Vol.6 Prince of Umbrella Part 3
Sebelumnya : Akhirnya setelah satu minggu lebih hujan-pun turun di Kota Hanyang, Taehyung yang yakin bahwa cara untuk kembali ke masa depan adalah melalui genangan air tak ragu lagi untuk pergi dan mengucapkan salam perpisahan pada Eunchae dan Pangeran Yeongkook.
~ ~ ~ Happy reading ~ ~ ~
PRINCE OF UMBRELLA
Part 3
'Masih disini'
Siapa yang tak tahan berjalan dalam diam, disaat ada seseorang di sebelah kita. Terlebih Kwon Eunchae bukanlah tipe orang pemalu yang betah berlama-lama merenung sendirian di suatu tempat, atau hanya menjadi pendengar baik. Tidak, dia lebih suka diperhatikan dengan banyak bicara.
Namun sekarang situasinya berbeda, sang pangeran yang sedari tadi memandang lurus jalanan di depannya tampak begitu serius dan sama sekali tak ada niatan untuk mengajaknya mengobrol. Atau sekedar mendefinisikan cuaca mendung seperti sekarang ini...
Lagi-lagi Eunchae hanya bisa berdehem, tak bisa mengawali pembicaraan secara natural seperti saat dia dan Taehyung berbincang. Mengingat lelaki itu memilih untuk hujan-hujanan dibanding berdempetan di bawah satu payung.
"Apa mungkin kau haus?" kata pertama dari Pangeran Yeongkook membuatnya berhasil terbatuk. "Sejak tadi kau terus berdehem... atau kau kedinginan?" ia menambahkan dengan agak panik melirik bahu Eunchae yang basah terkena air hujan.
"Tidak, aku sama sekali tidak kedinginan!" sanggah Eunchae.
Seperkian detik kemudian Pangeran Yeongkook mengambil alih gagang payung, mencondongkannya agar menutupi sisi bahu lain Eunchae. "Aku memang keturunan kerajaan, seorang pangeran yang juga temanmu... kenapa kau selalu menjaga jarak dan terus bersikap sesopan ini!"
Sangat susah bagi gadis itu untuk bersikap seperti apa yang Pangeran Yeongkook katakan, nyatanya dia tidak bisa. Tapi bagaimana lagi kalau keadaan menyuruhnya berlaga tak peduli, dan itu semua berawal dari omongan putri pejabat lain. Berisi tentang sindiran kedekatan mereka, menyayangkan pangeran yang tak bisa memilih teman dan membicarakannya sebagai anak haram Selir Suk Bin. Membuat Eunchae jengah, sangat membuatnya marah.
Demi kebaikan Pangeran Yeongkook, itulah alasan hubungan mereka merenggang. Sayangnya akhir-akhir ini mereka mulai dekat, tanpa Eunchae sadari nama Taehyung terucap begitu saja. Sebagai pengharapan kehadiran pria itu dapat menghilangkan suasana canggung yang sedang dialaminya.
"Oh, iya... memangnya Taehyung akan kemana? Kenapa tidak ikut pulang bersama kita?"
Baiklah, saatnya Eunchae menjadi dirinya sendiri. Membatin mensyukuri karena pangeran berbicara terlebih dulu...
"Entahlah, dia itu selalu tak terduga." sahut Eunchae melanjutkan dengan antusias. "Dia juga memiliki benda-benda aneh dalam tas-nya, aku juga baru melihat tas seperti itu... bukankah pangeran pernah ke Negera Qing?"
"Tentu saja, pernah! Apa kau ingin melihat apa saja yang aku beli dari sana?" tawar Pangeran Yeongkook segera dibalas anggukan semangat dari Eunchae, tak butuh waktu lama hubungan mereka kembali seperti dulu.
***
Bagaimana dengan Kim Taehyung yang tengah menikmati hujan pertamanya dan mungkin menjadi hujan terakhirnya di Joseon. Sambil bersenandung ria berjalan di antara orang-orang yang sibuk mencari tempat bernaung, dia juga mengatakan bahwa ini hanya air kenapa harus repot-repot menghindarinya.
"Bukankah hujan ini sangat indah!" ia berseru mengundang pandangan menyayangkan dan bisik-bisik beberapa orang mengomentari tingkahnya. "Terima kasih atas sambutan kalian dan lebih tabahlah menghadapi kehidupan sulit disini..." lanjut Taehyung semakin berbicara melantur.
"Sambutan apa yang telah kita berikan padanya?" heran ahjussi berpakaian lusuh dengan ikat kepala robek.
Teman-teman di sebelahnya serempak menggeleng tak tahu, salah satu dari mereka ada yang menanyakan siapa itu Taehyung? Sedang lelaki dari masa depan terus berjalan menyapa orang-orang di pasar.
Air dari langit masih membasahi bumi, seakan tak berhenti membuat lelaki bernama Kim Taehyung itu mengucap rasa syukurnya sembari memandang penuh arti genangan air bening di hadapannya. Sampai hujan gerimis berhenti, dia masih bergeming menatap ragu. Tiba-tiba teringat tas dan seragam sekolah yang masih berada di rumah Eunchae, haruskah dia berganti pakaian dulu kemudian setelah itu pergi?
"Sepertinya aku harus meninggalkan barang-barangku, sebagai kenang-kenangan bagi Eunchae... dia juga sangat menyukai payungnya," katanya lagi meyakinkan harus segera kembali ke masa depan.
"Aku harus kembali!" Taehyung menghembuskan napas keras, bersiap melompat pada genangan. Tak lupa menutup kedua matanya, agar tak terlalu takut saat melewati ruang waktu seperti saat pertama mendatangi tahun 1728.
Tap~ Kaki Taehyung sudah kembali berpijak, sekilas berpikir apakah benar dia kembali ke masa sekarang? Atau mungkin malah ke jaman yang lebih kolot seperti georyeo... dalam degup jantung tak beraturan, Taehyung mencoba membuka kelopak mata perlahan. Tidak peduli dengan pikiran negetif yang sempat terlintas, ia pun berniat untuk berteriak senang.
"AKU KEMBA.....LI..." seruannya mendadak menjadi rendah saat penglihatannya mendapati seorang lelaki berpakaian polisi, "OPSIR KIM KENAPA KAU ADA DISINI!" ucap tak percaya Taehyung, sungguh tak mungkin lelaki joseon itu ikut bersamanya ke masa depan.
"Aku sedang berpatroli di sekitar sini," balas Kim Seokjin kebingungan. "Kau sendiri sedang apa disini?"
Pergerakan kepala Taehyung tak tenang, ia terus saja melihat sekitar dan menyimpulkan bahwa tempatnya sekarang berdiri masih sama seperti sebelumnya.
"Ada apa dengan genangan ini? Apa bukan di sini pintu kembalinya!" ia mulai panik kembali mundur demi mencoba lompatan kedua untuk masuk ke dalam kubangan air yang telah berubah warna menjadi kecoklatan.
Tak juga berhasil dengan lompatan kelima kalinya sampai membuat Seokjin menggerutu karena terkena cipratan air kotor, Taehyung mendekati genangan lain yang berada sepuluh langkah di depannya.
"Taehyung-ah, apa yang sedang kau cari?" Seokjin mengikuti di belakang, selagi lelaki itu kembali mengulang pergerakannya.
"Pintu... dimana pintunya!" rengek frustrasi Taehyung berlutut di tengah air sambil menerawang ke dalamnya, tak cukup dengan itu, ia juga mengaduk-aduk membuat air semakin keruh.
Seokjin tak mau pakaian kebanggaannya terkena air kotor lagi, maka secepat mungkin menjauh dari amukan Taehyung yang entah sedang melakukan apa. Namun sedetik kemudian kedua sudut bibir Seokjin terangkat...
"Apa disitu ada harta karun?" perlahan namun pasti Seokjin melangkah mendekati Taehyung yang semakin putus asa. "Benar ada harta tersembunyi?" ia menambahkan ketika kedua tangan lelaki itu terkulai lemah, sepertinya Taehyung sudah menyerah.
"ANDWAE (TIDAK)!!!" teriak Taehyung menengadahkan kepala bersamaan dengan dua ekor burung pipit mengepakan sayap, akibat tersentak mendengar suaranya.
Sama hal-nya dengan Seokjin yang beringsut mundur sembari memegangi dada, mengontrol ekspresi wajah terkejutnya.
***
Kwon Eunchae segera berlari menghampiri kedatangan Seokjin dengan Taehyung berada dipundaknya, "Ada apa dengannya?" ia bertanya sembari memastikan keadaan lelaki itu.
"Dia pingsan karena tak berhasil mendapatkan harta karun." jawab Seokjin kelelahan, posisi tubuhnya sudah membungkuk 90 derajat. "Bukakan pintunya, CEPAT!" titahnya dengan cepat dituruti Eunchae, dia juga segera menggelar kasur dan meletakan bantal.
"UH, panas!" seru Eunchae setelah memeriksa suhu tubuh Taehyung menggunakan telapak tangannya, kemudian mendelik ke arah Seokjin. "Bukan karena harta karun, ini pasti karena terkena hujan..." elaknya tak percaya.
"Aku benar-benar melihatnya, dia menggali tanah yang penuh air, apalagi yang ia cari selain harta tersembunyi dari para pejabat korup." kata Seokjin tak mau kalah.
Buru-buru Eunchae mendorongnya untuk segera pergi. "Sudah, sudah, orabeoni pergi saja! Tangkap pejabat korup itu..."
"Ketika dia bangun katakan agar dia berterima kasih padaku!"
"Iya, iya..." sahut Eunchae selagi Seokjin memakai sepatu sambil memegangi punggungnya.
"Aku pergi!" pamit Seokjin.
Eunchae berdecak melihat kelakuan kakak sepupunya itu, kemudian melangkah cepat menuju dapur. Dia mendapati ibunya sedang menyiapkan makan malam, namun tujuan utamanya adalah mengambil air hangat untuk mengompres dahi Taehyung demi menurunkan suhu panasnya.
Nyonya Kwon bertanya untuk apa air itu, buru-buru Eunchae menjawab bahwa Taehyung demam karena hujan-hujanan. Jelas saja sang ibu menjadi khawatir, bagaimana-pun lelaki itu adalah anak dari sahabatnya yang sekarang hidup sebatang kara.
"Eomma akan membawakan bubur untuknya."
"Baiklah, aku akan kembali ke kamarnya sekarang." sahut Eunchae sudah memegang satu wadah berisi air hangat dengan kain di dalamnya.
***
Raja Yeongjo sangat mendalami , ia memiliki pengetahuan klasik yang lebih hebat dibandingkan dengan para pejabatnya. Konfusianisme mengalami masa kejayaannya, demikian juga halnya dengan pemulihan ekonomi akibat dari beberapa perang yang terjadi di akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17. Masa pemerintahannya disebut-sebut sebagai salah satu masa paling jaya di antara masa-masa pemerintahan Dinasti Joseon.
Yeongjo sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Sekarang ini sudah tahun ke empat masa pemerintahannya. Dia terbangun di dini hari karena suara hujan deras diselingi guntur, membuyarkan mimpi buruknya tentang apa yang akan terjadi pada rakyatnya.
Pagi-pagi sekali dia sudah mengumpulkan para pejabat yang beberapa di antaranya menggerutu mengapa mereka harus mulai bekerja sepagi ini. Raja Yeongjo ditemani Inspektur Rahasia Pemerintah yang sangat dipercayanya, mengumumkan bahwa mereka harus mengurangi pajak dan mengurangi makanan yang mereka makan.
"Lagi..." protes menteri pertahanan, "Yang Mulia bukankah kita sudah melakukannya, jika dikurangi lagi maka makanan kita akan sama dengan rakyat jelata!" keluhnya tak terima.
"Kita ada memang untuk rakyat, kau tidak tahu dibeberapa desa ada yang mengalami banjir, kekeringan dan kelaparan..." kata Raja Yeongjo mengulangi perkataan yang dibisiki Munsoo, "Selama empat tahun ini karena kurangnya kebajikan yang kulakukan dan ditahun ini juga kita bahkan harus melalui pemberontakan yang dilakukan oleh pengkhianat Yi Jin Hwa. Bagaimana rakyatku yang malang bisa menjalani hidup mereka dibawah penderitaan hebat semacam ini?"
"Benar kata Yang Mulia, bukankan ada perkataan kuno mengatakan... Perang selalu diikuti oleh setahun yang sengsara." sahut Perdana Menteri Kwon. "Untungnya, bagaimana pun juga, kita tidak mengalami masa kelaparan hebat selama 2 tahun ini dan kita menancapkan harapan pada masa panen yang baik tahun ini." Ia menambahkan dan mendapat respon dari beberapa pejabat yang setuju akan ucapannya.
Raja Yeongjo masih merasa khawatir karena meskipun musim panen sudah mendekat, tak mungkin dirinya bisa menduga apakah ada banjir ataukah masa kekeringan sebelum semua itu terjadi. Tak ada seorang pun yang tahu kapankah hujan dingin akan tiba-tiba tercurah dan membanjiri ladang-ladang yang akan dipanen.
Dia khawatir kalau hujan itu akan menghancurkan masa panen dan memaksa rakyatnya yang malang menjadi kelaparan. Keputusan Raja kembali disetujui.
***
Dalam mimpinya Taehyung terus tak tenang, ia benar-benar bosan mendengarkan guru sejarahnya mengoceh tentang masa kejayaan Raja Yeongjo. Bahkan dia ditunjuk menjadi penerjemah literature china oleh sang raja yang mirip dengan pamannya itu, keringat dingin mengucur dipelipis ketika pertempuran terjadi disekitarnya. Sebuah pedang berhasil menghunus perutnya, dengan napas tersengal Taehyung mengakhiri mimpi buruk terbangun dari tidurnya.
Dia melihat Eunchae terbaring di sebelahnya, ada wadah berisi air dan sesuatu menempel didahinya. Benar, Namjoon Hyung selalu melakukan hal yang sama ketika ia sakit. Dipandanginya wajah damai Eunchae yang sedang tidur, rasanya mimpi buruk itu langsung terlupakan.
Derit pintu kamar yang dibuka terdengar, seseorang memasuki ruangan sembari berseru. "Eunchae-ya, ibu membawakan bubur untuk Taehyung!"
Yoongi Samcheon juga selalu menyiapkan bubur ketika ia sakit, meski rasanya sangat asin. Biarlah untuk saat ini dia akan hidup layaknya rakyat joseon, bersama keluarga yang hangat, memiliki ibu dan ayah. Taehyung tersenyum pada Nyonya Kwon,
"Bagaimana kondisimu nak?"
Jika saja ibunya masih ada, pasti dia akan seperti wanita paruh baya di hadapannya ini. "Lebih baik dan ini semua berkatmu, terima kasih."
"Jangan sungkan, kau sudah seperti anakku juga." Nyonya Kwon membantu Taehyung untuk duduk, tak lama Eunchae menggeliat membuka matanya.
"Kau sudah bangun," katanya buru-buru meraih dahi Taehyung.
Kontan sesuatu di dalam dadanya berdebar, lagi-lagi jantung ini berdetak lebih cepat. "Aku sudah sembuh." Taehyung menepis lembut tangan Eunchae.
"Cepat makan buburnya sebelum dingin." suara Nyonya Kwon terdengar ramah. "Eunchae sebaiknya kau suapi Taehyung... aku akan pergi dulu ke istana,"
"Kenapa eomma ke sana?"
"Ratu Jeongseong meminta bertemu," senang Nyonya Kwon merasa ini adalah sebuah kehormatan. "Jadi Eomma harus bergegas..."
"Ada apa Yang Mulia memanggil Eomma?" tanya Eunchae penasaran selagi pandangan Taehyung tertuju pada kepulan asap dari bubur, bisa-bisa buburnya menjadi dingin.
"Justru itu Eomma akan pergi ke sana sekarang, mungkinkah ratu akan memberikan ibu gelar penting dikerajaan?" Nyonya Kwon sudah berandai-andai, langkah kaki beriramanya membawa ia pergi keluar dari kamar.
"YA, EOMMA! Kenapa tidak mengajakku, aku juga ingin ke istana!" teriak Eunchae berdiri di ambang pintu.
Dengan malas Taehyung bertanya, "Kapan kau akan menyuapiku?"
Seperginya Nyonya Kwon, Eunchae terus saja menghela napas. Dia tak sepenuh hati membantu Taehyung dalam menghabiskan makanannya.
"Sendoknya mengenai hidungku." kata Taehyung datar.
Jelas saja sedari tadi gadis itu memikirkan seperti apa istana, pasti seindah yang dikatakan orang lain.
"Maaf..." singkat Eunchae mengusap bubur yang tertinggal di hidung Taehyung.
"Bisakah kau berhenti membuat jantungku berdebar kencang?"
Gerak tangan Eunchae terhenti, jarak antara wajahnya dengan Taehyung begitu dekat. Dia mendadak cegukan, segera menarik tangannya untuk membekap mulut. Senyuman itu terlihat mematikan, bagaimana bisa detak jantungnya juga tak beraturan. Sekali lagi Eunchae cegukan, mata itu semakin menyipit ada kesan jail di dalamnya. Apa yang sedang dipikirkan lelaki di hadapannya ini?
Taehyung memiringkan kepalanya sedang tangannya meraih rambut Eunchae yang terikat agak berantakan. Entah kenapa gadis itu menahan napasnya, tangannya tak lagi menutupi mulut yang kembali mengeluarkan suara cegukan.
"Apa kau tahu penyebab jantungku berdetak cepat?"
Mata Eunchae berkedip tiga kali sebelum akhirnya dia menggeleng, ia merasakan pucuk rambutnya diusap lembut. Setelah dirasa rapih, Taehyung menurunkan tangannya.
"Bisakah kau menyuruh tabib untuk memeriksa jantungku, bagaimana pun aku merasa ada yang aneh di dalam sini..." kata Taehyung benar-benar membuat Eunchae tak habis pikir, gadis itu bahkan sulit bernapas akibat perlakuannya.
Eunchae menghembuskan napas keras, merutuki kegugupannya. Dasar bodoh. Dia membatin selagi Taehyung menyuruhnya untuk menyuapinya lagi.
"Kau bisa melakukannya sendiri!" ketus Eunchae bangkit dari duduknya berjalan ke arah pintu.
"Kau mau kemana?!" seru Taehyung.
Masih agak kesal Eunchae membalas. "Memanggil tabib!"
"Lucu sekali." celetuk Taehyung, dia tak sungguh-sungguh bertanya tentang mengapa jantungnya dapat berdetak cepat.
Menurut Jungkook, jika jantungmu berdetak cepat saat melihat atau sedang bersama seorang gadis itu tandanya kau telah jatuh cinta. Benarkah seperti itu? Meski Taehyung tidak seperti temannya yang sudah berganti pasangan sebanyak tiga kali, bukan berarti dia tidak mengenal cinta. Banyak wanita di sekolahnya yang menyatakan cinta, namun tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil membuat jantungnya berdebar. Untuk itu dia memilih menolak mereka,
Suara Jungkook kembali terngiang, perasaan yang menyenangkan saat jantungmu berpacu lebih cepat dan timbul keinginan untuk mengecupnya. Sudah dipastikan dia belahan jiwamu.
"Masa belahan jiwa ku ada di jaman joseon, tidak masuk akal!" sanggah Taehyung tak ingin percaya dulu dengan perkataan Jungkook.
Ngomong-ngomong apa kali ini Jungkook juga akan putus dengan kekasihnya? Dia ingat percakapan terakhirnya dengan Jungkook selagi bermain game online, setelah ulangan nanti temannya itu akan memutuskan Eunha. Dia merasa detak jantungnya sudah tak secepat sebelumnya saat pertama bertemu gadis itu, dan mengatakan seseorang telah mengambil alih. Dasar playboy... pekik Taehyung.
***
"Pangeran Yeongkook, lihat lurus di depan sana... ada nona Eunchae." kata Pengawal Nam mengalihkan pandangan tuannya.
"Kau cepatlah pergi, bersembunyi... jangan sampai terlihat olehku." titah Yeongkook sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara.
Dengan patuh Pengawal Nam undur diri, secepat kilat menghilang di balik semak-semak. Saat itu juga Yeongkook merapihkan penampilannya, dia tersenyum dengan mata berbinar menyambut kehadiran wanita yang akhir-akhir ini muncul dalam pikirannya. Sungguh membuatnya sangat bersemangat dan jantungnya berdetak menyenangkan,
Eunchae sendiri sedang mencak-mencak tak jelas, dia keluar bukan untuk memanggil tabib seperti permintaan Taehyung. Melainkan pergi dari ketidaknyamanan saat seseorang mempermainkan hatinya, dia pikir lelaki itu menyukainya.
"Kwon Eunchae!"
Seseorang memanggil namanya, dia adalah Pangeran Yeongkook yang sedang berlari kecil mendekatinya.
"Pangeran, apa yang kau lakukan disini?"
"Aku baru saja akan ke rumahmu..." jawabnya ceria.
"Membesuk Taehyung?" Eunchae bertanya siapa tahu pangeran mengetahui bahwa lelaki itu sedang sakit.
Raut muka Yeongkook berubah bingung, "Kenapa lagi dia?"
"Dia terserang panas karena hujan-hujanan kemarin." ucap Eunchae mengundang kekehan kecil.
"Sayangnya aku datang ingin menemuimu, bukan lelaki aneh itu." geleng Yeongkook mengikuti langkah kaki Eunchae.
"Oh... kau tahu Ratu Jeongseong ingin bertemu dengan Eomma, mungkinkah kau tau apa yang akan mereka bicarakan?" antusias Eunchae berharap lelaki di sebelahnya mengetahui sesuatu demi menghilangkan rasa penasaran.
"Tentu saja! Aku akan memberitahumu... tapi tidak sekarang, setelah kita pergi jalan-jalan baru aku akan mengatakannya," kata Yeongkook menghempaskan harapan Eunchae, "Bagaimana?" tawarnya tersenyum simpul.
"Baiklah." terima Eunchae balas tersenyum manis.
***
Sampai menjelang siang Taehyung yang sedari tadi berbaring memutuskan untuk keluar, menanyakan pada dirinya sendiri mengapa Eunchae belum pulang juga. Sebenarnya dia pergi kemana? Dari gerbang pintu Nyonya Kwon tergesa-gesa memasuki halaman dengan wajah sumringah,
"Kau sudah sembuh nak?!" tanyanya tak membutuhkan jawaban karena menambahkan dengan cepat. "Dimana Eunchae? EUNCHAE-YA! KWON EUNCHAE!" ia menuju pelataran.
"Dia tidak ada, katanya akan memanggil tabib dan sampai sekarang belum kembali." sahut Taehyung ingin tahu apa yang membuat Nyonya Kwon begitu senang selain baru saja bertemu ratu. "Bagaimana pertemuanmu dengan Ratu Jeongseong?" ia pun bertanya terbawa suasana bahagia.
"Sangat baik, Taehyung-ah... kita sepakat menikahkan Eunchae dengan Pangeran Yeongkook."
Seperti petir di siang bolong, Taehyung tertohok. Apa-apain ini? Kenapa dia tidak senang mendengarnya...
***
To be continued,
Bagaimana pendapat kalian mengenai part ini? Jangan lupa vote dan comment-nya,
Sudahkah memikirkan series mana yang ingin dibuat versi chaptered-nya, hehe
Alesta Cho.
u
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro