong masuk bersamaan dengan pria itu, mengisi kelas yang sepi seketika penuh kembali. Beberapa menit mulai kondusif, pria yang berdiri di depan mimbar itu memulai pengumuman.
"Secara resmi, cerita pendek akan di pimpin dua sutradara terbaik menurut pilihanku. Semester ini akan ada Yan Zi Wei," jeda sejenak, memberi ruang kepada seluruh mahasiswa mendesah rendah memandang gadis di depan kelas yang tersenyum miring, "dan Federica Lynn." Entah kenapa, nama itu kian membuat suara desah itu membesar. Brandon Jun melirik gadis yang duduk dua meja agak ke kiri dari depannya. Punggung gadis itu menegap, wajahnya terangkat dari buku yang sedari tadi digenggamnya. Tanpa sadar, Brandon tersenyum tipis.
Zhao laoshi memandang keduanya sejenak, lalu menyuruhnya bangkit, membawa masing-masing premis skenario untuk dipresentasikan. Yan Zi Wei berdiri penuh percaya diri, sementara Lynn tersenyum ragu, beranjak ke depan kelas membawa beberapa lembar catatan.
Semua orang hening sejenak, perhatian tertuju ke arah dua gadis itu. Yan Zi Wei dan Lynn berdiri sebelahan. Walau dari segi penampilan Zi Wei dan Lynn sangat berbeda, tapi jika sebagai sutradara, Jun Lei Han melihat itu sempurna. Zi Wei pintar dalam sudut kamera, sound, dan segala hal berkaitan dengan teknis, sedangkan Lynn bersaing dari segi psikologis cerita. Keduanya sangat sempurna jika digabungkan. Tapi, namanya sekolah, pasti ada kelebihan dan kekurangan. Zhao laoshi berseru, menyuruh keduanya memulai presentasi.
Di mulai dari Lynn dengan suara yang agak pelan namun tegas, menampilkan karakter kepemimpinannya di depan kelas. Berbicara penuh percaya diri, tatapan matanya mantap, dan nada bicaranya yang lembut agak kaku itu sangat terdengar meyakinkan. Meski selama ini Lei Han merasa Lynn selalu agak pemalu, tapi jika memainkan pekerjaannya, ia tidak seimut itu. Lynn bisa jadi sangat profesional dan cekatan.
Mahasiswa serempak mengangguk, saling berbisik dan berkomentar ketika Lynn selesai menjelaskan premis dan sinopsis skenarionya. Lagi-lagi tentang seorang pangeran rahasia dan dewi cantik abad Dinasti Qing. Awalnya Brandon mengira skenario Lynn lebih ringan seperti drama China pada umumnya, tapi ternyata, Lynn mengambil tantangan tersendiri dalam pembuatan film pendek kali ini.
"Kau yakin dengan tema tersebut, Lynn?" Terdengar suara Zhao laoshi. Lynn menoleh singkat ke arah pria itu kemudian tersenyum yakin. "Ya, laoshi. Aku dan Luo Yi sudah memikirkan segalanya dengan matang, kau tidak perlu khawatir."
Zhao laoshi menaikan alisnya, agak takjub, tapi Lei Han tersenyum kecil mendengar itu. Walau senyum itu hilang sedetik kemudian.
Luo Yi?
Kepala Brandon menoleh cepat ke arah pemuda yang kali ini duduk di pojok ruangan bagian depan. Senyum Luo Yi membentang, seakan menyetujui perkataan Lynn kepada Zhao laoshi. Melihat pemandangan itu, mendadak membuat Brandon terdiam. Ia merasa hatinya teraduk-aduk, kacau. Apalagi ketika melihat Lynn balas mengangkat senyum ke arah pemuda itu. Seakan-akan keduanya sudah sangat kompak. Terlebih, dalam pembuatan film ini mereka dijadikan sepasang sutradara. Pasti akan lebih dekat dan..
Brandon Jun melenyapkan kata-kata itu dalam kepalanya. Buru-buru menggeleng kecil, berharap kemungkinan aneh itu pergi dari otaknya.
Kalaupun iya, kesempatan harusnya sangat kecil..
***
Giliran Yan Zi Wei mengemukakan premis dan sinopsis skenarionya.
Tentang cinta terlarang, antar negara dan hubungan jarak jauh, sekaligus perbedaan strata. Soal gadis pemimpi besar bertubuh kecil yang bercita-cita jadi asisten manager sebuah perusahaan artis. Kemudian gadis kecil itu bertemu dengan calon artisnya. Singkat cerita, gadis itu jatuh cinta pada majikannya sendiri. Walau majikannya sangat baik, ia menyimpan perasaan itu sendiri hingga suatu saat gadis itu melakukan kesalahan fatal hingga membuatnya di cut. Gadis kecil itu sedih, lalu dia mengungkap perasaannya tanpa berharap dibalas sebelum pergi ke negri asalnya. Tahu kalau jawabannya akan menyakitkan, tapi kenyataan yang di dengar malah lebih di luar dugaannya.
Yan Zi Wei tidak menjelaskan secara detail, tapi yang pasti akhir dari cerita itu sangat tidak baik. Tidak semua orang menyukai ide Zi Wei walau ceritanya sangat ringan dan remaja. Terlebih profesi itu sangat didalami oleh Zi Wei sendiri, jadi Zhao laoshi tidak perlu meyakinkannya lagi karena gadis itu pasti bisa melakukannya.
"Baiklah. Terima kasih kepada kedua sutradara kita. Audisi pemeran akan saya buka mulai hari ini. Jika ada yang berminat silakan kalian daftarkan diri ke masing-masing sutradara."
"Laoshi!" sentak Zi Wei dari samping Lynn seketika.
"Ya?"
Gadis itu mengacungkan tangan, kemudian berkata lantang, "aku sudah memiliki pemeran utamaku sendiri. Aku hanya perlu pemeran pendukung."
"Oh? Siapa mereka?"
Lynn menoleh kecil ke arah gadis di sebelahnya, mulai meragu beberapa detik setelah gadis itu kembali bersuara.
"Ketika aku membuat cerita ini, entah kenapa tokoh dalam pikiranku ada di wajah Lynn dan Lei Han."
Kepala Lynn langsung terangkat cepat, ia menatap Yan Zi Wei tercengang. Bukan karena perannya, tapi peran Lei Han. Bagaimana bisa Zi Wei membayangkan gadis menyedihkan itu adalah dirinya sedangkan artis hebat itu Jun Lei Han? Yan Zi Wei tidak bercanda bukan? Dia tidak main-main dengan seknario ini...
Dari tengah kelas, suara Brandon Jun melesat cepat. "Kalau kau ingin main-main, aku tidak mau menjadi aktormu. Aku ingin belajar serius," ujar pemuda itu dingin, menatap gadis di sebelahnya tajam. Lynn merasa perlu membela diri. Kelas seketika hening, semua orang antara bisu komentar atau kaget hingga kepala mereka kosong bingung ingin menerka apa maksud Zi Wei memasukkan Lynn dan Lei Han sebagai peran utama itu. Mereka semua tentu tahu masalah yang terjadi antara Zi Wei dan Lynn beberapa hari yang lalu. Namun karena itu, semua orang makin melihat ke mana arah maksud dan tujuan Zi Wei itu. Tapi, Brandon Jun apa hubungannya?
"Aku tidak main-main. Cerita ini sangat serius. Aku bahkan sudah meminta bantuan ayahku untuk observasi. Kenapa? Kau tidak setuju?" kata Zi Wei pada pemuda di tengah kelas.
"Zi Wei," panggil Lynn pelan.
Gadis itu menoleh, tersenyum manis. Senyum palsu seperti biasanya.
"Kau tahu aku memegang kendali--"
"Laoshi! Apakah Lynn boleh mengambil peran sementara dia menyutradarai ceritanya sendiri?" Zi Wei memotong Lynn, sudah paham maksud sebelumnya. Lynn agak tergagap, ia berpaling cepat ke arah Zhao laoshi, berharap pria itu tidak mengijinkannya. Mengambil dua peran di satu site yang sama mungkin masih bisa, tapi ini site yang berbeda, pula scene yang berbeda. Akan ada pembelajaran lain dan penghafalan lain. Dobel pekerjaan. Sementara ragu, berhubungan dengan Zi Wei adalah salah satu hal yang ia hindari semenjak kejadian kemarin.
"Aiyah. Sebenarnya aku tidak melarang kalau dia bisa melakukannya," jawab Zhao laoshi membelalakkan mata Lynn. Ia kembali menoleh ke arah Zi Wei, berharap bisa menolak itu. Tapi tatapan Zi Wei entah kenapa membungkamnya. Tatapan menusuk dan berkilat yang sama seperti waktu itu. Tatapan yang membuat Lynn selalu waspada, takut dan seakan rasa percaya diri tadi menguap ke udara.
"Kenapa? Kau tidak bisa? Apa tersinggung dengan tema cerita yang kuangkat?"
Kepala Lynn langsung berkilah cepat, menatap Zi Wei langsung ke bola mata cokelat itu.
Tidak bisa dipungkiri lagi. Mungkin Zi Wei sedang merencanakan sesuatu. Diletakkannya ia dengan Lei Han dalam satu peran yang menyedihkan membuat jantung Lynn selalu takut-takut untuk melangkah. Maju sedikit takutnya jatuh, mundur selangkah takutnya tergelincir. Serba salah.
Namun di sela-sela perasaan itu, ada sebersit ego yang tiba-tiba meledak dalam dirinya. Ada sebutir tekad yang tidak ingin dijatuhkan siapapun apalagi Zi Wei. Mungkin ia takut bermasalah dengan gadis angkuh itu, tapi satu hal, Lynn lelah untuk terus ditekan pada hal semacam ini. Kalau ia ingin bertanding atau bersaing dalam pelajaran ini, Lynn berani, dan resiko sebesar apapun, ia akan tanggung. Setidaknya ia bukan pengecut, dan ia yakin pada dirinya kalau Zi Wei akan bungkam dengan tindakan Lynn. Jika Zi Wei ingin menjadi pemeran utama dalam ceritanya, baiklah. Tapi jika Zi Wei menginginkan Lynn sewaktu-waktu dipermainkan, ia tidak bisa diam saja. Keputusan ada pasa detik berikutnya.
Dengan mantap, Lynn menatap Zi Wei lekat-lekat, dengan suara pelan dan agak kakunya ia menjawab tegas. "Aku tidak tersinggung pada apapun, Zi Wei. Kalau kau ingin aku menjadi pemain, aku akan melakukannya, bahkan sekalipun Brandon tidak ikut, aku akan berpartisipasi sebagaimana kau memintaku. Dan yang pasti, aku akan melakukan yang terbaik." Matanya agak terpicing saat itu. Senyum di bibir Zi Wei kian meninggi, ia seperti puas menduga Lynn akan jatuh dalam rencananya. Tapi entah kenapa, ketika Lynn menoleh ke arah Brandon Jun, ia seperti mendapat satu shield yang kemudian membuat jantungnya terenyuh sejenak.
Zi Wei menoleh ke arah kelas dan berkata dengan suara keras yang khas agak melengking. "Bagaimana Brandon? Kau tidak tertarik dengan pemeran utama yang sudah resmi ini? Kau mau mundur?"
"Laoshi--" dari depan kelas Luo Yi mengangkat tangan, tapi gerakan itu langsung ditepis cepat oleh Brandon yang bangkit dari kursinya.
"Zi Wei!"
Seluruh kelas menyorot ke arah Brandon. Zhao laoshi yang tadi menatap Luo Yi seketika berpaling ke arah Brandon Jun, bingung ingin memusatkan kepada siapa lebih dulu. Lynn melihat Luo Yi menurunkan tangannya, bahkan ia sempat melihat pemuda itu menoleh ke belakang, menatap Brandon yang juga menatapnya. Tatapan aneh, tatapan yang membuat Lynn merasa agak canggung.
"Kalau Lynn menyetujuinya, aku pun menyetujuinya. Hanya ingin memastikan kalau dia baik-baik saja ketika kau merencanakan sesuatu yang tidak kami tahu." Berkata begitu, mata Brandon agak menyipit, membuncahkan sebuah perasaan itu lagi dalam dada Lynn. Beberapa detik Lynn merasa kalimat itu agak heroik, tapi seluruh kelas sedang menatap mereka bingung, kaget, terpana, dan bahkan berbisik-bisik rendah. Bisikan yang membuat Lynn meredam perasaan membuncah itu lagi, karena Zi Wei menatapnya kian gembira. Seperti ia baru saja melakukan sesuatu yang menurutnya sangat berhasil. Dan ekspresi itu sangat tidak mengenakan hati Lynn.
Dari mimbar, Zhao laoshi mengetuk-ngetuk meja mimbar, memusatkan kelas padanya lagi. Lynn dan Zi Wei menoleh, menatap pria paruh baya itu agak mengerutkan keningnya. "Apa maksud Brandon dengan rencana sesuatu? Kalian belum memulai syutingnya saja sudah banyak drama begini. Zi Wei, begini ya. Kalau suatu saat Lynn atau Brandon--terutama Lynn--harus melepas perannya, kau harus sudah siap pada pemeran cadangan."
Lynn menatap Zi Wei di sampingnya dengan ekor mata, senyum itu lagi-lagi terbit di bibir Zi Wei.
"Laoshi, tenang saja. Aku yakin," kali ini mata Zi Wei mengarah tajam ke arahnya, nada bicaranya agak ditekan dan rendah, seakan kalimat ini untuk Zhao laoshi sekaligus untuknya, "aku yakin Lynn tidak berani melepas perannya."
***
Menurut kalian, apa sih yang mau Zi Wei lakuin? Btw, draft kutinggal sedikit. Agak lama lagi apdetnya. Ya paling tiga harian ya hehe. Maafkan kalian harus bersabar lagi. Oh ya, jangan lupa tinggalkan jejak ya biar aku makin semangat nulisnya. Kalau ada yang mau share apalagi, boleh banget. Buat temen-temen yang suka baca cerita berlatar asia, terlebih. Nggak tahu perasaan aku aja apa emang bener, tapi kayaknya cerita berlatar Asia seperti yang aku angkat ini jarang peminat(?) Tapi gak apa, aku tetap semangat menciptakan suasana yang berbeda di antara lautan cerita jaman now. Di tunggu part selanjutnya ya! Thank you^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro