Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vol.5 Late Autumn - Part 5

Sebelumnya di Late Autumn:

Yoo Hyun memilih untuk membuat Daniel mencintainya, ia ingin tetap hidup tanpa harus kehilangan jati dirinya sebagai seorang peri. Namun dengan bodohnya ia malah kehilangan jejak Daniel dan yang lain saat lomba lari...

~ ~ ~ Happy reading ~ ~ ~

LATE AUTUMN

Part 5

'Ponsel'

Cherry Blossom Festival sudah hampir selesai diadakan, mungkin bunganya sudah tidak banyak yang mekar. Meski begitu Kim Yoo Hyun masih ingin melihatnya, ia sudah bekerja keras untuk membantu mereka mekar. Namun ia melupakannya karena terlalu sibuk mengurusi sayapnya yang tak kunjung muncul, lebih parah lagi saat ini jalan pulang pun tak tahu.

Berpikir bahwa Daniel pasti akan senang kalau dia tidak kembali ke rumahnya, jadi tersesat adalah hal baik yang bisa dilakukannya untuk menyenangkan kunci kehidupannya itu. Tidak... dia tidak bisa mengering dan melebur seperti daun kering. Yoo Hyun sudah bertekad untuk membuat Daniel jatuh cinta padanya, pokoknya ia harus menemukan lelaki itu, maka dia akan aman.

"Yoo Hyun-ah, kau kemana saja?!"

Namun yang terdengar adalah suara Ji Yoo, dengan penampilan kucel dan bau keringat. Sayangnya itu tak melunturkan kecantikannya yang natural, begitu bertemu dengan teman sesama perinya, dia merasa lebih lega.

"Kau memenangkan lombanya?" kata Yoo Hyun seperti tidak terjadi apa-apa.

"Apa sekarang itu lebih penting dari pada hilangnya kau, kenapa kau bisa ada disini?" ia lebih bersyukur saat mengetahui ada seseorang yang mengkhawatirkannya, Ji Yoo meneruskan dengan napas tersengal. "Daniel sangat mencemaskanmu."

"Benarkah? Bukannya merasa senang, tapi dia mencemaskanku?" Yoo Hyun ragu dengan apa yang didengarnya, mana mungkin, gelengnya.

Pandangan Ji Yoo tertuju pada bangku panjang di seberang jalan, ia harus duduk dan mengobrol, berpikir ini waktu yang tepat untuk mereka membicarakan keputusan Yoo Hyun. Mereka pun duduk dan mulai berbicara serius, Ji Yoo sudah menduganya bahwa kata areumdaun layaknya sihir yang membuat si pengucapnya jatuh cinta pada orang yang ia puji.

"Lalu apa rencanamu?"

"Kau bilang dia khawatir ketika mengetahui bahwa aku tersesat, bukankah itu pertanda bahwa dia mulai menyukaiku?"

"Aku harap seperti itu, tapi kau jangan terlalu mengharapkannya... Daniel tipe lelaki yang sulit dimengerti, dia tidak pernah mengatakan secara langsung apa yang ada dipikirannya, dia sedikit dingin." penjelasan Ji Yoo cukup bisa dipahami.

Yoo Hyun juga merasa kalau sikap dinginnya Daniel menjadi daya tarik tersendiri, saat itu di seberang jalan tepat di hadapannya. "Dia berlari menghampiriku..." ujar pelan Yoo Hyun masih bisa didengar oleh lawan bicaranya, memang benar lelaki itu juga sempat menggoyahkan hubungannya dengan Seong Woo.

"Aku telah jatuh cinta padanya." Yoo Hyun menambahkan selagi Daniel semakin dekat.

Tak lama Seong Woo datang dengan senyum cerianya, "Dan aku tidak bisa menghentikanmu." imbuh Ji Yoo berdiri dari duduknya menyambut kekasihnya.

"Kenapa kau tidak mengangkat teleponku!" keluh Seong Woo merapihkan rambut Ji Yoo, "Aku kira kau juga tersesat." inilah yang membuatnya tak bisa jauh dari Seong Woo, pernah mencoba namun gagal total.

Berbeda dengan perlakukan Daniel yang menjitak kepala Yoo Hyun sampai wanita itu meringis. "Berlari saja kau tidak bisa, apa harus aku mengawasimu terus!" marahnya berbalik untuk pergi. "Merepotkan saja, sudah aku suruh kau untuk diam di rumah!" lanjut Daniel berdecak, dalam hatinya ia merasa lega bisa bertemu lagi dengan Yoo Hyun, entah sejak kapan rasa tanggungjawabnya akan gadis itu muncul.

"Ayo kita pulang!" ajakan itu keluar begitu saja dari mulutnya, dia yang ingin Yoo Hyun segera pergi dari rumahnya malah mengajaknya pulang dan Seong Woo segera saja berseru menggodanya.

Semoga kau berhasil, Kim Yoo Hyun. Batin Ji Yoo berharap cinta teman sesame perinya itu berbalas, dia tidak memberitahu bahwa bunga-bunga akan berpaling dari peri yang merubah tujuan hidupnya.

Mereka masih bisa menerima serbuk putik maupun benang sari agar mekar sempurna, tapi tak lagi memberikan kehidupan pada peri dan membiarkannya menghilang tanpa jejak. Itulah perjanjian adanya peri tumbuhan untuk hidup berdampingan dengan tumbuhan dan bukannya manusia. Jantungnya hanya akan terus berdetak selama mendapatkan cinta walau hanya dari satu orang saja.

"Haruskah aku mengatakannya..." biar bagaimana pun Ji Yoo sudah memberi saran, dia sudah menjadi manusia dan cintanya cukup untuk membuat Yoo Hyun hidup. "Apa aku bisa membuatnya hidup?" ia kembali bergumam selagi Seong Woo menyuruhnya untuk cepat.

***

Dari banyaknya deretan rumah yang sudah menyalakan lampu, ada satu rumah begitu suram dan gelap dengan halaman sederhana namun indah dipandang mata. Memiliki satu pohon dengan ayunan menggantung, sungguh membuatnya terlihat menyeramkan. Pemilik rumah menggeleng menatap keadaan bangunan yang seperti tanpa penghuni itu, dia mendorong gerbang menghasilkan bunyi derit dari besi berkarat.

"Kang Daniel, anggap saja ini sebagai bukti kebaikan hatimu." ia berkata sembari menggeleng tak yakin dengan barang yang baru saja dibelinya, menggoyangkan bingkisan ditangannya, mengambil napas dalam-dalam kemudian melangkah yakin menuju pintu. "Kenapa dia tidak menyalakan lampunya..." pikir Daniel memasuki rumah.

Tangan yang sudah hapal posisi saklar segera menekannya, seketika itu juga ruangan terang. "Aku sempat berpikir listriknya dicabut karena belum membayar tagihan, ssshh..." Daniel mendesis selagi bola matanya bergulir ke seluruh ruangan, ia berjalan memeriksa keadaan rumah, tidak ada siapa-siapa selain dirinya.

"Dia kemana?" setelah acara lari paginya di Sungai Han, Daniel menyuruh agar Yoo Hyun tetap di rumah selama ia pergi kerja paruh waktu. "Terserahlah, aku lelah!" ia menghempaskan tubuh di sofa, menaruh bingkisan di atas meja lalu meraih remot yang tak jauh dari bingkisan.

Selanjutnya ia terdiam. Membanting remot dan dengan sigap mengambil raket listrik di sebelahnya, berjengit penuh kebencian pada apa yang sedang terbang di depan matanya. Daniel-pun berteriak,

"HEI SERANGGA BERANINYA KAU MASUK KE RUMAHKU!"

Mengayunkan senjata menyengatnya pada serangga bersayap pink bercampur ungu di depannya, ia sangat antusias, berdiri menghentakan kakinya bersiap memukul.

"Wah kau menghindari pukulanku... maka aku akan memukulmu lagi!" geramnya semakin terpacu untuk mengalahkan serangga, namun ia kehilangan lawannya dan tepat saat itu dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba muncul mengenai tubuhnya yang kemudian terjatuh membentur sofa.

Dalam kejadian secepat itu mana mungkin Daniel menyingkir, ia malah memeluk gadis itu yang entah datang dari mana. Raket listrik ditangannya terlepas tanpa perlawanan, matanya membelalak saking terkejutnya.

"Kau berniat membunuhku. Aku tidak pernah membayangkan mati oleh benda itu."

Kata-kata itu menerjang gendang telinga Daniel bahkan ia kontan menggerakkan kepalanya, sedang kelopak matanya perlahan memperhatikan Yoo Hyun yang masih berada di atas tubuhnya. Mendadak ia gugup, jantungnya juga ikut gugup dengan berdebar kencang. Tanpa pikir panjang mendorong Yoo Hyun untuk menjauh, sehingga kaki gadis itu terantuk meja, nyaris tak bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Waaaah... aku hampir terjengkang!" pekik Yoo Hyun.

Daniel segera membenarkan posisinya, ia berdiri menyisakan jarak sejengkal saja, matanya berkedip tak tenang saat harus melihat gurat kemarahan yang begitu jelas di wajah Yoo Hyun.

"YA!" sentak Yoo Hyun sambil mendorong Daniel kembali ke sofa, buru-buru mengalihkan pandangan ke sembarang arah. "Mana bisa kau berdiri mendadak seperti itu," ia menambahkan dengan suara tergagap, masalahnya posisi tadi telah membuat jantungnya tambah berdebar.

"Aigoo, punggungku." kata Daniel menarik tubuhnya, namun ia berdehem seiring pikiran untuk tetap duduk muncul. "Kau sendiri kenapa mendadak muncul seperti tadi..." ia menunjuk-nunjuk Yoo Hyun saat mengingat kembali serangga bersayap cantik yang sedang dihadapinya menghilang dan malah seorang gadis jatuh menubruk tubuhnya.

"Seolma (Mungkinkah)?"

"Iya, serangga yang kau lihat tadi adalah aku!"

Mulut Daniel menganga mendengar pengakuan Yoo Hyun, pantas saja ia merasa ada yang aneh dengan serangga berwarna terang.

"Kau tidak berpikir kalau aku itu serangga tercantik, meski kupu-kupu masuk golongan serangga tapi mereka itu sangatlah berbeda dengan serangga lain..." jelas Yoo Hyun merasa tersinggung dengan reaksi Daniel ketika melihat wujud perinya, padahal dia yakin sayapnya adalah sayap terindah dari peri lain.

Baru saja Daniel membuka mulut, pandangannya kembali mendapati serangga seperti sebelumnya namun kali ini dia tidak bereaksi berlebihan. Untuk pertama kalinya juga raket listrik yang telah menjadi senjatanya selama melawan serangga pun diabaikan.

Dengan ragu ia memperhatikan mahkluk kecil itu yang sebenarnya cuma ukuran tubuh Yoo Hyun yang menyusut sebesar kupu-kupu, ditambah sepasang sayap menempel di punggung. Mengepak lembut, terbang mengelilingi Daniel yang selama itu juga mengikuti kemana ia pergi.

"Menakjubkan..." gumam Daniel.

Yoo Hyun berhenti menggerakan sayapnya lalu hinggap di bahu Daniel, saat ini suaranya terdengar seperti bisikan. "Bagaimana, kau tidak membenciku, kan?"

Menggelitik telinga Daniel hingga laki-laki itu mengerutkan dahinya, menoleh hati-hati pada Yoo Hyun yang kini tersenyum riang.

"Ulurkan tanganmu." perintah Yoo Hyun yang salah diartikan, "Tidak bukan begitu, telapak tanganmu." ia memberi contoh dengan tangannya, setelah itu terbang menuju telapak tangan Daniel yang terulur.

Lagi-lagi Daniel menunjukan ketertarikannya pada serangga yang ia akui, cantik. Menggerakan tangannya naik turun, dengan takjub melihat sosok kecil itu. Sebaliknya Yoo Hyun menatap dengan mata berbinar, pipinya juga merona merah. Syukurlah Daniel tidak bisa melihat rona merahnya.

"Aku mencintai pria ini." katanya dengan sangat pelan.

"Barusan kau mengatakan sesuatu... wah, suaramu juga berubah kecil." kata Daniel, matanya berkilat-kilat. "Berarti sayapmu sudah kembali?"

Yoo Hyun melakukan isyarat tangan agar Daniel mendekatkan telinganya, "Belum..." suaranya tercekat dan tubuhnya berubah kembali keukuran manusia, sontak Daniel menyingkir ke sisi sofa lain. "...seutuhnya," tambah Yoo Hyun tersungkur dengan kepala terkulai di belakang sofa.

"Hampir saja." Daniel mengelus dada, rasa gugup kembali melandanya. "Aku akan pergi tidur," ia beranjak pergi ke kamarnya selagi Yoo Hyun menekuk lutut di atas sofa, dia lega karena tidak harus jatuh ke lantai atau yang lebih parah memeluk Daniel seperti sebelumnya.

***

Keesokan harinya Daniel terbangun dengan suara berisiknya Yoo Hyun, ia nyaris mengumpat kalau saja tak mengetahui apa yang membuat gadis itu begitu ribut. Siapa yang akan mengira respon heboh dari seorang yang sangat senang mendapatkan ponsel di jaman modern sekarang ini. Dan jawabannya adalah Kim Yoo Hyun, ia tak henti-hentinya menggedor pintu kamar pemilik rumah. Berniat menanyakan apa benda persegi itu untuknya,

"Mataku mendapati bingkisan manis di atas meja ketika aku bangun dari tidurku, tidak mungkinkan kau membelinya saat ponselmu masih bagus... pasti ini untukku?" katanya setelah pintu kamar Daniel buka dengan masih mengantuk, rambutnya juga acak-acakan. "Kau membelikan ini untukku, kan?" ulang Yoo Hyun memperlihatkan ponsel berwarna pink.

"Hmm, kau harus mencicilnya dengan bekerja keras membersihkan rumah." ucap Daniel sambil berlalu menuju dapur, ia menuangkan air pada gelas. "Tugas pertamamu adalah membuat sarapan, cepat buat... aku sudah lapar!" tambahnya menyuruh Yoo Hyun untuk ke dapur juga.

Tak bisa menolak Yoo Hyun segera menurutinya walau tak yakin bisa membuatkan sesuatu untuk dimakan. Kekacauan pun terjadi di sekitar dapur yang tadinya bersih dan rapih, sekarang menjadi kotor dan berantakan. Daniel mana tahu kemampuan memasak Yoo Hyun yang sangat buruk, dia menyesal karena telah menyia-nyiakan bahan makanan.

"Harusnya aku saja yang membuat sarapan." gerutunya sambil membalikan telur yang hampir gosong, saat itu Yoo Hyun hanya tersenyum. "Masa begini saja kau tidak bisa," lanjut Daniel menaruh goreng telur pada piring yang dipegang Yoo Hyun, bertambahlah rasa suka gadis itu pada sosoknya.

Rasa bosan yang sebelumnya menggelayut, kini sedikit demi sedikit berkurang. Yoo Hyun tak lagi berpikir untuk mengikuti Daniel ke kampus, ia lebih suka berada di rumah dan memainkan ponsel barunya. Tapi yang membuat Daniel kesal adalah setiap satu jam ponselnya berdering dan tertera nama 'peri tumbuhan' dilayarnya. Dia harus mendapat tatapan tak suka dari mahasiswa lain yang merasa terganggu dengan suara nyaring di tengah jam pelajaran, ditambah teguran dari dosen.

Dengan segera ia membuat ponselnya dalam mode diam, di sebelahnya Seong Woo berdecak menggoda pasangan baru yang dianggapnya sangat lucu. Selesai kelas mereka bertemu dengan Ji Yoo yang sedang menggerutu kesal lewat ponsel genggamnya, dia bilang pada orang di seberang sana agar jangan terlalu sering menelpon dan berhenti membanggakan ponsel barunya.

"Kau juga mendapatkan telepon darinya?" tanya Daniel selagi Ji Yoo mengiyakan ucapan si penelpon.

Seong Woo merasa terabaikan karena dia satu-satunya yang tidak mendapat telepon dari Yoo Hyun, ia tahu Daniel baru membelikan ponsel pada gadis itu semalam. Gerak tangan Seong Woo yang begitu cepat tak dapat dihentikan Ji Yoo, ponselnya pun beralih sehingga sekarang laki-laki itu sedang mendengarkan ocehan Yoo Hyun.

"Ya, Kim Ji Yoo bagaimana bisa kau berhasil mendapatkan cintanya Seong Woo..." mendengarnya senyum Seong Woo merekah. "Aku juga ingin mendapatkan cinta itu sehingga tidak harus menghilang dari dunia ini, akan lebih baik jika aku kembali ke dunia peri tanpa harus ditolak manusia..."

Senyum itu perlahan menghilang. Menghilang dari dunia ini, dunia peri dan ditolak manusia. Apa maksud dari ucapannya? Seong Woo menoleh pada Ji Yoo,

"Apa yang dia katakan?" kata Ji Yoo.

"Paling hal konyol..." sahut Daniel teringat apa yang sering diucapkan Yoo Hyun melalui ponsel. "Dia berulang kali mengatakan bahwa dia menyukaiku, wanita macam apa yang secara terang-terangan mengatakannya." ia menggeleng selagi Seong Woo mendengarkan perkataan Yoo Hyun tentang peri tumbuhan dan peri Kim SuA yang menghilang seperti daun kering setelah ditinggalkan manusia yang disukainya.

Tak mau mendengarnya lagi, terpaksa Seong Woo memutuskan panggilan. "Dia memang mengatakan hal yang sangat konyol." katanya mengembalikan ponsel pada Ji Yoo.

"Benarkan kataku, dia itu sangat aneh." tukas Daniel.

Ucapan Yoo Hyun terhenti, "Aku tidak mau menghilang seperti peri Kim SuA..." ujarnya tepat setelah panggilan diputus. "Akukan belum selesai berbicara!" sungut Yoo Hyun menatap layar yang menampilkan poto Daniel yang sedang memakan sarapannya tadi pagi.

Ji Yoo menaruh ponsel genggamnya ke dalam tas, ia melirik Daniel penuh rasa ingin tahu. Alasan mengapa laki-laki itu membelikan ponsel untuk Yoo Hyun, benarkan ia mencemaskannya setelah kejadian di Sungai Han waktu itu. Sehingga dia sengaja membelikan ponsel agar mudah menghubunginya jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang buruk pada Yoo Hyun.

Anggaplah seperti itu, tapi selanjutnya bisakah Daniel menerima Yoo Hyun terlepas dari identitas aslinya sebagai peri tumbuhan? Ji Yoo menjadi takut sendiri dengan jawaban yang akan didapatnya nanti, dia pun urung menanyakannya.

Mereka bertiga tengah berada di café, Seong Woo yang sedang memesan di meja kasir terus saja melihat ke arah Ji Yoo dan Daniel. Dia ingin sekali menanyakan pada Daniel perihal benar atau tidaknya Yoo Hyun yang seorang peri seperti apa yang pernah diucapkannya, mulai ragu dengan pikirannya bahwa gadis itu adalah anak pelarian dari keluarga kaya.

"Aku dengar dari Seong Woo kalau kau pernah bilang bahwa Yoo Hyun adalah seorang peri tumbuhan," Ji Yoo memulai percakapan dengan hati-hati, ia meneruskan setelah mendapat balasan iya dari Daniel. "Apa kau akan tetap jatuh cinta padanya jika ia seorang peri?"

Seong Woo yang baru bergabung dengan membawa pesanannya terlihat ingin tahu juga.

"Tentu saja tidak, mana bisa aku hidup dengan makhluk fiksi... bagaimana dengan keturunanku nanti." jawab Daniel menerima minuman dari Seong Woo yang saat itu juga tangannya bergetar, benarkah apa yang didengarnya dari Yoo Hyun bahwa Ji Yoo bisa saja menghilang dari dunia ini jika ia tidak mencintainya.

Ji Yoo terbawa emosi. "Jahat sekali! Bagaimana kalau dia melebur seperti daun kering dan menghilang tanpa jejak!" rasanya dada Seong Woo baru saja terbentur benda keras, ini persis dengan apa yang didengarnya dari Yoo Hyun.

Benarkan Ji Yoo seorang peri. Batinnya menatap lekat wajah sang kekasih.

"Kau menanggapinya serius saat tak percaya bahwa Yoo Hyun adalah peri, hentikan omong kosongnya..." ucapan Daniel terputus ia berdecak melihat ponsel yang bergetar di atas meja. "Kim Yoo Hyun?" ia meneruskan sambil meraih ponsel.

"Sekarang ada apa lagi? Orang tuaku... mereka mengetuk pintu, ya ya...jangan bukakan pintu... sial mereka tahu password-nya."

Daniel buru-buru keluar dari café, menebak kedua orang tuanya sudah berhasil masuk ke rumahnya dan apa reaksi mereka jika menemukan seorang wanita di dalam rumah. Seong Woo yang biasanya bertingkah berlebihan kini hanya terdiam melihat Daniel yang semakin jauh, berbeda dengan Ji Yoo yang mulai memukul-mukul lengan Seong Woo sambil mengatakan keadaan mendesak macam apa yang dihadapi temannya.

"Daniel pasti langsung disuruh menikah sama orang tua-nya." kata Ji Yoo.

"Kau tahu dari mana cerita peri yang menghilang?" ekspresi Seong Woo juga tak seperti biasanya, ia juga bisa bertampang seserius itu.

"Mwo?!" Ji Yoo mendadak gugup.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro