Vol.7 Wishlist Part 4
~ ~ ~ Happy Reading ~ ~ ~
WISHLIST
PART 4
'Aku ingin'
~
"Jaehyun-ah... aku sakit,"
Setelah mendapat panggilan telepon dari Chaekyung, Jaehyun bergegas pergi menemuinya. Ini masih sangat pagi untuk berkunjung, namun suara yang terdengar lemas di seberang sana mampu membuatnya khawatir.
Rasanya ada ingatan yang hilang dan membuat dia berpikir keras, tapi apa itu? Bingung Chaekyung...
Pintu dibuka dari dalam, seketika itu juga Jaehyun memberondongi Chaekyung dengan banyak pertanyaan sembari memeriksa kondisinya. Satu tangan Jaehyun ditangkupkan di kening gadis itu. Mengetahui ada seseorang yang begitu mengkhawatirkannya membuat Chaekyung teringat sosok seorang ibu. Jadi begini rasanya ada yang memperhatikanmu,
Chaekyung bergerak memeluk Jaehyun, "Sekarang aku merasa baikkan." Kata Chaekyung mendapat balasan akan perlakuannya. "Kau mengomel seperti seorang ibu yang berbicara pada anaknya." ia melanjutkan selagi Jaehyun mengelus surai panjangnya.
"Jadi kau ini adalah anakku, begitu?" tukas Jaehyun beralih menangkupkan kedua tangannya pada wajah Chaekyung, mereka saling pandang kemudian tersenyum. "Aku curiga kalau kau pura-pura sakit untuk mengerjaiku." ia mengajak Chaekyung menuju meja makan.
"Semalam aku benar-benar merasa pusing, seseorang mengantarkanku pulang setelah dimintai bantuan dariku..." Chaekyung sudah duduk di salah satu kursi yang sebelumnya ditarik mundur oleh Jaehyun.
"Aku akan memasakan bubur untukmu," kata Jaehyun melangkah ke pantry.
Pandangan Chaekyung mengikuti gerak-geriknya dan kembali berkata. "Apa menurutmu ingatanku semakin parah? Masa aku lupa jalan pulang ke rumah?" ini masih membingungkan baginya. "Lalu kenapa juga kau tidak mengantarkan ku?" imbuhnya meminta penjelasan pada lelaki yang kini sudah memakai apron.
"Kau menyuruhku untuk cepat pergi setelah mendengar jadwal rapat dimajukan."
"Aku?" Jaehyun mengangguk meyakinkan. "Kapan..." tambah Chaekyung menggeleng frustrasi.
"Sepertinya kau sakit karena menghabiskan tiga mangkuk jjajangmyeon." Ucap pelan Jaehyun yang masih bisa didengar.
"Aku?"
"Iya... kau mengambil makanan milikku dan Suho Hyung, kau juga tidak mengingatnya?" tanya Jaehyun sambil mengaduk bubur mengepul di dalam panci.
"Aneh sekali," gumam Chaekyung.
"Apa perlu kita ke rumah sakit?"
***
Sinar matahari pagi masuk ke ruangan melalui celah gorden yang berkibar. Rupanya hantu wanita bernama Kim SuA itu tengah berusaha menariknya agar terbuka sepenuhnya tanpa harus menyentuh kain tersebut, jadilah ia meniupkan angin sebisa yang dia lakukan. Merasa tak kunjung ada hasil, gadis berambut hitam sebahu itu mencoba memegang ujung gorden.
Percobaan pertama gagal, kedua kalinya juga gagal. Dengan penuh keyakinan, SuA menambah konsentrasinya dalam usaha membuka gorden. Rasa-rasanya ia sudah berhasil menyentuh permukaan kain, harapannya semakin besar ketika ada gerakan kecil dari perbuatannya.
"Jelaskan apa ini?"
Suara cukup tenang dan terdengar datar itu telah mengganggu konsentrasinya, padahal SuA yakin sekali dapat mulai menyentuh sesuatu. Saat dilihatnya selembar kertas tepat berada di depan wajah, ia berkata 'aaahh..' bersamaan dengan senyum mengembang.
"Daftar harapanku yang sudah kau setujui." kata SuA tak disambut dengan baik oleh lawan bicaranya.
"Kapan aku menyetujuinya?!" sewot Taeyong.
"Semalam, masa kau lupa..." sahut SuA.
Taeyong terdiam beberapa saat untuk mengingat perjanjian penting yang menurutnya tak masuk akal. Malam itu SuA yang berada dalam tubuh Chaekyung tengah menuliskan sesuatu. Ternyata seorang hantu bisa juga menulis, takjub Taeyong memperhatikan.
Tak lama SuA tersenyum misterius ke arahnya, dia menanyakan apa tanda tangan Taeyong lebih bagus dari punyanya. Setelah menggerutu soal hantu yang juga memiliki tanda tangan, Taeyong pun mengambil alih alat tulis. Seketika senyum itu berubah menjadi kekehan kecil...
"KAU!" bentak Taeyong merasa dibodohi, dia bahkan menorehkan tinta hitam tanpa peduli dengan tulisan berjejer di atas tanda tangannya. "Ini tidak berlaku," ia menunjuk kertas dengan tangan lainnya.
"Kenapa tidak berlaku, jelas-jelas kau sudah menandatanganinya," ucap tak mau kalah SuA.
"Pokoknya aku tidak bisa melakukannya!" kukuh Taeyong.
Jika sudah seperti ini, hanya ada satu cara terampuh yang terpikirkan oleh SuA. "Kalau begitu biar aku panggil semua jenis hantu untuk meng-gang-gu-mu." ancaman lembut itu terdengar menyebalkan, apalagi dengan menekan-kan kata terakhir.
Dengan langkah ringan SuA menembus gorden berwarna biru langit, dan Taeyong segera menarik tirai tipis itu dalam satu kali hentakan.
"Bagaimana, kau akan melakukannya?" SuA bersandar pada list jendela. "Ayolah... setelah harapanku terlaksana, maka aku akan menghilang darimu."
"Poin ke-5 aku bisa mengantarmu mengunjungi makam orangtuamu, dan tak masalah juga untuk poin ke-4. Kau bisa meminjam tubuh Yoon Chaekyung untuk menghabiskan waktu bersama kakakmu dan kekasihmu itu..." Taeyong berhenti sejenak lalu meneruskan sambil menunjuk tulisan dalam kertas. "Tapi 1, 2 dan 3... kenapa harus denganku? Kenapa juga hantu ingin mengunjungi rumah hantu?"
"Hanya penasaran saja, seberapa menakutkan rumah hantu yang dibuat oleh manusia..."
Taeyong menyela. "Di dalamnya ada manusia yang berdandan seperti hantu yang bertugas menakuti orang-orang," jelasnya bermaksud mengurungkan niat SuA untuk memasuki tempat menyeramkan itu.
"Pasti menyenangkan!" seru SuA semakin ingin melakukannya, "Manusia bisa berpura menjadi hantu, sedangkan hantu tidak bisa menjadi manusia, bukankah itu tidak adil." Ia menambahkan selagi menuju sofa, kembali berlatih memegang benda dan kali ini tujuannya adalah menyalakan televisi menggunakan remot.
Tanpa diminta Taeyong sudah mengambil remot terlebih dulu, kemudian ia menekan tombol power, layar hitam pun tergantikan dengan gambar berjalan. Lagi-lagi usaha SuA gagal...
"Kau ingin ke pantai, baiklah aku bisa memakluminya, tapi berkencan seharian dengan Lee Taeyong? Coret bagian ini dan gantikan dengan nama Jung Jaehyun, dia kekasihmu seharusnya kau pergi bersamanya." tutur Taeyong yang sudah duduk bersila di sofa sembari melihat pada SuA.
"Dia tidak akan mengenaliku," sesal SuA ikut duduk sila menghadapkan tubuhnya pada Taeyong, suara soundtrack drama dari televisi terdengar sedih. "Pergi berkencan dengan menggunakan tubuh Chaekyung, saat itu dia akan menganggap aku sebagai tunangannya dan bukan sebagai Kim SuA... aku tidak mau seperti itu,"
"Jadi kau memilih melakukannya denganku yang tahu bahwa Chaekyung adalah kau," imbuh Taeyong cepat. "Tetap tidak bisa!"
"Lagi pula tidak ada sedikit pun ingatanku tentangnya, aku tidak ingat kehidupanku saat menjadi manusia... bantu aku untuk melakukan daftar harapanku, hmm Lee Taeyong," SuA baru saja mengeluarkan aegyo-nya, ia menautkan kedua tangannya dengan mata berkedip manis.
"Jangan, jangan berlaga imut... hentikan!" kata Taeyong saat diberi kedipan satu mata dengan kepala dibuat miring, tak hanya itu, dia juga dikejutkan dengan aksi SuA yang menggigit bibir bawah. "Hentikan sekarang juga, kalau tidak aku akan merobek daftar harapanmu!"
Ajaib sekali. SuA berhenti bertingkah imut, berseru penuh kemenangan. Sementara Taeyong memalingkan wajah ke sisi lain, ia terlambat untuk menghindari kelakuan SuA dan malah terpaku nyaris mengangkat kedua sudut bibirnya. Ada apa denganku? Pikir Taeyong mengerak-gerakan kaki gugup.
***
Tumpukan koran dilempar ke meja kerja Taeyong. Pria itu menoleh, melihat siapa orang yang baru datang. Sungguh tak dapat dipercaya seorang Kim Doyoung mematuhi perintahnya.
"Itu kumpulan artikel bulan april sampai akhir tahun 2017, selama itu pula berita merosotnya KS Company setelah ditinggal pendirinya dan pesaingnya Yoon Corporation mengambil alih posisi perusahaan kontruksi pertama menjadi banyak diperbincangkan." penjelasan Doyoung semakin meyakinkan kerja kerasnya dalam membantu Taeyong mendapatkan berita ekslusif.
Taeyong membuka lembaran koran, "Lalu bagaimana dengan ini?" tanya Taeyong menunjuk poto Jung Jaehyun dengan judul berita 'Pegawai kompeten KS Company berkhianat'.
"Oh, dia... memang bermuka tebal, meninggalkan perusahaan yang hampir bangkrut dan bekerja pada Yoon Corporation. Namun sebulan kemudian diketahui bahwa Jaehyun berusaha keras dalam membantu Kim Suho yang kesulitan dana untuk kembali meningkatkan kinerja tak seimbang dalam perusahaannya..." Doyoung mengangguk pelan kemudian melanjutkan. "Setelah itu pandangan media terhadapnya berubah baik dan memuji tindakan heroik-nya, termasuk aku yang menganggap dia cukup keren."
"Sial kenapa tak ada keburukan tentangnya," celetuk Taeyong membuka lembar berikutnya.
"Padahal dulunya Jaehyun ini bukan siapa-siapa, aku salut pada kerja kerasnya. Tak salah jika semua wanita menyukainya, aku akui dia sama tampannya denganku...-"
"Baiklah, sekarang kau boleh pergi!" usir Taeyong entah kenapa tak suka mendengar betapa hebatnya seorang Jung Jaehyun yang merupakan kekasih Kim SuA.
Doyoung berdesis. "Kau berbicara seperti atasanku saja!" hanya perlu dua langkah menuju meja kerjanya, dan dia kembali bergumam. "Sepertinya harga diriku sedikit menurun."
***
Demi melaksanakan daftar keinginannya, Kim SuA berkeliaran di sekitar tubuh yang akan diambil alih untuk beberapa hari nanti. Dia sudah memikirkan akan berlibur kemana bersama Suho dan Jaehyun selama tiga hari dua malam. Mungkin sedikit sulit untuk menyesuaikan jadwal mereka yang memang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Yoon Chaekyung sendiri terlihat belum istirahat dari tadi pagi. Bertanggungjawab pada acara pelelangan lukisan yang hasilnya akan diberikan sepenuhnya pada yayasan panti asuhan.
"Kau menyumbangkan lukisan buatanmu sendiri, ini bagus sekali!" seru SuA melihat sebuah lukisan bunga mawar hitam, terlihat begitu kelam namun terkesan elegan dengan sebuah kupu-kupu hinggap di salah satu bunga. "Woah kau berbakat juga ya!" tambahnya ceria sembari menoleh pada Chaekyung yang menghela lelah.
"Tapi kenapa kau terlihat sedih begitu?" sayangnya SuA tidak dapat mengetahui jawaban atas pertanyaannya.
Hingga sore hari, SuA masih setia mengikuti Chaekyung. Menunggu waktu yang tepat untuk mengambil alih tubuh seseorang itu sangat sulit, dia tak sampai hati merusak pekerjaan atau mungkin tak sengaja membuat imej buruk.
Mendadak laju mobil oleng, nyaris saja keluar jalur. SuA menjadi gugup, dia tidak yakin bisa mengendarai mobil. Dari tadi juga SuA sudah menduga bahwa bisa saja Chaekyung pingsan karena kelelahan, tapi apa ini? Kenapa harus terjadi saat sedang mengendarai.
"AAAAAKH!" teriak SuA saat kehilangan kemudi, "Syukurlah aku menginjak rem-nya," serunya dengan suara bergetar, hanya menyisakan beberapa saja sebelum menabrak pembatas jalan.
Seketika itu ingatan yang seperti slide tak beraturan muncul. SuA mengerang sembari memegangi kepalanya, decitan antara ban dan aspal mengganggu pendengaranya. Buru-buru ia menoleh ke jalanan di sekelilingnya, tidak ada kendaraan lain yang terlihat dalam bahaya.
Seseorang mengetuk kaca pintu kemudi. SuA tersentak. Setelah mengetahui siapa orang di luar sana, dia bergegas membuka kunci pintu, masih terlalu shock dengan apa yang terjadi. Pintu dibuka dari luar...
"Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja?" suara itu jelas menandakan bahwa ia marah sekaligus cemas, sekitar lima meter di belakang mobil Chaekyung terparkir mobil Jaehyun.
Baru saja SuA mengingat sebagian dari kecelakaan yang menimpa dirinya dan keluarganya. Mobil hilang kendali, sehingga merusak pembatas jalan, jatuh berguling... berhenti di dasar yang tak terlalu dalam. Tubuh SuA terlempar jauh akibat pintu terlepas dari badan mobil,
Jaehyun merengkuh tubuhnya, menyentuh lembut surai panjang Chaekyung mencoba memberikan ketenangan. Tanpa peringatan air mata mengalir di pipinya, kenangan pertama yang dia ingat sangat menyakitkan. Mobil terbalik itu mengeluarkan percikan api, SuA menyeret tubuhnya yang lemah. Memanggil histeris ayah, ibu dan kakaknya yang terjebak dalam mobil.
Tangannya mencoba membuka pintu kemudi, di sana ada orangtuanya yang sudah tak sadarkan diri. Namun pintu tak mau terbuka, SuA menjerit frustrasi. Di bangku belakang Suho memanggilnya dengan suara nyaris tak terdengar. Teringat dengan dirinya yang terlempar, SuA pun terburu memasuki mobil.
"Kau sudah merasa baikan?" kata Jaehyun mengalihkan perhatian SuA, "Ayo kita keluar, biar aku antar kau pulang..." tanpa banyak bicara lagi Jaehyun memperlihatkan punggungnya, berniat menggendong Chaekyung.
Pria itu sangat menyayangi Chaekyung. Simpul SuA mendapat perlakuan manis setiap kali bertemu dengan Jaehyun. Tanpa ragu SuA melingkarkan kedua tangannya di sekitar leher Jaehyun juga meletakan kepala di bahu.
"Tadi aku sedikit pusing," ucap SuA pelan.
"Aku tahu, kau pasti kelelahan mengurus acara pelelangan... sudah aku suruh agar kau memberikan tugasnya pada Sekretaris Moon saja, kau mengabaikan makan siangmu lagi?" Jaehyun berjalan lebar-lebar menuju mobilnya ketika mendapat jawaban singkat dari tunangannya.
Ingatan tentang lelaki itu menggendongnya muncul, ini bukan pertama kalinya ia berada di punggung hangat milik Jaehyun. Pastilah sekarang yang menggantikan dirinya dalam hati Jaehyun adalah wanita yang sedang dimanfaatkannya. Betapa beruntungnya kau Yoon Chaekyung...
SuA membiarkan Jaehyun memasangkan seltbelt, menepuk dahinya lembut dan mulai melajukan mobil. Dia yakin Chaekyung dapat membuat kekasihnya ini bahagia, namun ia tetap meminta izin untuk meminjam tubuhnya sebentar saja sebelum benar-benar pergi. Dapat ia rasakan perasaan tulus Jaehyun ketika meraih tangannya, yang kemudian digenggam erat.
"Jangan sakit," kata Jaehyun terpancar kesedihan dari wajah sendunya.
***
Terlalu lama di ruangan tanpa mengetahui di luar sana langit sudah gelap. Lee Taeyong menggerutu mencari restoran mana yang dimaksud rekan-rekan kerjanya, dia kalah dalam permainan cepat tanggap dan mendapat hukuman untuk membelikan makanan malam.
Di antara rekan kerjanya yang menurut dia paling menyebalkan itu adalah Kim Doyoung. Sengaja berbuat curang demi menghindari hukuman, belum lagi menyuruhnya membelikan makanan yang namanya sulit disebut.
"ttong kung cup, cup kkung... Terserah sajalah, aku tidak akan membelikan makanan Thailand!" sungut Taeyong menyerah dalam usahanya mengingat nama makanan yang disebutkan Doyoung.
Restoran lokal yang tak cukup jauh dari tempat kerjanya menjadi tujuan Taeyong, dia segera saja menghampiri pemilik usaha yang dikenal sebagai pangeran dari Osaka – Jepang. Nakamoto Yuta. Membuka restoran dengan makanan asli korea, dia cukup mahir dalam memasak dan sangat menyukai Galbi (Daging iga sapi yang dipanggang menggunakan saus yang terbuat dari jus, biasanya buah pear). Sehingga menjadikannya menu utama yang populer dengan penambahan resep baru darinya.
"Kau kalah lagi?" tanya Yuta tahu betul apa yang selalu berulang kali menimpa Taeyong.
"Iya... kau tahukan apa saja yang akan aku pesan," jawab Taeyong memastikan, apa Yuta masih bisa mengingat setiap makanan yang ia pesan terakhir kali.
Dengan bangga Yuta mengiyakan, sedang Taeyong tak ambil pusing karena tidak mengingat semua pesanan yang diminta rekan-rekannya. Menuliskan pesanan pun tak pernah ia lakukan, syukurlah karena si jenius Yuta mampu menghindarkannya dari kemarahan.
Sebaiknya ia duduk sambil menikmati segelas es cappuccino selagi menunggu pesanan siap. Tak lama perhatiannya tertuju pada suara yang memanggilnya dengan riang. Siapa yang menyangka akan bertemu mereka di restoran malam ini?
"Taeyong, Lee Taeyong!"
Berpura tak melihat pun percuma, wanita itu sangat gigih. Dapat dipastikan itu adalah Kim SuA.
"Cih, sekarang saja dia sedang kencan bersama kekasihnya," desah Taeyong enggan menyapa balik. "Annyeong, Yoon Chaekyung-sshi." Ia malah menghampiri mereka.
"Kau mengenalnya?" Jaehyun bertanya pada Chaekyung setelah membalas sapaan Taeyong dengan senyum sopan.
"Perkenalkan Lee Taeyong, yang menolongku waktu itu..." Chaekyung mengingatkan.
Jaehyun langsung mengingatnya, lelaki yang sudah ditolong tunangannya saat berada di Jeonju dan mereka kembali bertemu dengan Taeyong yang membantu membenarkan mobil mogok sampai mengatarkan pulang.
"Jung Jaehyun, tunanganku." kata Chaekyung mengenalkan Jaehyun.
"Aku sudah tahu," sahut Taeyong. Tak ingin terlalu lama berada di antara mereka, Taeyong pamit pergi untuk mengambil pesanan yang sebenarnya belum siap. "Nikmati makan malam kalian..."
***
Pemberitaan mengenai pencalonan Yoon Taewoong menjadi Wali Kota Seowon mendapat respon baik. Namun tak sedikit yang menolak agar pria berusia 47 tahun itu mengundurkan diri saja dari calon wali kota, merasa orang sepertinya tidak pantas memimpin, mengingat banyak pegawai mereka yang tengah melakukan aksi demo.
Kemarin ambruknya sebagian bangunan apartemen bertingkat menjadi topik terhangat, dan perusahaan kontruksi yang bertanggungjawab adalah Yoontae Corporation. Tempat kerja Lee Taeyong juga sibuk mencaritahu apa penyebab utama runtuhnya bangunan tersebut, yang menewaskan dua penghuninya.
Lelah yang dirasakan Taeyong menjadi dua kali lebih terasa, saat satu di antara korban meninggal itu mengikutinya sedari mengunjungi lokasi Apartemen Bunsan hingga sekarang ia berada di kantornya.
"Aku hanya bisa meliput berita dan tidak bisa menghukum mereka yang bersalah." tukas Taeyong mencoba menepis tangan hantu lelaki dari pundaknya.
Di kursinya Kim Doyoung menyahut. "Kalau itu aku juga tahu!" ia memutar kursi dan melanjutkan. "Bisakah kau menyelesaikan sisanya sendiri, kencanku akan dimulai pukul tujuh. Jadi aku harus bergegas sekarang,"
"TIDAK BISA!" Taeyong memandang risih hantu berpakaian formal yang tengah memandangnya, buru-buru menambahkan. "Temani aku, bilang pada Jisoo kalau kau akan terlambat satu jam."
"Siapa yang bilang aku akan berkencan dengan Jisoo," kata Doyoung merapihkan berkas-berkas di mejanya.
"Kau sudah putus dengannya?" tanya Taeyong yang hanya dibalas anggukan oleh Doyoung. "Pokoknya siapa pun itu, aku mohon tinggal-lah sebentar saja lagi di sini. Cuma 45 menit... tidak, tidak maksudku 30 menit!"
Si hantu dengan gerak lambatnya mencondongkan diri ke arah Taeyong yang seketika itu bergidik, dia terlihat normal seperti seorang pegawai kantoran mengenakan high heels, blazer hitam dengan rok sepan berwarna senada. Tapi sebelah tangannya yang hampir putus itu sangat mengerikan...
"Menjauh dariku!" pekik Taeyong berusaha menjauhinya.
Doyoung yang sedang diam-diam pergi segera menegakkan tubuhnya, "Baiklah aku akan segera menjauh darimu!" seru Doyoung berlari kencang kontan mengalihkan perhatian Taeyong padanya.
"YA! KIM DOYOUNG! MAKSUDKU BUKAN KAU!"
Dering ponsel berbunyi, mengejutkan pemiliknya yang sudah berdiri setelah mendorong kursi ke arah hantu. Taeyong meraih ponsel di atas mejanya, tak lupa jaket yang tersampir di sandaran kursi, sehingga ia terpaksa menjulurkan tangannya. Sesuatu terasa dingin menyentuh lengannya.
"AAAAKH, TERSERAHLAH AKU PULANG SAJA!"
Taeyong lari terbirit-birit saat kepala timnya memicingkan kepala merasa bawahannya itu telah membuat kesalahan, tak lama dia bergidik. Merasakan angin dingin menerpa tengkuk lehernya. "Sepertinya aku juga harus pulang."
***
Suara dari roda koper menarik perhatian pejalan kaki lain, sedang yang membawanya sibuk bercerita melalui ponsel yang ditempelkan di telinganya. Dia baru saja kembali dari liburan, bahkan ini belum sampai dua hari saat menginjakan kaki di Pulau Jeju. Rencananya untuk menginap di villa mewah selama tiga hari dua malam harus gagal, ketika kedua lelaki mengetahui masalah yang menimpa perusahaan mereka.
"Kau selalu saja memamerkan poto-poto liburanmu bersama kekasih tersayang, dan tak lupa kakakmu yang tampan... kalian bertiga memang keluarga bahagia," itu suara Taeyong di seberang sana, ia masih was-was dengan sekitarnya, siapa tahu hantu itu masih mengikuti.
Roda koper yang dibawa Chaekyung terjebak dilubang kecil jalan, ia harus mengangkatnya dulu dan kembali menariknya. "Saking semangatnya aku tidak pergi tidur sama sekali, dan sepertinya tubuh ini kelelahan... aku bahkan kesulitan membawa koper yang tak terlalu besar." kata SuA yang memang sedang berusaha mengangkat koper saat harus menaiki tangga.
"Sudah aku bilang kau harus hati-hati dengan tubuh itu!"
SuA sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya, "Tidak usah berteriak juga aku mendengarmu... Kau dimana? Cepat bantu aku, kepalaku terasa berat,"
Langkah kaki yang tadinya santai berubah terburu, bisa gawat kalau terjadi sesuatu lagi pada tubuh Chaekyung. "Hantu itu merepotkan saja." ujar Taeyong berlari menaiki tangga penyebrangan.
Tak lama ia melihat di ujung sana ada Chaekyung yang berjalan lemas, jarak mereka semakin dekat dan tanpa SuA ingin dirinya keluar dari tubuh tersebut.
"Yoon Chaekyung-sshi!" Taeyong segera menghampiri tubuh tergeletak, "Kenapa tangannya penuh ruam merah seperti ini?" ia bertanya pada SuA yang juga tidak tahu. Taeyong bergegas menggendong Chaekyung.
"Dia terlihat begitu mencemaskannya," komentar SuA melihat perlakuan Taeyong, "Kau tidak akan membawa kopernya!" lanjutnya meraih koper berwarna hitam pekat, dan ia merasakannya.
Dengan cepat SuA mengalihkan pandangannya, "Aku dapat menyentuhnya!" kata SuA kegirangan berlari menyusul Taeyong sembari menarik koper.
Dibelakangnya seorang siswa berdiri membeku, ia baru saja melihat koper berjalan sendiri.
***
Baru bisa update lagi, kayaknya yang ini juga bakal lebih dari 5 part. Semoga pada suka ya sama ceritanya ^^
Alesta Cho.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro