Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vol.4 Dream Space - Part 2

"Ji Ae –ya!" panggil Ki Hyun.

"Oppa, ayo kita pulang bersama" ajak Ji Ae.

"Sejak kapan Dae Hyun menjadi trainee disini?" penasaran Se Jeong yang sempat melihat berita tentang penyanyi solo yang membatalkan perilisan album terbarunya. "Kenapa dia tidak jadi mengeluarkan albumnya, padahal ketika memberitahukan-nya dia terlihat begitu senang.

~ ~ ~ Happy reading ~ ~ ~

DREAM SPACE

Part 2

'Pelatihan'

Setelah terjatuh dari kaca yang tak bisa disandari, Se Jeong dan Ki Hyun dikagetkan dengan suasana tempat latihan yang ramai. Apa dia baru saja memasuki ruangan lain yang berada di gedung agensinya, tapi ruangan ini sangat mirip dengan sebelumnya. Lalu apa yang membuat mereka jatuh dan siapa orang-orang ini?

"Jung Dae Hyun?" ucap tak percaya Se Jeong melihat orang yang dikenalnya berada di antara orang-orang yang sedang memperhatikan. "Sedang apa kau di agensi kami?" ia bertanya selagi Ki Hyun berdiri dengan canggung, jelas tak nyaman dengan semua tatapan yang tertuju padanya.

"Kalian trainee baru ya?" Ji Ae menerobos masuk dan tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Kenalkan aku Yoo Ji Ae, trainee selama setahun disini." ramahnya dibalas kekehan Ki Hyun.

"Jangan bercanda, sejak kapan kau menjadi trainee disini." katanya masih terkekeh.

"Satu tahun lalu," ulang Ji Ae.

Se Jeong memperhatikan gerak-gerik mencurigakan yang mungkin dapat dijadikan bukti bahwa sekarang ini ia sedang dikerjai, atau mungkin ada kamera tersembunyi.

"Sudah jangan mengerjaiku lagi, kenapa juga kau memperkenalkan dirimu." ujar Ki Hyun dikejutkan dengan suara terompet semakin terdengar saling menyusul, ditambah ucapan selamat datang.

"Welcome to dream space!"

Ki Hyun dan Se Jeong saling menatap heran. "Dream space?" katanya bersamaan.

Penyambutan anggota baru pun berlangsung meriah, walau masih tak mengerti dengan keadaan sekarang ini, tapi mereka menikmatinya. Terbiasa berlatih hanya berdua dan kini menjadi begitu ramai, membuat Ki Hyun dan Se Jeong asyik menari menerima tantangan battle dance dari Dae Hyun dan Ji Ae. Trainee lain bertepuk tangan meriah meneriaki nama mereka, rasanya ini sebuah mimpi yang nyata.

Pintu ruangan terbuka, seorang wanita berambut panjang yang dibiarkan tergerai, bertubuh tinggi dengan menggunakan high heels mengalihkan pandangan beberapa trainee.

"CEO Park datang!" seru salah satu trainee.

Semua pergerakan terhenti dan tenang, Ki Hyun masih asyik menari saat seperkian detik lagu sudah mati, sedang Se Jeong segera menyuruhnya untuk berhenti menari selagi trainee lain terbagi menjadi dua bagian mempersilahkan wanita dewasa itu untuk lewat.

"Yoo Ki Hyun, Kim Se Jeong ikutlah denganku." titahnya tegas namun ramah.

Mereka dibawa keruangan CEO (Chief Executive Officer), dimana kini memiliki interior yang lebih minimalis dengan nama Park Ka Hi tertulis di atas meja sebagai pemilik ruangan tersebut. Tak merasa yakin akan tempat yang dikenalnya sebagai gedung Dream Entertainment, Se Jeong mulai kebingungan. Terlebih sambutan anggota baru yang ditujukan untuknya dan Ki Hyun, serta segala sesuatu berubah namun tetap meninggalkan kesan sama dengan agensinya.

"Dimana kita sebenarnya?" Ki Hyun berbisik menanyakan hal yang ingin Se Jeong tanyakan juga. "Apa diam-diam CEO Choi menjual agensi beserta para trainee-nya?" tambahnya melirik Ka Hi yang datang dengan membawa dua cangkir berisi teh panas, menaruhnya di atas meja sejajar dengan posisi duduk tamunya.

Ka Hi mempersilahkan mereka untuk meminumnya, dia duduk di kursi putar dan berkata. "Pasti kalian bingung kenapa bisa berada disini," tebaknya tanpa menunggu jawaban Ka Hi melanjutkan. "Dream Space masih satu perusahaan dengan Dream Entertainment,"

"Kami baru mendengarnya." kata Ki Hyun.

"Tentu saja begitu, karena Dream Space ada untuk kalian." balas Ka Hi.

"Untuk kami?" tanya Se Jeong memastikan.

"Iya, kalian bisa menjalani pelatihan dan melakukan debut disini. Aku sudah menyiapkan pembaruan kontrak kalian dengan kami," ujar Ka Hi menunjukan dua lembar kertas. "Dalam satu bulan kedepan kalian bisa memulai debut sebagai idol bersama trainee lain, dengan satu syarat tertulis didalam kontrak." Jelasnya mengedikan kepala pada lembar kontrak yang kini berada di tangan masing-masing pemiliknya.

"Benarkah aku bisa segera debut." ucap tak percaya Ki Hyun, meneruskan dengan semangat. "Aku setuju, apa pun syaratnya akan aku lakukan!"

Se Jeong cepat-cepat menoleh pada Ki Hyun, dia telah membaca syarat yang diajukan dan mengeryit kaget ketika Ki Hyun mengiyakan-nya. Bahkan tanpa berpikir panjang lelaki itu menerima pulpen dari Ka Hi dan segera menandatangani kontrak dengan tinta berwarna merah.

***9

"Ki Hyun-ah katakan padaku kenapa kau menerima kontraknya?" kata Se Jeong dengan cemas di depan ruang latihan lima belas menit kemudian.

Tangan Ki Hyun sudah menarik handle pintu, memberi salam pada para trainee lain yang ia pikir sebagai pembantu dalam debutnya. Ji Ae melambaikan tangan sembari memanggilnya untuk bergabung, senyum ceria Ki Hyun merekah sebelum tiga detik kemudian berdecak melihat keberadaan Dae Hyun.

"Kontrak yang menguntungkan, mana bisa ditolak!" kata Ki Hyun menatap sengit Dae Hyun yang sedang tertawa di sebelah Ji Ae, ia melanjutkan sembari melangkah menghampiri adiknya. "Lalu kau sendiri kenapa?"

"Karena kau menandatanganinya... maka aku mengikutimu, walaupun tak begitu setuju dengan persyaratan-nya." jawab Se Jeong masih tak biasa dengan perubahan yang menurutnya drastis, kenapa juga Dae Hyun yang baru saja mengeluarkan album berada di antara trainee yang belum pernah debut.

Selagi memberi salam pada trainee lain, Ki Hyun bertanya. "Memangnya apa syaratnya?"

Seketika itu juga langkah Se Jeong terhenti, lelaki di depannya masih terus berjalan tanpa tahu kecemasan yang dirasakan gadis itu semakin kentara. "Kita akan kehilangan sesuatu yang paling berharga." ucap pelan Se Jeong, langsung saja pandangan matanya tertuju pada Dae Hyun selagi pria itu mendapatkan perlakuan tak mengenakan dari Ki Hyun yang mengacuhkan sapaannya. "Itu tidak masuk akal..." ia menambahkan sambil mengerjapkan mata berulang kali.

Latihan berlangsung selama tiga jam, bagi Ki Hyun itu sangat mengasikan namun berbeda dengan Se Jeong yang masih memperhatikan pelatih barunya sekaligus CEO - Park Ka Hi. Ada yang aneh pikirnya.

"Kau yakin tidak masalah dengan persyaratannya?" tanya Se Jeong ketika satu per-satu trainee lain keluar dari ruangan.

Bukannya menjawab Ki Hyun malah berjongkok kemudian meraih tali sepatu Se Jeong yang terlepas. Otomatis langkah gadis itu terhenti, ini bukan pertama kalinya ia mendapatkan perlakuan tersebut tapi tetap saja terkesima pada lelaki yang berstatus sebagai tunangannya ini.

"Jangan terlalu dipikirkan, paling dia hanya akan mengambil gaji kita setelah berhasil menjadi idol..." balas Ki Hyun berdiri menatap Se Jeong yang masih tertegun, ia menambahkan. "Umur kita sudah cukup tua untuk melakukan debut, jadi tidak ada pilihan lain dan dia bilang agensi ini ada khusus untuk kita. Lantas apa lagi yang kau khawatirkan?"

Kata khusus lebih mengusik lagi, begitu spesialnya-kah mereka sampai agensi menyiapkan kontrak debut dan dilatih bersama trainee yang lebih dulu berada dibawahnya walaupun memang masih satu label. Se Jeong menapik semua pemikirannya dan berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Ki Hyun.

"Lagipula impianku ada karena kau." gumam Se Jeong.

"Apa?" kata Ki Hyun yang mendengarnya.

"Tidak ada." geleng Se Jeong.

Sesampainya di pintu utama mereka melihat Ji Ae sedang melambaikan tangan kepada Dae Hyun, mengantarkan kepergian lelaki yang telah lama diidolakannya.

"Ji Ae –ya!" panggil Ki Hyun.

"Oppa, ayo kita pulang bersama." ajak Ji Ae.

"Sejak kapan Dae Hyun menjadi trainee disini?" penasaran Se Jeong yang sempat melihat berita tentang penyanyi solo yang membatalkan perilisan album terbarunya. "Kenapa dia tidak jadi mengeluarkan albumnya, padahal ketika memberitahukan-nya dia terlihat begitu senang."

Benar juga, Ki Hyun sama penasarannya. Terlepas dari rasa bencinya terhadap Dae Hyun, dia cukup menyayangkan keputusan tersebut dan malah kembali menjalani pelatihan, di agensi kecil pula. Ji Ae menghela napas panjang, terlihat begitu bangga karena ada yang bertanya padanya perihal batalnya perilisan album Jung Dae Hyun. Sebagai penggemarnya, pastilah dia juga kecewa tapi tidak karena sekarang mereka bisa lebih dekat.

"Pita tenggorokannya terluka!" kaget Ki Hyun.

"Dia tidak pernah membicarakannya." sedih Se Jeong.

"Bahkan dia tidak tahu kapan bisa bernyanyi lagi, dia butuh pengobatan khusus dan memilih untuk vacum dari dunia hiburan, namun ingin tetap berlatih. Jadi disinilah dia berada, Dream Space!" jelas Ji Ae berjalan kecil menuju beranda gedung. "Aku masih tidak percaya dapat satu agensi dengan Dae Hyun oppa..." imbuhnya merentangkan tangan penuh semangat.

"Aku juga masih tidak percaya kau menjadi trainee selama satu tahun, bagaimana bisa kau menyembunyikannya dariku!" tukas Ki Hyun.

Mereka bertiga berjalan bersama menuruni tangga menuju jalanan yang tak ramai, semakin jauh meninggalkan gedung yang diatasnya terdapat tulisan DREAM SPACE ENTERTAINMENT yang perlahan berubah menjadi DREAM ENTERTAINMENT. Tak ada yang mengetahui perubahan itu selain Park Ka Hi yang berdiri di atap memperhatikan kepergian mereka.

***

"Jangan oppa... aku mohon, swiit!"

"Aku akan mengatakannya..."

"Apa yang perlu kau katakan?"

Ki Hyun dan Ji Ae tersentak, mereka saling tatap. Ji Ae memberikan isyarat agar kakaknya itu tetap diam. Nyonya Yoo menaruh makanan di hadapan mereka, melihat bergantian kedua anaknya.

"Oh kalian bertengkar lagi... tidak bosankah bertengkar setiap hari." celetuknya duduk di kursi sebelah Ji Ae kemudian menaruh telur mata sapi di atas mangkuk nasi putrinya. "Kau perlu makan yang banyak agar dapat berkonsentrasi pada pelajaranmu," ia menambahkan sembari tersenyum menyemangati.

"Eomma sebenarnya,"

"OPPA! Kau juga harus makan yang banyak, berlatih seharian pasti membuatmu lelah!" sela Ji Ae tak mau ibunya tahu bahwa dia juga mengikuti pelatihan di sebuah agensi.

Setelah itu terdengar suara tegas dan berwibawa. "Sampai kapan kau akan mengejar impian yang belum tentu tercapai, lebih baik kau belajar dengan giat!" kata Tuan Yoo duduk di kursi kepala keluarga. "Lalu untuk apa kau kuliah jika seharian hanya melakukan hal yang tak penting."

"Appa..." Ki Hyun merajuk.

Sulit sekali untuknya mendapat izin dari sang ayah, sehingga mengharuskannya pergi secara diam-diam ketika berlatih menyanyi dan menari di agensinya. Satu tahun kemudian ia ketahuan saat tak sengaja Se Jeong menanyakan perihal audisi di depan orang tuanya.

Saat itu juga Tuan Yoo marah, menyuruhnya untuk segera menyerah menjadi idol. Karena merasa bersalah Se Jeong ikut membujuk calon mertua-nya agar tetap mengijinkan Ki Hyun menjadi trainee dan bahwa ia berjanji akan membantunya dalam pelajaran.

"Yeobo, Se Jeong ada bersamanya... mereka berhak untuk memiliki impian dan berusaha menggapainya. Jika tak berhasil juga kita segera nikahkan saja mereka," kata Nyonya Yoo membuat Ki Hyun tersedak.

"Eomma..." pekiknya.

"Kalian sudah lama bertunangan, jadi segeralah menikah." imbuh Nyonya Yoo selagi putri bungsunya cekikan, merasa lega juga karena pembicaraan beralih.

"Kita masih terlalu muda," kata Ki Hyun.

"Dulu juga Eomma menikah seumuranmu..."

"Itukan dulu." balas Ki Hyun.

"Kapan Se Jeong kemari lagi?" kata Tuan Yoo.

Seperti itulah pagi hari keluarga Yoo yang selalu diawali dengan obrolan serius hingga guyonan. Meski terkadang ada pertengkaran, tapi keluarga memang seperti itu adanya. Kembali memaafkan dan bersama adalah sesuatu yang harus dilakukan sebuah keluarga harmonis.

***

Kim Se Jeong tengah memperhatikan Jung Dae Hyun dari bangku biasa yang sering ia duduki di kampus. Beberapa wanita memberikan hadiah pada temannya itu sambil ada yang terisak, mungkin mengecewakan keputusan idolanya untuk hiatus dari dunia hiburan karena masalah kesehatan pita suaranya. Setelah memberi semangat dan berkata bahwa mereka akan menunggu Dae Hyun untuk kembali ke panggung, mereka pergi masih dengan menyeka air mata.

"Lihat aku," titah Dae Hyun saat sudah berada dihadapan Se Jeong.

"Aku melihatmu." kata Se Jeong tersenyum tipis.

"Apa aku terlihat menyedihkan?" tanyanya berekspresi datar dan itu mampu membuat Se Jeong tertawa. "Tidakkan?"

"Menurutku kau terlihat baik-baik saja, tapi... kenapa kau tidak memberitahuku?" tanya Se Jeong.

"Hanya tidak ingin membuatmu khawatir, kau sudah cukup lelah dengan evaluasi debut mana mungkin aku menambahnya." kata Dae Hyun duduk di sebelah teman wanitanya itu. "Sebenarnya aku tidak baik-baik saja..."

"Pasti, aku tahu itu. Mana ada orang yang tetap baik-baik saja setelah mengalami..."

Tiba-tiba saja Dae Hyun menyandarkan kepala di bahu Se Jeong, "Aku butuh tempat untuk bersandar." katanya membuat wanita di sebelahnya itu terdiam kaku.

Dan saat itu juga Ki Hyun segera menyembunyikan dirinya di balik pohon, ada perasaan berdesir dalam hatinya. Kenyataan yang selalu mengusiknya adalah bahwa tunangannya itu mencintai Jung Dae Hyun. Aku tidak suka melihat kedekatan mereka yang terjalin karena ku. Batinnya melangkah menjauh, urung menghampiri Se Jeong dan Dae Hyun.

Karena terlanjur malas mengikuti mata kuliah selanjutnya, Ki Hyun memutuskan untuk membolos dengan alasan bahwa dia tidak ingin bertemu dengan Se Jeong di kelas. Memang tak masuk akal jika mengingat alasannya, dia terlalu kesal pada gadis itu atau lebih tepatnya cemburu.

"ARGH, YOO KI HYUN!" Ki Hyun lebih kesal lagi karena tak bisa menghilangkan apa yang telah dilihatnya sepuluh menit lalu, hingga mengalihkan beberapa pandang mata ke arahnya. "Berhenti memikirkannya, dia sudah pasti sangat senang... kenapa kau harus semarah ini sampai berniat bolos kelas. Aku harus kembali ke kampus." ia menambahkan sembari berbelok ke arah sebelumnya, satu langkah, dua langkah...

"Tidak, tidak, kembali pun percuma. Pasti aku tidak bisa memahami pelajaran," kata Ki Hyun berbalik, berjalan cepat-cepat sebelum berubah pikiran lagi.

Saat itu tempat yang terpikir olehnya adalah Dream Space, ia tertawa ringan meyakini keputusannya. Berkata dengan suara gamang, "Benar, sebaiknya aku berlatih saja!"

Disana Ki Hyun bertemu trainee lain dan tak lupa menyapa mereka dengan ceria, sepertinya sudah lupa mengenai rasa terkhianati oleh mantan sahabat dan tunangannya. Ponsel di saku celananya bergetar sekaligus berdering nyaring, ia masih dengan senyum ramah mengambil benda persegi itu dan melihat siapa yang menelponnya.

"Kim Se Jeong." katanya hampir saja mengangkat panggilan tersebut. "Oh, kenapa dia meneleponku..." lanjut Ki Hyun menimbang-nimbang apa harus ia terima, atau tidak.

"OPPA!"

"Gapjagiya (Kaget aku)!" seru Ki Hyun, badannya agak terhuyung ke depan. "K, kau tidak sekolah?"

Sudah tahu akan ditanya seperti itu, Ji Ae menghela. Jadilah mereka mengobrol di ruang latihan, tentang alasan kenapa mereka membolos. Kakak beradik itu sama-sama sedang kesal, namun masalah mereka berbeda. Ki Hyun baru tahu bahwa adiknya pernah mengalami stress yang diakibatkan oleh seberapa seringnya ia belajar, tak mampu menjawab soal membuat kecemasannya muncul sampai pingsan. Ketika terbangun dia berada di UKS, dari pada kembali ke kelas Ji Ae lebih memilih untuk pergi berlatih.

Tangan Ki Hyun menepuk-nepuk pelan kepala sang adik, "Kasihan sekali otak kecilmu ini..."

Ji Ae hanya mengangguk kecil menyetujuinya, seperkian detik kemudian ia bertanya. "Oppa sendiri kenapa bolos?"

Ki Hyun langsung gelagapan, dia harus menjawab bagaimana, haruskah ia jujur tentang perasaannya terhadap Se Jeong. "Oppaneun..." ia tidak tahu kata-kata selanjutnya.

"Kenapa tadi tidak menjawab telpon dari Se Jeong Eonni?"

Akhirnya Ki Hyun memutuskan untuk menceritakan apa yang ia lihat, hingga memilih untuk membolos dan membuat Se Jeong terus menghubunginya. Antara menerima panggilan telpon atau tidak ternyata ia memilih untuk mematikan ponselnya.

"Se Jeong Eonni menyukai Dae Hyun Oppa!" kaget Ji Ae. "TIDAK BOLEH!" ia menentangnya keras-keras.

"Ya, siapa yang bisa menolak rasa suka itu ketika sudah memasuki hati." Ki Hyun akui perasaan itu datang begitu saja dan tak mudah untuk mengusirnya.

"Kalau begitu, Oppa sebagai tunangannya harus menghentikan perasaan itu dan masuk ke dalam hatinya. Aku tidak mau bersaing dengan calon kakak iparku sendiri, pokoknya Oppa harus mengurusnya..." cerocos Ji Ae penuh penekanan. "Jangan bilang kalau kalian akan membatalkan perjodohan?" terkanya tak ingin.

"Siapa yang bilang akan membatalkannya," balas Ki Hyun.

"Ki Hyun Oppa bukankah kau menyukai Se Jeong Eonni, jadi cepatlah ungkapkan perasaanmu itu ketimbang hanya marah-marah karena cemburu. Sepenuhnya aku mendukungmu!"

"Dari mana kau tahu bahwa aku menyukainya?"

"Itu jelas terlihat dari matamu,"

Buru-buru Ki Hyun berdiri dari duduknya dan mengajak Ji Ae untuk segera berlatih saja, dia merasa malu telah ketahuan menutupi perasaannya pada seseorang bahkan telinganya sampai memerah.

***

Sudahkah kalian membaca sampai akhir?
Kalau sudah waktunya beri vote dan komentarnya ^^

Alesta Cho.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro