Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vol.5 Late Autumn - Part 6

Part 6

'Menolak'

Sesampainya di depan rumah Daniel merapihkan penampilannya, ia juga mengatur napas yang tak beraturan setelah berlarian sepanjang gang. Berharap orang tua-nya tidak melihat Yoo Hyun, bisa gawat jika mereka melihatnya dan berpikiran yang aneh-aneh. Dia juga tidak bisa mengatakan bahwa Yoo Hyun seorang peri tumbuhan yang kehilangan sayap karenanya. Pintu sudah dibuka, ia memasuki rumah dengan perasaan lega ketika hanya mendapati ibu dan ayahnya tengah duduk di sofa sambil menonton.

"Daniel-ah kau sudah pulang," kata Tuan Kang dengan pandangan mata tak beralih dari layar televisi.

Nyonya Kang berdiri dari duduknya menyambut putra kesayangannya, ia memeluknya dan mengatakan sangat merindukan Daniel.

"Kenapa tidak memberitahu dulu kalau mau kesini." kata Daniel.

"Buat apa memberitahumu dulu kecuali kau menyembunyikan sesuatu." balas Nyonya Kang menepuk pundak suaminya.

Tuan Kang memperlihatkan pakaian wanita, itu adalah pakaian yang Daniel beli untuk Yoo Hyun. Dia mulai gugup saat ayahnya menanyakan pakaian siapa itu.

"Eomma dan Appa tidak berpikir kalau aku menyembunyikan seorang wanita, kan?" kata Daniel menyangsikan. "Itu untuk eomma." ujarnya kemudian.

"Daniel-ah jangan meledek eomma, ukurannya terlalu kecil." Tuan Kang juga mengangguk setuju.

Entah apa yang dipikirkan Daniel sehingga dia berkata. "Aku rasa tak mungkin mencintai pemilik pakaian itu, terlebih dia adalah seorang peri." kedua orang tua-nya melongo tak mengerti dengan ucapan sang anak, mereka menyimpulkan itu adalah pakaian kekasihnya yang tertinggal.

"Maksudmu wanita itu secantik peri dan kau tidak pantas memilikinya." tukas Tuan Kang mengepas pakaian pada istrinya.

"Yeobbo, putra kita ini juga tampan." tukas Nyonya Kang. "Kau memang sudah seharusnya memiliki kekasih, ingat jangan berlaku diluar batas sebelum kalian menikah." ia menambahkan dengan tegas.

Di luar rumah tepatnya di depan pintu, Yoo Hyun menggenggam erat ponselnya, menggigit bibir bawah saat mendengar ucapan Daniel.

***

Kim Yoo Hyun merasa kedinginan terlebih ia tidak memakai mantel, udara dimalam hari memang berbeda dengan siang. Sekarang ia juga sedang berada di Yeouido menikmati bunga sakura terakhir yang masih mekar, festival bunga cherry blossom sudah berakhir. Dia tak berani mengajak Daniel dan waktu pun berlalu begitu cepat.

"Dia bilang tidak mungkin mencintaiku, terlebih lagi aku adalah seorang peri." kata Yoo Hyun entah sudah yang keberapa kalinya, saking fokusnya ia tak menyadari kehadiran peri Kim Da Mi.

"Kau ditolak olehnya?"

"Kau mengagetkan saja!" seru Yoo Hyun.

Da Mi berjalan mundur di hadapannya dan kembali bertanya. "Lalu apa kau akan menghilang?"

"Sekarang aku harus bagaimana." ucap putus asa Yoo Hyun tak mungkin terus berusaha sampai waktu yang ditentukan habis dan terpaksa ia harus menghilang. "Apa ada informasi lain?"

"Mintalah pengampunan pada ratu peri, ah tidak tidak... dia sangat marah karena jumlah peri yang jatuh cinta pada manusia semakin meningkat dan mengajukan peraturan lebih ketat." Kata Da Mi lebih cemas.

Malam itu Yoo Hyun berbalik arah tidak berani memasuki rumah Daniel setelah mengabaikan puluhan panggilannya, sampai sebuah pesan masuk dari Kang Daniel yang memberitahukan bahwa orangtua-nya sudah pulang meski memaksa untuk menginap tapi ia menolaknya.

"Apa-apaan dia ini, kenapa membuatku bingung dengan kebaikannya... dia malah menyuruh orangtua-nya pulang dan memberitahu bahwa aku sudah boleh pulang." gerutu Yoo Hyun setelah membacanya.

Dia memutuskan untuk tidur di rumah Ji Yoo, menelponnya untuk menanyakan alamat dan dengan setengah mengantuk Ji Yoo mengangkatnya. Tersadar telah mengucapkan tempat tinggalnya, ia terperanjat.

"Yoo Hyun mau kemari?" dilihatnya Seong Woo tidur menggeliat di atas kasur, "Chagiya, kau harus bangun!" tambah Ji Yoo melihat keadaannya yang tengah tidur di lantai menggelar selimut, ia buru-buru merapihkannya.

"Kau tidur di bawah lagi," Seong Woo sedang memandangnya seraya meraih jaket ditepi ranjang. "Akan aku pastikan Yoo Hyun tidak melihatku keluar dari rumahmu." ia meneruskan selagi Ji Yoo membeku, laki-laki yang biasanya terlihat ceria dalam keadaan apapun kini hanya diam dan menuruti ucapannya.

"Sejak kapan kau bangun?" bahkan mengabaikan pertanyaan Ji Yoo dan berlalu begitu saja menuju pintu. "Kau marah karena aku tidak tidur bersamamu!" seru Ji Yoo menaruh asal selimut dan bantal yang dikenakannya, kemudian menyusul Seong Woo yang sudah menghilang di balik pintu.

Tak lama setelah Ji Yoo menghempaskan tubuhnya di atas sofa, bel berbunyi, ia bergegas membuka pintu.

"Akan sulit bagiku hidup didunia ini." kata Yoo Hyun lemah. "Daniel bilang tidak mungkin jatuh cinta padaku terlebih lagi aku adalah seorang peri." lanjutnya berjalan pelan memasuki rumah Ji Yoo sambil menghela.

Dia juga menceritakan kejadian luar biasa di dunia peri seperti apa yang didengarnya dari Da Mi. Peri tumbuhan yang terjebak di dunia manusia akan semakin lemah, menjadi layu dan rapuh seperti daun kering lalu menghilang. Bila mereka tidak juga mendapatkan cinta yang tulus dari kunci kehidupan mereka, dalam waktu dekat efeknya akan muncul.

Tepat di luar pintu rumah, Seong Woo tengah bersandar. Punggungnya merosot, terduduk sambil menahan suara tangisnya dengan meremas dada kuat-kuat. Tentu dia tidak ingin membuat Ji Yoo pergi dengan cara semengerikan itu, menjadi layu kemudian mengering dan menghilang.

***

Sampai sore menjelang Kim Ji Yoo masih belum bertemu dengan Ong Seong Woo, dia menunggu dengan perasaan cemas, melirik pintu café. Bisakah dia mengandalkan kekasihnya untuk tetap hidup, lebih khawatir lagi pada Yoo Hyun yang akan terus mencoba mengambil hati Daniel dan siap menghilang jika semua usahanya gagal.

Aku tidak bisa menyerah, mungkin sedikit lagi saja hatinya akan goyah dan dia datang padaku. Keputusanku tetap sama seperti sebelumnya...

"Dasar keras kepala!" desah Ji Yoo mengingat apa yang dikatakan Yoo Hyun semalam, gadis itu juga menolak usulannya untuk pergi ke tempat yang bisa memulihkan jiwa perinya dan membantunya untuk bertahan lebih lama. "Bisakah dia bertahan... aakh aku sendiri saja tidak bisa memulihkannya dan kembali menemui Seong Woo," ia ingat saat itu juga pernah kabur dari cinta yang semakin tumbuh, menghindari Seong Woo berharap bisa melupakannya dan hasilnya nihil.

Ji Yoo tidak sanggup menjalani hidup tanpa kunci kehidupannya, terlebih ia sudah terlanjur mencintai pria itu. Dari pintu masuk orang yang ditunggunya sudah berdiri cukup lama, memperhatikannya, mempersiapkan diri kemudian melangkah dengan percaya diri seraya menyunggingkan senyuman termanisnya. Seong Woo memutuskan akan berpura tidak mengetahui apa pun tentang identitas Ji Yoo.

"Chagiya!" panggilnya melambaikan tangan dengan senyum yang semakin lebar, cukup untuk membuat Ji Yoo merasa nyaman dan berpikir bahwa laki-laki itu tidak marah padanya. "Kau telah menunggu lama?"

"Hmm, bogoshipo." ucap manja Ji Yoo meraih lengan Seong Woo, menyandarkan kepala pada bahunya.

Ada kalanya menutupi kebenaran itu lebih baik dibanding harus terluka karena kebenaran tersebut. Aku tidak ingin membuatmu rendah diri, tetaplah seperti Kim Ji Yoo yang aku kenal. Bantin Seong Woo membelai lembut rambut kekasihnya.

***

Siapa tahu hati akan berubah, dengan keyakinan penuh dan terus berusaha maka ia akan mendapatkannya. Sedikit lebih agresif, pikir Yoo Hyun sambil mengurus bunga daisy yang sebentar lagi mekar. Halaman rumah terlihat indah, saat nanti pemilik rumah datang dia akan menyambutnya dengan makanan yang sudah tertata rapih di bawah pohon dekat dengan ayunan berhias tanaman merambat disetiap talinya.

Pagar berderit, Yoo Hyun bergegas menyembunyikan dirinya di balik dahan besar pohon. Pandangan Kang Daniel langsung tertuju pada sekelilingnya, harum dari bunga wangi semerbak menusuk hidungnya, ia sempat mengelus ujung hidung lalu berjalan mendekati hamparan makanan. Tapi bukankah sekarang terlalu sore untuk melakukan piknik, ia mengalihkan pandangannya lagi mencari Yoo Hyun yang pasti telah mempersiapkan ini semua.

"Surprise!" kejut Yoo Hyun keluar dari balik pohon, "Bagaimana kau menyukainya?" ia melanjutkan selagi Daniel duduk memperhatikan makanan yang penampilannya terlihat bagus.

"Kau yakin rasanya enak?" tanyanya mengambil sumpit yang disodorkan Yoo Hyun.

"Cobalah," sahut Yoo Hyun tak sabar.

Kang Daniel yang awalnya berniat untuk memarahi Yoo Hyun yang tidak pulang dan lebih memilih menginap di rumah Ji Yoo, kini hanya mampu menanggapi setiap ucapan yang dilontarkan gadis itu. Ia mengangguk perlahan sambil menguyah makanannya, mulai merasakan rasa dilidahnya.

"Massita (Enak)!" serunya mengacungkan ibu jarinya.

"Restoran memang yang terbaik." sahut polos Yoo Hyun mencoba makanannya juga.

"Bukan kau yang membuatnya?" Daniel langsung memasang wajah kecewa, ia meneruskan. "Lalu dari mana kau mendapatkan uang untuk membeli ini semua?!"

"Di bawah bantalmu..."

"Kau mengambil uang dari sana!" sela Daniel agak berteriak. "Orangtuaku baru memberinya untuk biaya kuliah!" ia melempar sumpit menumpahkan beberapa makanan.

Raut wajah Yoo Hyun berubah tegang, ia menggigit bibir bawahnya menatap takut-takut ke arah Daniel. "Maaf..." sesalnya menelan saliva.

"Aku tidak mau tahu pokoknya kau harus mendapatkan uangnya kembali, entah itu harus mengembalikan makanannya atau bekerja di restoran itu!" pekik Daniel beranjak dari tempatnya, memasuki rumah dengan membanting pintu.

"Dia sangat marah... kenapa aku malah semakin membuatnya membenciku, sepertinya aku tidak bisa merubah hatinya. Auhh bodoh," rutuk Yoo Hyun, dalam lubuk hatinya ia tidak ingin benar-benar menghilang.

***

Bukan hanya Yoo Hyun yang merasakan bahwa hari ini terasa begitu panjang, Daniel-pun telah menghela napas berulang kali. Tak henti-hentinya ia melihat ke arah jam dinding, sejak tadi sore sampai jam sepuluh malam Yoo Hyun belum juga pulang. Tadi itu perbuatannya memang berlebihan.

"Padahal aku memiliki gaji dari bekerja paruh waktu." ia hanya tidak ingin semakin terikat erat dengan seorang peri yang sewaktu-waktu akan kembali ke dunianya. "Ini demi kebaikan kita, aku takut tidak bisa membiarkanmu pergi."

Namun sampai jarum jam menunjuk angka sebelas, Daniel tidak bisa bersikap tenang lagi. Ia juga sudah menghubungi Yoo Hyun sebanyak sepuluh kali dan sampai sekarang tidak ada jawaban, diraihnya jaket dan melangkah keluar rumah.

"Dia tidak ada dirumahku..."

Panggilan terputus, Daniel benar-benar tidak tahu Yoo Hyun pergi kemana selain ke rumah Ji Yoo.

Setelah mendapat telepon dari Daniel yang menanyakan keberadaan Yoo Hyun, Ji Yoo menjadi cemas dan mulai memikirkan yang tidak-tidak. Dia juga pernah mendengar bahwa Daniel tidak tertarik pada Yoo Hyun yang merupakan seorang peri. Mungkinkah gadis itu menyerah dan pergi seperti sarannya, jika seperti itu seharusnya dia diberitahu. Panggilannya juga diabaikan oleh Yoo Hyun, sebenarnya apa yang sedang dipikirkan gadis itu.

Hampir saja Daniel melupakan alat pelacak yang sengaja dia pasang pada ponsel Yoo Hyun. Bukankah tujuannya membelikan benda canggih itu untuk mengetahui keberadaan Yoo Hyun setelah tersesat di Sungai Han, dengan cepat ia menuju tempat yang diperlihatkan dilayar. Begitu sampai ia menghembuskan napas lega, pandangannya tertuju pada wanita yang membelakanginya.

Kang Daniel berjalan sembari melepas jaketnya yang lalu disampirkan pada pundak Yoo Hyun, gadis itu menoleh ke arahnya. Kemudian kembali melihat pohon pinus di depannya, entah kenapa memandangi pohon besar tersebut membuatnya tenang.

"Kenapa tak mengangkat telepon dariku!"

Ada nada cemas dari ucapan keras Daniel, tanpa sadar ia menghela menatap Yoo Hyun yang hanya diam masih memperhatikan pohon pinus. "Aku sedang berbicara padamu!" kini Daniel berdiri menghalangi pandangan Yoo Hyun dari pohon tersebut.

Sekali saja aku ingin mengatakannya... "Saranghae," kata Yoo Hyun dengan lembut.

Sontak Daniel terbatuk, ia bisa saja langsung menjawabnya namun saat ini keraguan menyelimuti hatinya. Bagaimana bisa dia berhubungan dengan seorang peri, menyangkal bahwa debaran keras jantungnya sekarang adalah akibat dari berlari beberapa saat lalu.

"Ayo kita pulang!" ajaknya menarik lengan Yoo Hyun untuk pergi.

***

Pagi-pagi sekali Yoo Hyun sudah bangun, dia sibuk menyiapkan sarapan. Pintu kamar Daniel terbuka, pandangannya tertuju pada meja yang penuh dengan makanan. Berpikir apa dia kesiangan sampai jam makan siang tiba, dan dengan santainya Yoo Hyun mempersilahkannya untuk duduk di kursi yang sudah ditariknya.

"Kau yang memasak semua ini?" kata Daniel memakan telur gulung selagi Yoo Hyun melepaskan celemeknya. "Ini terlalu banyak untuk sarapan, buang-buang bahan makanan saja." ia memberi kritikan namun dalam hatinya merasa senang.

"Makan ini juga," kata Yoo Hyun menaruh potongan ikan yang telah ia pisahkan durinya di mangkuk Daniel. "Tenang saja aku akan mengganti untuk bahan makanannya dan biaya kuliahmu." lanjutnya menyodorkan mangkuk kecil berisi sup. "Ini untuk menghangatkan tubuhmu..."

Walaupun tak terbiasa dengan perlakuan seperti itu, Daniel tetap menikmatinya. Bukankah ini mengingatkannya pada sesuatu yang selalu dilakukan orangtuanya, ia menggeleng melihat Yoo Hyun.

"Bagaimana kau akan membayarnya kembali?" tanya Daniel.

"Aku mendapatkan pekerjaan paruh waktu." sahut Yoo Hyun sedikitnya merasa bangga.

"Aku kira peri mendapat gaji dari pekerjaannya memekarkan bunga." balas Daniel tersenyum geli.

Karena terburu-buru Daniel memakai sepatu dengan asal, dia bahkan melupakan tasnya yang tergeletak di atas sofa. Saat itu Yoo Hyun memanggilnya, memberikan tas gendong dan mengikatkan tali sepatunya. Daniel hanya diam menerima perlakuan tersebut, ingin rasanya ia mengatakan sesuatu dan yang keluar dari bibirnya adalah...

"Dia bertingkah seperti seorang istri saja." ia berlalu keluar dari rumah bersamaan dengan suara Yoo Hyun.

"Sampai bertemu nanti malam!" serunya dengan tersenyum lebar, pintu tertutup ia meneruskan. "Aku yakin dia merasakan sesuatu saat aku mengatakannya tadi malam... SARANGHAE!"

Daniel yang belum jauh mendengar perkataannya. "Dia benar-benar telah jatuh cinta padaku..." pikirnya melangkah lebar-lebar.

***

Siangnya Seong Woo mengajak Daniel makan di luar, karena bosan dengan makanan di kantin kampus. Beberapa kali Seong Woo terlihat ragu untuk mengawali pembicaraan, hingga makanan mereka datang dan mulai menyantapnya. Suara ponsel berdering mengalihkan perhatian keduanya.

"Handphone-pun bunyi." kata Daniel.

Dengan cepat Seong Woo merogoh benda persegi itu dari saku celananya, sebuah pesan masuk beruntun. Ada beberapa poto juga yang dimemperlihatkan Ji Yoo sedang berpose dengan seorang lelaki berkulit putih tampan tengah tersenyum manis. Selanjutnya Seong Woo membaca pesan teks.

Rekanku kali ini Hwang Min Hyun, kyaaa ~ bukankah dia tampan,

"Ya! Kim Ji Yoo... beraninya dia merangkul pria lain!" kesal Seong Woo menaruh kesal ponselnya di atas meja.

Daniel sudah bisa menebak pria yang dimaksud temannya itu adalah rekan kerja Ji Yoo. "Seharusnya kau sudah terbiasa dengan pekerjaan kekasihmu."

"Daniel-ah, aku ingin bertanya... ini mengenai Yoo Hyun yang seorang peri tumbuhan tingkat senior." akhirnya Seong Woo bisa mengatakannya, ia bersyukur Ji Yoo mengirim pesan padanya.

"Sekarang kau percaya bahwa dia seorang peri?" Daniel mulai tertarik dengan awal pembicaraan mereka. "Tanyakan saja apa yang ingin kau ketahui?" tambahnya antusias.

"Jika benar dia seorang peri dan telah membuatmu jatuh cinta padanya, apa yang akan kau lakukan... mengabaikan perasaanmu atau menerima dia apa adanya?" kata Seong Woo mengingat pertemuannya dengan Ji Yoo.

"Aih, aku kira kau benar-benar percaya bahwa dia adalah peri..." kata Daniel menaruh sendoknya, lalu melanjutkan. "Tentu saja aku hanya akan mengabaikannya, kita itu berbeda dan meski aku jatuh cinta padanya, aku hanya akan bermain-main dengannya." ia kembali meraih sendok, mengaduk-aduk kimchijigae-nya dengan perasaan bercampur.

Mendadak raut wajah Seong Woo mengeras. "Jahat Sekali, bagaimana kalau dia menghilang dari dunia ini?"

"Dia bisa pergi ke dunia perinya." balas Daniel setelah menyeruput kuah, selera makannya telah hilang.

"Bahkan dia tidak bisa kembali ke dunia peri, dan menghilang begitu saja tanpa jejak!" Seong Woo menjatuhkan sendoknya menghasilkan suara nyaring, "Kau akan tetap mengabaikan perasaanmu padanya?!!" teriaknya mampu mengalihkan beberapa pandang mata ke arahnya.

"Pekerja paruh waktu kemari dan bersihkan sayurannya!" titah laki-laki paruh baya pada Yoo Hyun yang sedang mematung dengan tangan memegang lap berhenti membersihkan meja.

"Nde," katanya mengambil beberapa alat makanan yang sudah ditumpuknya, ia menoleh hati-hati melewati bahunya saat Daniel berkata dengan lantang menjawab pertanyaan dari Seong Woo.

"Lagi pula aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya, ada apa denganmu!" gertak Daniel dibalas gerutuan Seong Woo yang menyebutkan bahwa temannya itu tak berperasaan.

Lalu bergumam pelan. "Padahal aku sangat mencintai Ji Yoo." Kata Seong Woo selagi menyendok makanannya, lalu memakannya dengan sedih.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro