Vol.5 Late Autumn - Part 2
LATE AUTUMN ~
Part 2
'Terjerat oleh pesonanya'
Sejak kemarin sayapnya memang tak mau muncul, namun Yoo Hyun masih memiliki kekuatan sebagai peri tumbuhan. Seperti apa yang dilakukannya tadi pagi, demi membuktikan bahwa ia benar-benar seorang peri.
Daniel mulai mempercayainya, menanyakan kenapa bisa Yoo Hyun kehilangan sayapnya? Kapan sayapnya akan kembali? Dan kenapa juga ia menjadi orang pertama yang bisa melihat sosoknya? Semua pertanyaan itu jelas tak bisa Yoo Hyun jawab, karena masalahnya ia juga tidak tahu kenapa semua itu terjadi.
"Kenapa dia bisa melihatku." ucap Yoo Hyun tak benar-benar memikirkannya, sekarang ini dia tengah merasa lapar dan Daniel sama sekali tak menawarinya sarapan.
Lelaki itu hanya berpesan agar Yoo Hyun tetap di rumah saja, tak lupa memperingatinya agar jangan membuat masalah. Jangan sentuh apa pun. Satu lagi yang Yoo Hyun ingat dari perkataan sang pemilik rumah, membuatnya urung membuka kulkas. Sebagai seseorang yang menumpang, dia cukup tahu diri.
"Aku tidak bisa membukanya!" kata Yoo Hyun menjauhkan diri dari kulkas.
Untuk menghilangkan rasa laparnya, ia mencoba bekerja di halaman depan rumah, mengabaikan perkataan Daniel yang menyuruhnya untuk tetap di dalam rumah. Ada sekitar tujuh jenis tanaman di sisi pagar, Yoo Hyun berdecak melihat betapa tak beraturannya taman sederhana itu dan bahkan hampir mati. Daun-daun kering dari satu pohon rindang berserakan di tanah, di bawahnya ada ayunan kayu dengan sandaran yang sepertinya sudah terlalu lama tak diperhatikan pemiliknya.
Dalam waktu singkat halaman menjadi lebih bersih dan indah. Beberapa bunga bermekaran di pekarangan, dan kesan ayunan kusam berubah menjadi lebih hidup. Yoo Hyun beristirahat di ayunan tersebut, merasa puas akan hasil kerjanya. Satu menit kemudian perutnya keroncongan, ternyata dengan bekerja tak mengurangi rasa laparnya. Malah ia semakin lapar dan tak bisa menahannya lagi.
***
Sepanjang hari ini Ong Seong Woo terus saja mengikuti Daniel, dia bilang karena Ji Yoo sedang sibuk dengan pemotretannya, jadi ia merasa bosan. Walau merasa kecewa dijadikan pilihan kedua setelah kehadiran Ji Yoo, Daniel tetap membiarkan Seong Woo mengekor dengan mulut yang hampir tak bisa berhenti berbicara.
Pembicaraan mereka tak jauh-jauh dari wanita yang sekarang berada di rumah Daniel, saking penasarannya Seong Woo akan berkunjung ke rumah sahabatnya itu setelah sebulan lamanya tak ke sana.
"Waaah terakhir kali aku ke sini tamannya tak terawat sama sekali, tapi lihat sekarang..." kata Seong Woo dengan mata berbinar ketika baru tiga langkah memasuki halaman rumah, "Tak mungkin kau yang melakukannya, kan?" ia meragukan Daniel sembari melihat-lihat bunga berwarna putih dengan putik kuning yang bermekaran.
Kang Daniel segera terpikir peri tumbuhan, telah dipastikan Yoo Hyun -lah yang sudah merubah tamannya menjadi seperti sekarang. Ayunan yang dulu sering digunakannya juga menjadi lebih enak dipandang, kesan seramnya pun menghilang. Rasanya ia ingin mencoba duduk di ayunan tersebut, namun Seong Woo sudah berada di atasnya dan berteriak cerah saat tubuhnya mengayun ke atas.
"Sudah lama aku tidak menaiki ini!" girang Seongwoo seperti anak kecil.
"Cepat turun, kau akan membuat ayunannya rusak!" pekik Daniel menggeleng menyadari tingkah sahabatnya yang kekanakan, ia beralih pada pintu rumah. "Aku ingin tahu, dia sedang apa di dalam?" tambahnya melangkah pergi selagi Seong Woo meloncat dari ayunan lalu menyusulnya.
Sedang Yoo Hyun tengah duduk menatap bahan-bahan makanan yang diambilnya dari kulkas, melupakan rasa tak tahu malu yang sempat terpikir. Karena lapar membuatnya menjadi lebih berani dan peka terhadap suara-suara kecil, seperti sekarang ia mampu mendengar satu langkah santai dan langkah terburu lainnya.
"Kau sudah pulang?" kata Yoo Hyun tanpa repot-repot membersihkan jajaran sayuran di atas meja.
Penglihatan Daniel langsung tertuju pada meja yang berantakan, "Apa yang sedang kau lakukan?"
"Hei Daniel, rupanya kau menyembunyikan wanita cantik!" seru Seong Woo bergegas menghampiri Yoo Hyun yang saat itu juga ingat pernah melihat lelaki itu berbicara dengan Daniel. "Kau akan memasak?" ramah Seong Woo mengambil asal wortel yang tergeletak di sebelah brokoli.
"Dia tidak bisa memasak dan hanya memakan wortel seperti kelinci," sahut Daniel seraya meletakan tas ranselnya ke atas sofa, lalu ia menuju wastafel mencuci tangannya. "Dia sama sekali tidak berguna." ia melirik Yoo Hyun.
"Tidak berguna katamu!" ucap Yoo Hyun dengan suara tersinggung.
Seong Woo segera menengahi, dia mengerti karena tak semua wanita bisa memasak buktinya banyak koki pria sekarang. "Namamu Kim Yoo Hyun, kan?" kata Seong Woo disambut anggukan ramah. "Aku Ong-Seong-Woo." ia menekankan setiap suku namanya,
"Ong Seong Woo." ulangnya tak mau orang salah mengenali marganya yang memang jarang ada.
"Senang bertemu denganmu Ong Seong Woo..." balas Yoo Hyun ikut menekankan nama lelaki yang memperhatikannya dengan seksama.
Entah kenapa Daniel tidak suka melihatnya, ia mendorong Yoo Hyun agar ke samping lalu mengambil beberapa sayuran. "Sudah selesai perkenalannya, kau pergilah menonton, biar aku yang masak." kata Daniel.
Tak lama setelah Yoo Hyun duduk di sofa, Seong Woo berbicara pelan ke telinga Daniel. "Dia tidak aneh sama sekali dan tidak terlihat seperti peri."
Acara televisi sedang membahas tentang festival bunga musim semi di Yeouido yang sebentar lagi akan diadakan, sang pembawa berita mengingatkan agar warga korea tak ketinggalan untuk menyaksikannya bersama orang terdekat.
Tak lama saluran channel berubah menampilkan adegan drama romantis, dengan cepat Yoo Hyun menggantinya lagi lalu layar menjadi hitam. Ia tidak bisa fokus menonton saat di meja makan ada suara sendok beradu pada mangkuk berisi sup.
Tangannya memegang perut, menyesalkan kedatangan kedua pria saat satu setengah jam lalu menggagalkan niatnya untuk makan. Sejujurnya Yoo Hyun juga ingin makan sayuran yang dimasak, ia berpura menolak tawaran Seong Woo untuk ikut makan malam bersama, karena saat itu Daniel berkata tentangnya yang tidak bisa makan selain sayuran sedang ia mencampur supnya dengan daging.
Diam-diam Yoo Hyun menoleh ke arah meja, dilihatnya makanan yang hampir habis. Seong Woo sudah selesai dengan makannya, begitu pun dengan Daniel. Sekarang mereka menuju ke tempat duduknya, sontak Yoo Hyun membaringkan tubuhnya di sofa, ia juga memejamkan mata.
"Dia tertidur." kata Seong Woo pelan. "Sepertinya aku harus pulang sekarang," tambahnya mengambil tas dan menyampirkannya di bahu.
"Masa sudah mau pulang lagi, harusnya kita main game dulu." tukas Daniel.
Ponsel Seong Woo berbunyi, satu pesan masuk dari Ji Yoo.
"Ji Yoo bilang pemotretannya sudah selesai dan ingin bertemu denganku." senang Seong Woo, ia melirik Yoo Hyun selintas lalu melanjutkan. "Tentang gadis itu yang seorang peri tumbuhan, aku sama sekali tidak mempercayainya... aku lebih percaya kalau dia kabur dari rumah, mungkin keluarganya menyuruhnya untuk menikah atau terlalu mengekangnya,"
Perkataan Seong Woo ada benarnya juga, itu lebih masuk akal. Tapi nyatanya Daniel sudah melihat kekuatan wanita itu, mungkinkah pohon bisa memanjang dan memendekan dahan dengan sendirinya, ia menggeleng keras-keras.
"Eih, kau beruntung sekali!" pekik Seong Woo memukul pelan punggung Daniel, "Kau harus berhati-hati jangan sampai melewati batas, bisa gawat kalau keluarganya tahu dan memintamu bertanggung jawab... oh tunggu, bisa jadi kau beruntung!"
Kali ini perkataan Seong Woo tak bisa diterima, "Ya kau pergi saja, cepat pergi!" usir Daniel tak membujuknya lagi untuk lebih lama bermain di rumah.
Mata Seong Woo menyipit, bibirnya tersenyun semakin tipis, ia menusuk-nusuk lengan Daniel dengan jari telunjuknya.
"Keluar dari rumahku," desak Daniel dengan pelan sembari mendorong sahabatnya ke arah pintu.
Bersamaan dengan itu Yoo Hyun mengintip, memastikan apa Seong Woo sudah keluar. Seperkian detik kemudian ia kembali memejamkan matanya, sempat khawatir mengetahui Daniel berjalan ke arahnya.
Jangan sampai melewati batas. Yoo Hyun ingat perkataan Seong Woo, ia juga cukup pintar untuk memahami pembicaraan antara dua lelaki itu, pernah melihat adegan drama serupa juga. Daniel membungkuk, mengulurkan tangannya. Mungkinkah, ppoppo (cium)?
"Andwae (Jangan)!" Yoo Hyun mendadak duduk, kepalanya berbenturan dengan kepala Daniel. "Ah," pekiknya sambil memegang dahi.
Mereka saling bersitatap dan mendadak merasa canggung, detik berikutnya mereka sama-sama menurunkan pandangan.
Tentu saja Daniel mengeluhkan kejadian tersebut, "Mimpi buruk apa yang membuatmu berteriak seperti itu!" ia mengusap sisi kepalanya.
"Kau akan menciumku!" Yoo Hyun keceplosan, ia segera merutuki perkataannya dan semakin tak berani melihat lawan bicaranya.
"Benar-benar tak terselamatkan, kau itu wanita jadi jaga harga dirimu sedikit saja... bersyukurlah kau bertemu lelaki baik sepertiku." Daniel memuji dirinya sendiri, selagi seekor kecoa melintas dari bawah sofa. "Aish, serangga!" pekiknya meloncat ke atas sofa dimana Yoo Hyun sedang tercengang menatapnya.
"Badan sebesar itu takut pada serangga kecil." decak Yoo Hyun.
"Jangan meledekku!" sewot Daniel tersadar dengan tingkahnya, ia bergegas turun dari sofa.
Agak ragu untuk mengucapkan perkataannya, perlahan Yoo Hyun mengalihkan pandangan pada Daniel yang sibuk mencari keberadaan serangga yang sangat dibencinya.
"Boleh aku makan makanan yang tersisa di meja." kata Yoo Hyun menelan rasa malunya dalam-dalam.
Daniel memastikan kecoa itu sudah pergi, lalu membalas dengan ketus. "Kau bilang peri tumbuhan tidak makan daging!"
"A, aku ingin mencobanya..." gagap Yoo Hyun dibalas senyum simpul Daniel yang mampu membuat hatinya berdesir. Perasaan apa ini? Kenapa juga dia tersenyum? Ia membatin.
"Kalau begitu makanlah, pasti kau akan menyukainya... biar aku hangatkan dulu," kata Daniel berlalu menuju meja makan.
***
Apartemen yang ditinggali seorang model pendatang baru terlihat berantakan, entah karena ia terlalu sibuk atau malas membersihkannya. Tapi sekarang ini wanita cantik dengan rambut berwarna merah itu tengah berdiri dekat jendela, menyemprotkan air pada tiga tanaman berbeda dalam pot yang berjejer di dekat jendela. Tangan satunya membuka jendela agar cahaya matahari dapat masuk dan memberi makanan pada tumbuhan kesukaannya. Ong Seong Woo menggeliat diatas kasurnya, mengerjapkan mata ketika silau cahaya mentari pagi mengenainya.
"Kim Ji Yoo," gumam Seong Woo mendapati kekasihnya sedang mencondongkan tubuhnya ke arah tanaman.
Gadis itu tidak akan membiarkan tanamannya layu apa lagi sampai mati, dan hal itu tidak akan pernah terjadi, karena ia merawatnya dengan sepenuh hati. Ji Yoo mengamati pohon mawar hitam, dan melihat satu daun menguning terdapat disela-sela daun lain perlahan gugur dari tangkainya. Tak lama ia mengambil daun tersebut, tersenyum kecil lalu berkata.
"Terima kasih sudah tumbuh cantik, sekarang waktunya kau beristirahat." Ji Yoo menaruh kembali daun di dalam pot.
"Ckck," Seong Woo berdecak ia menambahkan. "Lagi, kau berbicara lagi dengan daunnya..." tukasnya berdiri di belakang Ji Yoo, sejak lima menit lalu ia sudah memperhatikan kekasihnya itu.
"Kemari dan lihatlah bunga mawarnya akan mekar sebentar lagi." ceria Ji Yoo sambil memberi isyarat agar Seong Woo mendekat.
"Besok bunganya akan mekar sempurna, jadi berhentilah memperhatikannya dan perhatikanlah aku sekarang." kata Seong Woo menangkupkan kedua tangannya dibawah dagu. "Bukankah aku lebih indah dari bunganya..." tambahnya tersenyum lebar.
Sedang Ji Yoo tersenyum licik, dengan wajah sedekat itu ia lebih mudah mengambil kesempatan. Memberikan ciuman kejutan pada Seong Woo, "Morning kiss." katanya segera berlalu menuju pintu.
"Manis sekali." kata Seong Woo tersenyum semakin lebar. "Sekarang kita sarapan apa?" serunya berlari mengejar Ji Yoo yang sudah berada di ambang pintu.
Ji Yoo membuat sandwich dibantu Seong Woo yang sedang memotong tomat dengan hati-hati, takut jarinya tergores pisau. Ji Yoo hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan kekasihnya, kemudian menyuruhnya untuk lebih berhati-hati lagi. Saat itu Seong Woo teringat kunjungannya ke rumah Daniel, ia bilang wanita yang tinggal di rumah Daniel juga seorang vegetarian.
"Kalau begitu aku harus berteman dengannya," komentar Ji Yoo meletakan tomat pada tumpukan sayuran lain.
Seong Woo menambahkan roti dibagian paling atas, maka jadilah sarapan mereka.
"Wanita itu cantik, tapi kau jauh lebih cantik darinya... menurut Daniel dia aneh, pertama bertemu mengaku sebagai peri tumbuhan." kata Seong Woo mengurungkan niat Ji Yoo menyantap sandwich-nya, "Dan dihari yang sama meminta tinggal bersama, menurutmu kenapa dia melakukannya?"
"Peri tumbuhan?" Ji Yoo mengeryit. "Yang benar saja, mungkin dia terobsesi tinggal bersama seorang pria..." celetuknya.
"Yang kau katakan terlalu kejam, aku berani taruhan kalau dia kabur dari rumah mencoba memberontak pada orangtuanya yang memang pengekang!" kata Seong Woo dengan yakin, lalu ia memakan sandwich.
***
Sandwich juga menjadi menu sarapan Daniel, ia melirik Yoo Hyun yang masih tidur di sofa, berpikir akan membuatkan sarapan juga untuknya. Pagi ini Daniel tidak ada kelas, jadi ia akan bersantai di rumahnya. Berolah raga di halaman, melakukan peregangan lalu berlari-lari ditempat. Sampai seekor ngengat terbang di sekitarnya, membuat ia berlari panik menghampiri Yoo Hyun yang baru keluar dengan membawa sandwich.
"Kau membuat ini untukku?"
"Singkirkan serangga itu!" seru Daniel berlindung di belakang Yoo Hyun.
Ngengat terbang naik turun dan berhenti tepat di hadapan Yoo Hyun, seolah sedang melakukan komunikasi yang tidak dapat diketahui oleh Daniel. Tak lama binatang kecil itu pergi, menghilang di antara bunga daisy.
"Kau bisa berbicara dengannya?" tanya Daniel dibalas anggukan.
"Aku akan melindungimu dari berbagai macam serangga, atau jika aku tidak ada katakan saja namaku, maka mereka akan pergi jauh darimu." jelas Yoo Hyun meyakinkan, sedang Daniel masih tertegun. "Apa aku boleh memakan ini?"
"Ouhh, silahkan... aku memang membuatnya untukmu." tukas Daniel selagi Yoo Hyun berjalan mendekati ayunan. "Tadi malam kau makan dengan lahap, daging dalam sup juga habis... aku bilang apa, pasti kau akan menyukainya, tunggu saat kau makan daging sapi korea terbaik, HANWOO!"
Yoo Hyun sudah duduk di atas ayunan dan mulai memakan sandwich-nya.
"Bagaimana rasanya?" penasaran Daniel.
"Sangat lezat, ini enak!" jawab Yoo Hyun dengan mata berkilat-kilat.
"Makanlah perlahan-lahan..." kata Daniel tertawa ringan melihat cara makan Yoo Hyun yang terburu-buru, seakan tak mau orang lain memintanya.
***
Kehilangan setengah kekuatannya tak menyurutkan semangat bekerja Kim Yoo Hyun, dia akan pergi ke taman Yeouido untuk memberi bubuk pemekar pada bunga cherry yang akan menjadi pusat perhatian utama pada festival musim semi nanti. Bisa gawat kalau bunganya tidak mekar tepat waktu, festival yang biasanya rutin diadakan setiap pertengahan bulan april terancam dimundurkan.
Namun sebelum pergi ke yeouido, ia harus mengurus kurang lebih 200 pohon cherry yang berbaris rapi mulai dari gerbang depan hingga gerbang utama dari gedung Kyunghee University. Menolak perkataan Daniel yang menyuruhnya untuk tinggal di rumah saja seperti kemarin, dan dengan tegas meminta agar biaya transportasi ditanggung oleh pria itu.
"Gara-gara kau aku kehilangan sayap dan harus naik kendaraan untuk pergi bekerja," kata Yoo Hyun mengikuti Daniel keluar dari gerbang rumah. "Boleh ya aku ikut!"
"Ku suruh kau untuk kembali juga percuma," kata Daniel membiarkan langkahnya dengan langkah Yoo Hyun sejajar.
"Jadi aku boleh ikut..." sumringah Yoo Hyun sangat bersemangat, mungkin karena ini kali pertama ia akan menaiki bus.
"Lalu apa bayaran untukku?"
Yoo Hyun memikirkan jawabannya, tapi yang terpikir hanya. "Melindungimu dari serangga?" ucapnya ragu.
"Kau sudah menawarkan diri untuk melindungiku, aish... jika orang lain mendengarnya aku akan merasa malu." balas Daniel memandang sekelilingnya, situasi yang sedang dialaminya ini jelas terbalik.
Mendengar seorang wanita akan melindunginya dari serangga, itu konyol. Seharusnya lelaki yang bilang akan melindungi wanitanya, Daniel menghenyakan pemikirannya. "Tidak, tidak, jangan itu!"
"Aku tahu... kau pasti akan sangat menyukainya!" sahut Yoo Hyun tersenyum riang.
"Apa itu?"
Yoo Hyun enggan mengatakannya, dia akan memberitahunya jika waktunya sudah tiba. Daniel semakin ingin mengetahuinya dan menuntut agar diberitahu sekarang saja, tapi Yoo Hyun tetap menolak. Sampai-sampai Daniel dibuat kesal, mengancam tidak akan membayar uang transportasi.
Tepat saat itu bus berhenti di depan halte, mereka buru-buru naik.
"Dia yang akan bayar." kata Yoo Hyun pada pak supir.
Mau tak mau Daniel membayar untuk dua orang, "Dasar licik." desisnya sambil berjalan menuju kursi yang dipilih Yoo Hyun, lalu duduk di sebelahnya.
"Bagaimana cara membukanya?" tanya Yoo Hyun menunjuk jendela di sampingnya, ia teringat drama yang ditontonnya semalam.
"Geser," singkat Daniel, tak dimengerti oleh Yoo Hyun yang malah balik bertanya.
"Geser?" ia mencoba mendorong kaca bening tersebut tapi tak bisa.
Tangan Daniel tergerak untuk membukakan jendelanya, kontan Yoo Hyun bersorak ketika angin menyerbu masuk menerbangkan sebagian rambutnya. Untuk beberapa saat Daniel terpaku, pandangannya tertuju pada Yoo Hyun yang tengah menghirup udara. Kang Daniel apa yang sedang kau lakukan? Batinnya mengalihkan penglihatannya.
"Ingat dia seorang peri tumbuhan." gumam Daniel pelan. "Kau sudah menemukan petunjuk untuk mengembalikan sayapmu?" ia bertanya selagi Yoo Hyun mengeluarkan tangan keluar jendela.
"Belum... kau juga harus mencari petunjuknya," kata Yoo Hyun menoleh pada Daniel yang segera mengalihkan pandangannya.
"Kenapa aku?"
"Kau manusia pertama yang bisa melihatku,"
Kalau begitu apa dia harus mengulang kejadian dua hari lalu saat bertemu dengan Yoo Hyun di atas pohon? Itu berarti dia harus jatuh lagi?
***
Peri tumbuhan?
Yuk tulis pesan, kesan kalian terhadap part kali ini? Silahkan di vote juga...
Alesta Cho.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro