Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vol.5 Late Autumn - Part 1

"Memangnya kau tinggal dimana, sampai tidak tahu ramyeon, haruskah aku berjualan ditempatmu itu." ledek Daniel mengaduk-aduk ramyeon lalu menyeruputnya.

"Karena aku peri tumbuhan, tentu saja aku tinggal didunia tumbuhan dan hanya makan sayuran." balas Yoo Hyun dengan pandangan tak lepas dari ramyeon.

"Dasar gila kenapa aku meladeninya." tukas Daniel.

~

LATE AUTUMN

Part 1

'Diantara banyak orang, kenapa itu kau?'

Musim dimana bunga bermekaran dan tumbuhan terlihat rimbun dengan daun hijaunya, dinamakan musim semi. Saat ini banyak mahasiswa di Kyunghee University yang sedang berjalan-jalan di taman kampus, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menghirup udara yang dua kali lebih segar dari biasanya.

Berbeda dengan Kang Daniel yang menikmati musim tersebut di atas pohon, dia duduk di dahan yang tak cukup besar namun mampu dijadikannya tempat bersantai. Selain itu dia juga tengah mencabuti daun-daun di sekitarnya sambil mengumpat keras-keras, tak jarang beberapa mahasiswa yang lewat di bawahnya bergidik ketika mendengar suara yang entah berasal dari mana.

"Dosen macam apa yang mengatai muridnya seperti itu, jika memang aku bodoh tak seharusnya dia memperjelasnya di hadapan banyak orang!"

Sekali lagi dia memetik kasar daun beserta ranting mudanya, satu per-satu daun hijau itu jatuh menyedihkan di atas tanah. Tak merasa puas dengan pelampiasannya, lelaki itu mencengkram dahan utama di sebelahnya.

"Lihat saja aku akan menjadi pintar dalam hitungan hari!" pekiknya tak peduli dengan pandangan aneh orang-orang yang melewati pohon, mulai tersadar dengan adanya orang di atasnya.

"Hentikan! Kau menyakiti pohonnya!" hardik sebuah suara tegas sekaligus sedih memandang daun di bawah pohon yang belum waktunya gugur seperti itu.

Kontan Daniel tersentak, ia alihkan pandangannya ke bawah pohon, tapi saat itu tidak ada orang yang lewat. Lalu dari mana asal suara itu, pikirnya masih mencari. Tak mau ambil pusing dia kembali meraih daun, dan suara itu kembali terdengar lebih dekat.

"Aku bilang hentikan, marahmu itu ditujukan pada sesuatu yang tak bersalah." kesalnya sembari memukul punggung lelaki yang kini menoleh ke arahnya, ia sampai melihat tangannya tak percaya.

Kang Daniel tertegun, menatap wanita berambut agak ikal duduk di sebelahnya. Dahan itu cukup untuk di duduki dua orang, tapi sejak kapan wanita itu berada di atas pohon bersama dengannya.

"Bagaimana bisa kau ada di atas sini?" bingung Daniel.

"Memangnya hanya kau yang bisa naik pohon, oh tidak, tidak, sekarang yang terpenting adalah kau harus minta maaf pada pohonnya." desaknya dengan tatapan tak suka.

"Kau benar ini hanya pohon, jadi untuk apa aku meminta maaf." tolak Daniel menopangkan kedua tangannya pada dahan pohon yang didudukinya. "Kau bisa jatuh turunlah..." ia melanjutkan tanpa melihat lawan bicaranya, yang ia tahu wanita itu memakai gaun berlengan pendek, berwarna putih dengan panjang selutut.

"Aku bilang kau harus minta maaf pada tuan pohon, sekarang juga!" kukuh gadis itu penuh penekanan diakhir kalimat.

Jelas Daniel juga bersikukuh menolaknya. "Memangnya siapa kau menyuruhku minta maaf pada tuan pohon," katanya meremehkan sekaligus merasa konyol memanggil pohon dengan awalan tuan.

Kemarahan tak bisa ditahan lagi. "AKU, AKU KIM YOO HYUN, PERI TUMBUHAN SENIOR DI LINGKUNGAN INI!" sembur Yoo Hyun membelalakan mata dikata terakhirnya, mendadak tangannya gelisah dan mengenai Daniel yang sekarang ini sedang mengeryit semakin bingung dan... "Oops, dia terjatuh." ia menambahkan ketika Daniel jatuh menelungkup di atas tanah.

"DANIEL, KANG DANIEL!"

Suara yang sangat ia kenal memanggil-manggil namanya panik, dilihatnya Ong Seong Woo tengah bergegas menghampirinya. Daniel sangat marah, ia hendak memaki gadis yang mengaku sebagai peri tumbuhan itu ketika sahabatnya datang sambil melanjutkan, "Kau baik-baik sajakan, tulangmu tidak patahkan!" tanyanya terdengar berlebihan, hingga menarik perhatian orang-orang di sekitar.

"Dasar wanita gila!" kata Daniel bersamaan dengan membalikan badannya ke arah pohon yang beberapa detik lalu dijadikan tempat bersinggahnya.

Seong Woo juga melihat ke atas pohon dan tidak menemukan siapa pun disana, "Siapa yang gila?" katanya beralih memandang Daniel yang kesal tak mendapati Yoo Hyun, sampai ia mengelilingi pohon dan bertemu lagi dengan Seong Woo. "Kepalamu tidak terbentur, kan?" ucap hati-hati Seong Woo.

Dia pasti akan mengataiku gila jika aku menceritakannya. Daniel membatin sambil berlalu, diikuti Seong Woo yang terus berbicara. Jika kepalanya tidak terbentur maka sahabatnya itu bermimpi dalam tidurnya.

"Bagaimana bisa kau tertidur di atas pohon." ujar Seong Woo, matanya menangkap sosok wanita cantik berambut panjang kemerahan tengah melambaikan tangan ke arahnya. "Chagiya (Sayang), kau pasti akan tertawa mendengarnya..." ia mengatakannya selagi Daniel mendesah.

"Seorang Kang Daniel terjatuh menelungkup dari atas pohon, oh eotteokhae (bagaimana ini)?" komentar Ji Yoo sama berlebihannya seperti Seong Woo.

Tak mau menjadi bahan ledekan pasangan tersebut, Daniel melangkah lebar-lebar meski ia tahu masih diikuti.

"Pasangan yang serasi." cibir Daniel mendengar suara cekikan di belakangnya.

***

Kim Yoo Hyun paling menyukai musim semi di antara tiga musim lainnya, mungkin pilihan peri tumbuhan lain juga sama dengannya. Mereka mulai sibuk menjaga tumbuhan, memberi bubuk sari pada bunga kuncup agar membantunya mekar dengan sempurna. Itulah yang sedang ia lakukan, berjalan menyentuh bunga-bunga membuatnya lebih segar. Tapi kali ini Yoo Hyun tak begitu fokus dengan pekerjaannya, sampai membuat satu bunga daisy layu.

"Maaf... aku salah menyentuh benang sarinya." sesalnya memperbaiki bunga berwarna putih itu. "Dengar daisy, aku baru saja berbicara dengan manusia, apa itu masuk akal?" ia berjongkok menyentuh kelopak bunga dan meneruskan. "Kenapa lelaki bernama Daniel itu bisa melihatku?"

"Eomma, eomma (ibu), nuna (Kakak, panggilan lelaki pada wanita lebih tua) itu berbicara dengan bunga." kata anak berusia tujuh tahunan menarik-narik baju ibunya yang sedang memotret hamparan bunga di depannya.

Bukan hanya Daniel, tapi sekarang anak kecil itu juga melihatnya. "Anak itu tidak menunjukku, kan?" pikir Yoo Hyun memusatkan pandangannya, bahkan ia menakuti anak itu dengan memelototinya.

"Sudah Chan Hee-ya, jangan dilihat lagi, nuna itu sedikit aneh..." kata sang ibu menuntun anaknya.

"Aneh?" tukas Yoo Hyun kontan menyembunyikan wajahnya di balik punggung tangan. "Ibunya juga bisa melihatku." ia melanjutkan seraya berjalan jongkok di antara bunga daisy yang bergoyang-goyang akibat hembusan angin.

Sepanjang jalan Yoo Hyun tak merasa nyaman dengan penampilannya yang jarang terlihat oleh manusia, namun kini semua dapat mengetahui keberadaannya dan ini dimulai ketika ia bertemu dengan lelaki bernama Kang Daniel.

"Aku pasti bisa menyesuaikan diri secepatnya," yakin Yoo Hyun memperhatikan sekeliling, ia menegakan tubuhnya dan berjalan sambil menyunggingkan senyum.

***

Mahasiswa tingkat akhir memang seharusnya sibuk mempersiapkan skripsi, tapi itu tidak berlaku pada pasangan yang sudah hampir dua tahun menjalin hubungan. Mereka buru-buru merapihkan buku, memasukannya dalam tas dan saling bertukar pandang. Tak jauh dari tempat duduk mereka, Kang Daniel mendongkol sudah dapat ia tebak Seong Woo dan Ji Yoo akan pergi berkencan di akhir pekan.

Sebelumnya dia pernah ikut menonton dengan kedua temannya itu, tapi malah terabaikan dan merasa seperti kambing conge di antara mereka.

"Benar kau tidak akan ikut, film-nya seru loh!" Seong Woo berbasa-basi dan menambahkan dengan sangat pelan. "Mianhae chingu (Maafkan aku teman), kau pasti akan mengerti ketika memiliki yeojachingu (girlfriend)."

"Sudah kalian pergi saja, tidak ada gunanya berlama-lama disini, aku juga mau pergi kesuatu tempat..." sewot Daniel seraya menarik tas ransel-nya.

"Sendirian?" imbuh Seong Woo sudah jelas menyindir.

Rasanya Daniel ingin menyumpal mulut itu dengan tasnya. Saat itu Ji Yoo buru-buru mengamit lengan Seong Woo, memintanya untuk pergi saja sebelum Daniel semakin marah.

"Kami pergi!" pamit Ji Yoo menyeret kekasihnya yang masih meledek Daniel.

"Awas saja kau!" pekik Daniel menggunakan logat busannya sambil mengangkat tas sejajar dengan kepala, hingga pasangan itu berlalu meninggalkannya seorang diri. "Aish, hari ini aku sial sekali."

Seperti yang tadi Daniel katakan bahwa ia akan ke suatu tempat, maka sekarang ini ia sedang menyusuri sungai sepanjang 5,84 kilometer yang dikenal sebagai ikon kota Seoul, Cheonggyecheon. Dimulai dari Cheonggye Plaza, Daniel berjalan santai sembari memandangi air terjun buatan dan berhenti di depan patung keong.

Setelah beberapa menit ia melanjutkan perjalanan melewati jembatan Mojeongyo, masih berpikir bahwa jalan-jalan sendiri juga mengasikan. Tapi seperkian detik kemudian Daniel mendapati sepasang kekasih sedang berpelukan, dan segera saja ia mempercepat langkahnya ingin segera pergi.

Sudah banyak tempat ia lewati, Supyogyo Site, Cheonggyecheon Historical Laundy Site hingga Rhythm Wall Fountain. Selama itu juga ia merasa ada yang mengikutinya dan memutuskan untuk berhenti di Wall of Hope, memandangi dinding penuh tulisan harapan.

"Dilihat dari dekat coretan ini penuh makna bagi penulisnya."

Tiba-tiba sebuah suara mengalihkan perhatian Daniel, ia terantuk berteriak mendapati wanita yang siang tadi terlibat perseteruan tak mengenakan hingga membuatnya terjatuh dari atas pohon.

"Pantas saja sedari tadi aku merasa ada yang mengikuti, jadi kau orangnya." tuding Daniel.

"Seenaknya saja kau menuduh ku mengikutimu, yang benar itu kita bertemu secara kebetulan, aku melihatmu saat berada di Cheonggye Plaza..." sahut Yoo Hyun terdiam setelahnya.

Dan ucapannya itu bisa dijadikan bukti oleh Daniel, "Lalu kau mulai mengikutiku!" sentaknya seakan menangkap basah seorang pencuri.

"Tidak!" sanggah Yoo Hyun buru-buru pergi.

Sebenarnya yang terjadi adalah Kim Yoo Hyun juga sedang berjalan-jalan di sekitar Cheonggye Plaza, dia berniat mencari lelaki yang diduganya menjadi penyebab kekuatan tak kasat matanya menghilang. Tak disangka ia menemukannya sedang berdiri di dekat patung keong, dan segera menyembunyikan diri, agar bisa mengikuti Daniel secara diam-diam.

Sekarang posisi mereka terbalik, Daniel berjalan di belakang Yoo Hyun, membuat wanita itu sesekali menoleh melalui bahunya. Dia harus mencari tahu kenapa ada manusia yang dapat melihatnya, dan gara-gara itu juga sayapnya tak mau keluar. Sebelumnya dia masih dapat bersembunyi dari teman Daniel, merubah dirinya menjadi sekecil kupu-kupu dan terbang tinggi.

"Sebenarnya siapa lelaki itu," pikir Yoo Hyun memiringkan kepala ke kanan lalu ke kiri, merasa tak akan bisa mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya.

Saat itu Daniel tengah memandang aneh wanita yang berjalan di depannya, berkomentar. "Lucu sekali bahkan dia membuat lelucon bahwa dia adalah peri tumbuhan, maldo andwae (tak dapat dipercaya)."

Yoo Hyun masih dengan kegamangannya. "Tidak ada cara lain, aku harus bertanya langsung kepadanya." sontak ia berbalik dan menanyakan. "Siapa kau?"

Gerak kaki Daniel terhenti tepat satu langkah di hadapan Yoo Hyun, ia terdiam dengan keterkejutannya. Sedang Yoo Hyun mengedipkan mata, jarak sedekat itu membuatnya tak nyaman sehingga ia kontan mundur. Namun dengan cepat Daniel menempatkan lengannya di sekitar pinggang Yoo Hyun, menariknya untuk mendekat.

"Kau menyukaiku?" tanyanya tanpa menunggu jawaban meneruskan, "Mengawasiku di kampus dan mengikutiku sampai sejauh ini, sudah pasti kau menyukaiku."

Perasaan mendebarkan macam apa ini, kenapa bisa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Yoo Hyun berusaha melepaskan diri dari tangan Daniel, tapi lelaki itu malah mempererat pegangannya. Tak bisa dihindari lagi, ia sudah terperangkap dalam pesonanya.

"Namamu Kim Yoo Hyun bukan, peri tumbuhan tingkat senior... apa itu maksudnya kau seniorku di kampus yang diam-diam menyukaiku." kata Daniel tertawa sendiri mendengar ucapannya, ia tak mengetahui bahwa wanita di hadapannya itu tengah menahan napas. "Pasti Seong Woo akan iri padaku, kau cukup cantik!"

Mendadak angin berhembus kencang menjatuhkan ranting pohon tepat mengenai kepala Daniel, hingga membebaskan Yoo Hyun dari ketidaknyamanan berada terlalu dekat dengan manusia, menghembuskan napasnya lega.

"Itu balasan karena kau mencoba menggoda peri tumbuhan." kata Yoo Hyun selagi memegang dadanya, bermaksud memeriksa detak jantung. "Syukurlah jantungku baik-baik saja." gumamnya melanjutkan perjalanan, menyimpulkan jika ia terlalu dekat dengan manusia maka akan membahayakan jantungnya.

"Pohon ini menyeramkan." decak Daniel melihat pohon besar di sisi jalan yang baru saja menjatuhkan ranting keringnya. "Peri tumbuhan tunggu aku!" ia mengejar Yoo Hyun, menyamakan langkahnya dengan gadis itu, masih dengan anggapan seniornya ini menyukainya.

Dia bahkan merecoki Yoo Hyun dengan berbagai pertanyaan, seperti kuliah dijurusan apa, kenapa bisa mengetahui tempat favoritnya yang sering duduk di atas pohon dan sejak kapan menyukainya.

"Baiklah berhenti bertanya karena aku tidak tahu harus menjawab apa, sekarang tunjukan dimana rumahmu?"

Pertanyaan itu mampu membuat Daniel terdiam sedetik, dua detik dan kemudian ia mengerjap. "Wah, rupanya kau tergila-gila padaku."

***

Bioskop malam itu cukup ramai, di antara banyaknya pengunjung ada Seong Woo dan Ji Yoo yang baru saja selesai menonton film. Berjalan sambil bergandengan tangan, membicarakan betapa kerennya film action yang mereka tonton barusan. Mereka melanjutkan kencan di restoran, memesan beef steak dan sebotol wine. Seong Woo hendak menyuapkan daging yang telah ia iris pada Ji Yoo yang membuka mulutnya perlahan.

Make me feel so high, michigeseo nal meomchul sun eopseo.

Dering ponsel mengurungkan niat Seong Woo, ia terlalu malu membiarkan suara bising disuasana berkelas seperti ini. Meminta izin untuk mengangkat telepon terlebih dulu, lalu segera merogoh ponselnya di dalam saku. Seong Woo berdesis ketika mengetahui nama Kang Daniel muncul di layarnya, ia menyentuh ikon berwarna hijau dengan enggan.

"Daniel," ucapnya dibalas anggukan kecil Ji Yoo.

"Dia-kan tahu kalau kita sedang berkencan," kata Ji Yoo merasa terganggu karena acara romantisnya harus dijeda.

"APA?!" pekik Seong Woo.

Sontak Ji Yoo menyuruhnya untuk mengecilkan suara, tak enak dengan pasangan lain yang mungkin merasa terganggu juga.

Seong Woo sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya. "Dia bilang ada seorang wanita yang ingin tinggal bersamanya dihari pertama mereka bertemu," ujar Seong Woo tak percaya, lalu kembali berbicara lewat telepon, "Kau bilang gadis itu cantikkan, jadi biarkan saja dia tinggal di rumahmu."

"Benar dia mencintaiku karena aku cantik," sungut Ji Yoo memakan dagingnya kesal. "Kita lihat saja siapa yang lebih cantik." Pekiknya mengunyah seperti sedang melampiaskan kekesalannya pada makanan tersebut.

Di rumah, tepatnya di ruang bersantai, Daniel tengah memperhatikan Yoo Hyun yang sedang mengamati potret dirinya dalam bingkai.

"Dia memang cantik, tapi aneh dan sedikit berbahaya, sepertinya dia sangat tergila-gila padaku." bisik Daniel mendekatkan mulut ke ponselnya. "Kau menyuruhku mencampakannya setelah bermain-main dengannya, bolehkah?"

Seong Woo ingat sedang bersama dengan Ji Yoo, ia memberitahu agar Daniel bersenang-senang saja dan nikmati malam yang panjang bersama gadis itu, lalu menutup teleponnya.

"Saranmu itu terdengar tidak baik, bagaimana bisa menyuruh Daniel mencampakannya, lebih baik langsung tolak saja!" tukas Ji Yoo tak memberi kesempatan untuk Seong Woo membuka mulut. "Jangan-jangan kau juga akan mencampakanku setelah bosan denganku."

Jika sudah seperti itu Seong Woo segera bersikap manis dengan mengecup cepat bibir Ji Yoo. "Jelaskan kenapa aku harus merasa bosan dengan hubungan kita, dua tahun sudah berlalu saat kau menerima cintaku dan selama itu juga aku sudah berjanji untuk melindungimu selamanya." kata Seong Woo merapihkan rambut Ji Yoo ke sela telinganya. "Jangan bilang kau lupa dengan janji itu," ia menambahkan selagi mengiris daging.

"Issh, mana mungkin aku melupakannya, kau selalu mengatakannya agar aku tidak marah seperti sekarang. Hentikan jangan pernah lakukan itu lagi," kata Ji Yoo melihat sekitar, siapa yang tidak malu mendapatkan kecupan mendadak.

Seong Woo malah tersenyum nakal.

"Hajima (jangan)..." kata Ji Yoo dengan pelan, kemudian ia menyodorkan daging tepat mengenai mulut Seong Woo membuatnya belepotan, Ji Yoo tertawa renyah. "Kau terlihat lucu."

"Bersihkan untukku," Seong Woo malah mengerucutkan bibirnya.

***

Sudah jam sepuluh, dan Daniel masih belum makan. Ia pikir harus membuat sesuatu agar dapat menghilangkan rasa laparnya, di sisi lain dia bingung harus melakukannya atau tidak saat ada seorang wanita di rumahnya. Tak bisa menahan terlalu lama, maka ia membuka kulkas dan mencari bahan makanan.

"Lebih baik aku makan ramyeon saja, itu lebih cepat dibanding harus memasak." kata Daniel menutup kembali kulkasnya, beralih menuju rak yang di dalamnya terdapat banyak mie instan dengan berbagai rasa.

Yoo Hyun masih dengan rasa penasarannya terhadap setiap benda yang berada di rumah, ia bingung kenapa ada manusia di dalam benda itu. Daniel sempat menjelaskan bahwa sekarang ini dia sedang menonton, dan benda itu namanya televisi. Masa Yoo Hyun tidak mengetahuinya,

Tiba-tiba suara tawa mengagetkan Daniel, ia urung menyalakan kompor dan beralih melihat Yoo Hyun yang sedang tertawa terbahak-bahak karena acara komedi yang ditontonnya. "Dia benar-benar aneh," komentar Daniel kembali melanjutkan aktivitas memasak ramyeon-nya.

Wangi dari ramyeon yang sudah matang mampu mengalihkan perhatian Yoo Hyun, dia mengendus dan beranjak menuju dapur yang tanpa sekat. Rumah sederhana yang hanya memiliki satu kamar dan satu ruangan serbaguna ini ditinggali Daniel sejak berkuliah di Seoul, aslinya dia berasal dari Busan. Makanya ketika Yoo Hyun berkata harus tinggal di rumahnya, ia tak banyak berpikir karena hanya ada dia di dalamnya. Tapi sekarang ia menyesalinya...

"Wah, apa yang kau makan itu?" tanya Yoo Hyun mencondongkan tubuhnya melihat panci berisi ramyeon, yang baru saja akan disantap pemiliknya.

Terpaksa Daniel menurunkan sendoknya. "Ramyeon, masa kau juga tidak tahu makanan populer ini!" sentaknya dibalas tatapan tajam.

"Mana aku tahu, tempatku berbeda dengan tempatmu jadi wajar saja jika aku tidak tahu!" ketus Yoo Hyun menarik kursi kosong lalu duduk berhadapan dengan Daniel.

"Memangnya kau tinggal dimana, sampai tidak tahu ramyeon, haruskah aku berjualan di tempatmu itu." ledek Daniel mengaduk-aduk ramyeon lalu menyeruputnya.

"Karena aku peri tumbuhan, tentu saja aku tinggal di dunia tumbuhan dan hanya makan sayuran." balas Yoo Hyun dengan pandangan tak lepas dari ramyeon.

"Dasar gila kenapa aku meladeninya." tukas Daniel. "Jadi kau tidak akan meminta ramyeon ku, kan, sekarang pergilah, sana menonton lagi! Atau lebih baik kau segera pulang,"

Begitu mendengar kata pulang Yoo Hyun terlihat sedih, bagaimana bisa dia pulang. "Manusia dapat melihatku, sayapku hilang dan terjebak dalam diriku yang sekarang... jadi aku tidak bisa pulang, jika bisa aku tidak akan tinggal di rumahmu." keluh Yoo Hyun.

Gerak tangan Daniel terhenti, menjatuhkan mie dari sumpitnya. "Hentikan leluconmu, dan jangan ganggu makanku, OK!"

"Tapi aku benar-benar tidak punya rumah sekarang."

"Diam." singkat Daniel.

Yoo Hyun menurutinya, besok dia akan meyakinkan bahwa dirinya benar-benar peri tumbuhan, tak mau ambil risiko dengan berakhir diusir oleh pemilik rumah. Dia –pun hanya diam memperhatikan Daniel yang sedang menghabiskan makan malamnya, tampak menginginkannya.

"Kau mau mencobanya?" tawar Daniel.

"Tidak." kata Yoo Hyun menggigit bibir bawahnya pelan.

Selesai mencuci peralatan makan, Daniel kembali ke meja makan dimana Yoo Hyun sedang tertidur dengan kepala menempel di atas meja.

"Saat tidur dia terlihat seperti manusia normal." kata Daniel selagi mengoyang-goyangkan bahu Yoo Hyun pelan. "Tidurlah di sofa." lanjutnya namun tak ada tanggapan.

"Kenapa aku harus melakukan ini." hela Daniel mengangkat Yoo Hyun, memindahkannya agar tidur di sofa, lalu menyelimutinya.

***

Paginya Kim Yoo Hyun terbangun dari tidurnya, ia sempat terkejut dengan tempat keberadaannya. Biasa mendapati sekitarnya penuh dengan bunga, dan dedaunan hijau dengan dirinya yang tidur di dalam bunga, ketika bangun maka kelopak bunga akan terbuka. Seketika itu juga udara sejuk menerpa tubuh kecilnya, dan sayap berwarna merah muda dipunggungnya muncul.

Dia menghela napas panjang, "Aku rindu rumah." katanya mendadak duduk, "Aku harus segera mencari petunjuk." tambah Yoo Hyun mengingat tadi malam ia sama sekali tidak bisa menemukan petunjuk apa pun.

"Kang Daniel," panggil Yoo Hyun pelan seraya mendorong pintu kamar, dilihatnya Daniel masih tertidur dengan selimut yang hanya menutupi tubuh bagian atasnya. "Uhh, kakinya bergerak-gerak." tambah Yoo Hyun memasuki kamar hati-hati menuju jendela dengan tirai terbuka, ia bermaksud untuk membuka jendela.

Angin berhembus kecil memasuki ruangan, tepat di dekat jendela ada sebuah pohon dengan ranting melambai. Tak lama Daniel merasa dingin, ia mencari-cari selimut untuk menutupi kakinya. Bukan hanya itu, ia merasa ada yang membelai lembut wajahnya. Daniel menggeram, menggerakan kepalanya namun belaian itu semakin terasa membuatnya kegelian. Mendadak ia mengerjapkan matanya dan mendapati ranting pohon berdaun lebat menjulang panjang dari jendela sampai ke ranjangnya.

"Astaga aku kira tadi itu Yoo Hyun, tunggu..." Daniel melihat kembali apa yang telah membuatnya terbangun, "Sejak kapan pohonnya tumbuh ke dalam kamarku!" paniknya menyingkirkan daun di sampingnya. "Peri tumbuhan?" ingat Daniel merasa konyol jika harus mempercayai hal semacam itu.

"Iya, itu aku," Yoo Hyun muncul dari sela-sela dahan dan ranting di dekat jendela. "Aku yang membuatnya tumbuh sampai memasuki kamarmu, sekarang kau percaya padaku, kan?" ia menambahkan selagi Daniel turun dari ranjangnya, memeriksa keluar jendela.

"Yaaaa, cepat kembalikan pohonnya seperti semula!" titah Daniel panik, memikirkan bagaimana dia harus memotong dahan pohon sendirian dan itu berarti dia harus percaya bahwa gadis yang berada di kamarnya ini adalah seorang peri tumbuhan.

Dengan senang hati Yoo Hyun menunjukan kekuatannya sebagai peri, dimana saat ini Daniel sedang ternganga melihat dahan pohon yang menyusut keluar dari kamarnya, menyisakan beberapa helai daun berwarna kuning di lantai.

"Ini gila," pekiknya.

"Sekarang kau percaya, kan..." kata Yoo Hyun merasa menang.

***

Sampai disini dulu part 1 –nya, karena dirasa terlalu panjang jadi aku kurangi jumlah katanya dan kemungkinan Late Autumn ini memiliki bagian yang lebih panjang.

Jangan lupa vote & Comment setelah membaca ^^

Alesta Cho.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro