Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vol.4 Dream Space - Part 1

Kihyun dan Sejeong memiliki impian yang sama yaitu debut sebagai idol, untuk itu mereka menjalani pelatihan sebagai trainee diagensi kecil bernama Dream Entertainment. Mereka juga memiliki hubungan sebagai pasangan yang telah dijodohkan oleh orang tua, mengharuskan keduanya bertingkah layaknya kekasih saat sebenarnya Sejeong mencintai pria lain.

~ ~ ~ Happy reading ~ ~ ~

DREAM SPACE

Part 1

'Ruang dalam cermin'

Yoo Ki Hyun tengah duduk di bangku yang terdapat di bahu jalan, memperhatikan mahasiswa lain yang berlalu lalang melewatinya dari arah yang berbeda. Saling bertegur sapa dan bercanda. Beberapa wanita ada yang menyapanya, tak bisa menahan nada senang ketika melihat Ki Hyun balas menyapa sambil melayangkan senyum manis.

"Kau belum dengar kalau dia sudah punya tunangan?"

Wanita itu berhenti tersenyum, lantas menyelidik menatap temannya. "Masa sih? Tapi dia tersenyum padaku..."

"Itu hanya sekedar sopan santun." sahutnya segera meneruskan ketika melihat orang yang dibicarakan muncul. "Itu dia, Kim Se Jeong."

Mereka berlalu semakin jauh, sebaliknya Se Jeong semakin dekat dengan tempat bersinggahnya Ki Hyun. Lelaki itu menghela napas berat, agak tak suka menjadi bahan pembicaraan yang kerap kali terdengar disekitarnya. Tanpa tahu apa yang baru saja terjadi, Se Jeong hanya duduk di sebelahnya kemudian menyimpan lembaran file di atas pangkuannya sambil berkata.

"Tugasmu sudah aku kerjakan, sekarang mana bayaranku." ia menggerak-gerakan jari jemarinya. "Berikan sekarang juga sebelum aku mengambilnya dengan paksa." ancam Se Jeong.

Tak butuh waktu lama untuk Ki Hyun menurutinya, ia merogoh isi tas dan mengeluarkan beberapa lembar uang yang kemudian diberikan pada Se Jeong.

"Begitu sukanya kau terhadap uang?" tanya Ki Hyun selagi Se Jeong sedang menghitung lembaran-lembaran uang tersebut, ia menjawab iya untuk pertanyaannya.

"Kali ini kau akan kembali mendapatkan nilai A..." sahut Se Jeong menyimpan uangnya di saku celana, ia menambahkan dengan ragu. "Apa seharusnya aku menyerah dan mulai fokus kuliah saja ya, pasti aku bisa menjadi jaksa hebat seperti ayahku!"

"Ini pasti gara-gara kau gagal di evaluasi debut kemarin, ayolah... masa baru segitu saja sudah menyerah!" kata Ki Hyun dengan suara keras.

"Baguslah kalau kau masih bisa bertahan lama di agensi, karena setahuku, kau gagal lebih sering dariku... setidaknya aku pernah hampir debut, tidak sepertimu!" sewot Se Jeong.

"Ucapanmu itu sangat keterlaluan tahu!" tak terima Ki Hyun menatap tajam tunangannya kesal, "Baru hampir debut saja sudah sombong, bagaimana nanti saat kau berhasil menjadi idol, tambah besar kepala saja!"

Jadilah mereka berdebat, soal siapa yang lebih lama menjalani pelatihan dan salah siapa gosip pertunangan itu tersebar hingga mengurangi fanbase masing-masing. Mereka memang masih seorang trainee tapi sudah banyak yang menunggu debut calon idol tersebut, bahkan meminta agar agensi segera mendebut-kan Ki Hyun yang merupakan trainee terlama dalam agensi.

"Tiga tahun itu sangat berharga, jadi kau jangan meremehkannya."

Memang Se Jeong akui dia sudah keterlaluan telah menyinggung kerja keras Ki Hyun. "Iya, iya, maafkan aku... lain kali aku akan hati-hati dengan ucapanku, lagian kau duluan yang menyebutku biang masalah."

"Kim Se Jeong." Sela Ki Hyun.

"Iya, iya, maaf... aku memang salah telah menyuruh Ji Ae datang ke kampus, tapi bukankah seharusnya kau marah padanya karena sebenarnya dialah yang telah memulai gosipnya, dia memanggilku kakak ipar!" jelas Se Jeong masih tak rela disalahkan sepenuhnya. "Kau lupa ya, karena pertunangan ini juga, aku tidak bisa mengungkapkan perasaanku pada Jung Dae Hyun. Disini aku yang lebih dirugikan,"

"Jangan sebut nama pengkhianat itu," sembur Ki Hyun mendadak berdiri dari duduknya, Se Jeong tersentak dan kembali mengakui kesalahannya.

Dia baru saja mengungkit hal yang sensitif bagi Ki Hyun, dimana rekan satu tim-nya itu lebih memilih melakukan debut di agensi lain yang lebih besar dan meninggalkan grup yang pada saat itu dibentuk agensi untuk mempersiapkan debut mereka sebagai idol.

"Oops mian..." Se Jeong menambahkan dengan pelan. "Lagi pula dia tak sepenuhnya berkhianat."

"Terus saja kau membelanya... aku ini tunanganmu, ingat itu!" pekik Ki Hyun selagi menatap kesal kehadiran Dae Hyun mantan rekan satu grup-nya. "Yang aku tahu grup debut menjadi berantakan setelah kepergiannya, semua anggota juga memilih melakukan trainee pada agensi lain dan hanya aku yang bertahan! Semuanya gara-gara dia!" ia menunjuk Dae Hyun yang sudah berdiri cukup dekat dengannya.

Saat itu Dae Hyun menunjuk dirinya sendiri sambil berkata, "Aku?"

Sedang Se Jeong segera menghampiri lelaki yang ia sukai dengan pandangan berbinar-binar, siapa yang tidak senang melihat sang pujaan hati berada tepat di depan mata. Sayang sekali dia merasa jauh karena status penyanyi yang Dae Hyun miliki, seperti sekarang ini tiba-tiba saja datang segerombol gadis mengerumuninya hingga membuat Se Jeong tersingkir. Ia sedikit kesal karena mendapat dorongan, dan berusaha keras memasuki kerumunan.

"Dae Hyun Oppa, Dae Hyun Oppa...!"

"Tolong beri aku tanda tanganmu disini."

Ki Hyun semakin cemberut, dilihatnya Se Jeong yang juga berteriak-teriak agar memberikan jalan untuknya. "Bodoh," gumam Ki Hyun.

Dengan sepenuh tenaga Se Jeong berhasil berada di dekat Dae Hyun, dan berlaga menjadi bodyguard merentangkan tangan dihadapan lelaki itu meminta agar para fans memberikan jalan untuk mereka lewat. Bisik-bisik terdengar mengatakan ketidaksukaannya terhadap Se Jeong, dan menanyakan sebenarnya siapa wanita yang berlaga penting itu.

Dae Hyun tersenyum kecil sembari membungkuk melewati mereka yang kecewa karena belum mendapatkan tanda tangannya. Satu per-satu mereka berlalu pergi, masih dengan mencuri pandang ke arah Dae Hyun dan Se Jeong yang kini berjalan menuju bangku yang diduduki Ki Hyun.

"Kenapa kau repot-repot memandunya, memangnya apa untungnya bagimu?" ketus Ki Hyun.

"Tentu saja agar kami semakin dekat, oh maksudku karena kita teman, alasan terbaik apa lagi coba selain persahabatan kita..." balas Se Jeong beralih menyuruh Dae Hyun untuk duduk, yang jelas saja langsung tak disetujui Ki Hyun dengan mengangkat kakinya sehingga tak menyisakan tempat.

"Tidak suka? Cari saja tempat lain!"

Sama sekali tidak ada perasaan dongkol, yang hanya Dae Hyun menarik satu sudut bibirnya, menghasilkan senyum miring yang tak disukai Ki Hyun. Se Jeong menggerutu sembari mencoba mangangkat kaki Ki Hyun untuk menyingkir.

"Mini album solo ku akan rilis nanti malam," kata Dae Hyun.

"Waah, selamat!" ucap Se Jeong tak memikirkan bangku panjang yang dikuasai satu orang menyebalkan.

"Aku tidak peduli!" Ki Hyun mengangkat kedua kakinya nyaris mengenai Dae Hyun dan Se Jeong jika saja mereka tak mundur satu langkah, setelah melayangkan tatapan bencinya dia-pun berdiri dengan angkuhnya meninggalkan tempat yang beberapa menit lalu telah disinggahinya. "Maksudnya apa memberitahuku tentang rilis album, apa dia baru saja meledekku! Aish, menyebalkan!" ia melanjutkan selagi melangkah lebar-lebar.

"Jangan terlalu dipikirkan, sebenarnya dia peduli padamu kok." hibur Se Jeong.

"Aku harus bagaimana agar dia memaafkanku?" desah Dae Hyun.

***

Dream Entertainment tak banyak memiliki calon idol yang dilatih, bahkan jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Selalu gagal dalam mendebut-kan grup, namun memiliki gedung yang besar. Maka dari itu Kim Se Jeong sangat menyukai tampat berlatihnya meski hanya ada dirinya di dalam ruangan tersebut. Justru itu membuatnya lebih fokus dalam mempelajari gerakan-gerakan baru, dia hanya butuh satu rekan saja untuk membantunya ahli dalam menyanyi dan orang itu adalah Yoo Ki Hyun.

Sudah hampir tiga jam ia berlatih dan orang yang ditunggu kehadirannya sama sekali belum menunjukan batang hidungnya. Se Jeong sudah mulai lelah menari dan berniat memulai latihan vocal-nya tanpa Ki Hyun. Ia pun menghentikan musik dan menyiapkan suaranya dengan berdehem-dehem kecil sembari melihat cermin besar yang sebelumnya dijadikan alat bantu untuk melihat setiap gerakannya.

"Lihat saja aku juga akan mengurangi jam latihan dance mu," kata Se Jeong siap bernyanyi dengan tangan terkepal dijadikan mic ditaruh tepat di bawah mulutnya. Baru saja ia membuka mulut, pintu terbuka, dilihatnya sosok yang memasuki ruangan melalui cermin. "Dae Hyun-ah!" sumringahnya berbalik untuk menyambut.

"Cinta memang gila!" celetuk Ki Hyun membanting pintu.

"Loh bukannya tadi itu Dae Hyun, dimana dia?" bingung Se Jeong celingak-celinguk mencari orang yang baru dilihatnya. "Kau tidak datang bersamanya?"

"Untuk apa aku datang bersamanya?" balik tanya Ki Hyun sembari melempar tas ke lantai. "Kau lupa kalau Dae Hyun sudah lama pindah agensi dan bahkan telah melakukan debut kilatnya, jadi kau jangan terlalu kecewa karena kenyataannya hanya aku yang datang!"

"Jelas-jelas aku melihatnya di cermin tadi, tapi anehnya kau yang datang."

"Itu karena kau selalu memikirkannya! Sudah ayo cepat kita mulai latihannya!"

Masih dengan wajah kebingungan Se Jeong berjalan, menyalakan musik dan tersadar bahwa sekarang gilirannya berlatih vocal dari Ki Hyun dan bukan dia yang memberi latihan dance.

"Kau telat, jadi hari ini tidak ada kelas dance..." ucapnya tak mau tahu.

Namun Ki Hyun tetap menyalakan musiknya yang seperkian detik kemudian kembali mati. Begitu seterusnya sampai Se Jeong kesal dan berteriak tetap tidak akan mengajarinya dance. Tak mau berdebat lebih lama Ki Hyun menjawab bahwa dia akan berlatih sendiri, jadilah Se Jeong mendesah kesal, menghempaskan pantatnya di atas lantai, terduduk dengan pandangan tertuju pada lelaki yang mulai menari.

"Kau menginjak kakiku!" jerit Se Jeong ketika tak sengaja Ki Hyun menyenggol kakinya yang berselonjor.

"Duduklah yang benar!" tegur Ki Hyun yang entah kenapa langsung dituruti gadis itu yang kini duduk bersila.

Setelah menari tiga lagu, Ki Hyun meminta minum pada Se Jeong dan lagi-lagi gadis itu segera memberikan botol minum miliknya. "Lap juga keringatmu." kata Se Jeong menyodorkan handuk kecil berwarna putih polos. "Baru menari segitu saja kau sudah kelihatan lelah," ia berkomentar sambil menatap cermin yang saat itu memperlihatkan bahwa ada yang melewati ruang latihan dan ketika melihat ke arah pintu, Se Jeong mendapati pintu tertutup rapat.

"Apa kau tadi melihat sesuatu di cermin?" tanyanya saat Ki Hyun menutup kembali botol dan memutar posisi duduknya agar lebih mengarah ke cermin.

"Aku melihat sesuatu!" serunya dibalas anggukan serius Se Jeong. "Ada wanita jelek yang sedang mengangguk-angguk seperti anjing kecil!" lanjut Ki Hyun terbahak-bahak.

Se Jeong menatap kecewa Ki Hyun dan berkata. "Padahal aku serius..."

"Aku juga serius," balas Ki Hyun dengan cengirannya.

"Sini kau!" pekik Se Jeong merangkul leher Ki Hyun dan menariknya ke bawah. "Rasakan keseriusanku ini!"

"Se Jeong-ah lepas, aku tidak bisa bernapas!" kata Ki Hyun sembari mencoba keluar dari tangan wanita itu, sampai ia terbatuk-batuk.

Begitulah hubungan mereka yang mengalir dengan dilandasi perjodohan kedua keluarga semenjak dua tahun lalu. Saat itu Se Jeong –lah yang paling keras menentang, dia sampai tak pulang ke rumah beberapa hari dan pertemuan pertamanya dengan Ki Hyun terjadi begitu saja di sebuah sauna.

Saling tak mengenal satu sama lain, karena tak berminat dengan perjanjian antar keluarga itu untuk mempererat persahabatan dalam ikatan keluarga. Memiliki impian yang sama membuat mereka mulai dekat hingga akhirnya mengetahui kenyataan bahwa mereka pasangan yang telah dijodohkan.

~

"Kenapa kau tidak bilang kalau orang yang dijodohkan denganmu itu aku!" sentak Se Jeong.

"Kau tidak bertanya..." balas Ki Hyun.

"Jangan pernah kau jatuh cinta padaku." Se Jeong memperingati dan melanjutkan dengan marah. "Aku sudah menyukai orang lain..."

Tentu saja Ki Hyun tahu, mereka sudah sering membicarakan satu nama yang juga ia kenal sebagai sesama trainee di agensi yang menaunginya, bahkan lebih dekat dari sekedar rekan. Sampai ia berpikir mungkinkah Se Jeong wanita yang dijodohkan dengannya?

"Jung Dae Hyun, kau menyukainya-kan?" tanya Ki Hyun.

"Dari mana kau tahu," kata Se Jeong lupa akan percakapan yang sering mereka bicarakan.

Hari itu mereka habiskan untuk mengobrol dan saling jujur, dimana Ki Hyun menjalani pelatihan di tempat yang sama dengan Dae Hyun. Hingga memberanikan diri untuk bertanya siapakah yang dijodohkan dengannya? Ki Hyun terkejut mengetahui Se Jeong-lah wanita itu, ia tak berani memberitahukannya sebab tak ingin dimusuhi. Malah menawarkan bantuan untuk mendekatkan Se Jeong dengan Dae Hyun.

~

"Mendekatkan kau dengannya adalah perbuatan bodoh yang paling kusesali. Aku benar-benar tidak tahu akan jatuh cinta secepat itu padamu." batin Ki Hyun mengingat bagaimana ia telah membantu Se Jeong mengikuti audisi di Dream Entertainment, hingga berteman baik dengan Dae Hyun.

Ki Hyun membalikan keadaan dengan memutar badan, lepas dari rangkulan tangan Se Jeong dan ganti merangkul gadis itu dari belakang. "Kau tidak akan bisa keluar dari masalah ini." katanya tersenyum puas.

Se Jeong terdiam dan membatin. "Alasan aku setuju berpura-pura bertunangan adalah karena aku mulai tertarik padamu..."

"Bagaimana, kau menyerah sekarang?" tanya Ki Hyun menjulurkan kepalanya melalui bahu Se Jeong, "Katakan kalau kau menyerah maka aku akan melepaskanmu." ia menambahkan selagi gadis itu sibuk menahan napas, dan mengatur kecepatan detak jantungnya.

Tangan Se Jeong seakan kaku, tak mampu memberontak dan lebih memilih untuk mengakui bahwa dia telah kalah dengan perasaan ini. "Baiklah aku menyerah," katanya setelah menghembuskan napas tertahannya.

"Kalau begitu ayo kita berlatih." ajak Ki Hyun melepaskan rangkulannya dengan santai.

***

Rumah bertingkat dua terlihat sepi dari luar, namun di dalamnya sangat bising. Teriakan histeris terdengar ketika sang penyanyi yang dilihatnya di layar televisi mulai mengeluarkan suara merdu. Memang bukan idol grup tapi mampu menyita perhatian pencinta K-Pop, seorang solois pria pendatang baru yang sangat di idolakan para remaja sekolah termasuk Yoo Ji Ae.

Gadis imut dengan ponytail pirang itu tak pernah ketinggalan acara musik yang menampilkan idola favorit-nya, sebelum menjadi sepopuler sekarang-pun ia sudah mengaku sebagai fans fanatik-nya. Mereka pernah dekat dan berbagi makanan bersama, hanya saja selalu ada orang ketiga di antara mereka.

"Berisik!"

Suara menyebalkan itu terdengar setiap ia menonton idola kesukaannya, layar televisi mendadak hitam semua.

"YOO KI HYUN!" geramnya mengetahui siapa yang telah mematikan televisi, "Cepat kembalikan remotnya," rengek Ji Ae mengejar Ki Hyun yang berlari dengan memegang tinggi-tinggi benda persegi panjang yang dipenuhi tombol-tombol fungsi.

"Kau masih berpihak padanya setelah mengetahui apa yang telah dilakukannya pada kakakmu sendiri." kata Ki Hyun selagi meloncati sofa.

Ji Ae sudah menyerah, "Ki Hyun Oppa... aku mengerti apa yang kau rasakan, seperti saat impianmu terhempas dan hampir putus asa," helanya agak menyesal.

"Orang yang tidak punya impian mana tahu perasaan itu." ketus Ki Hyun mengembalikan remotnya dan menghempaskan tubuh di atas sofa.

Tombol power ditekan dan televisi kembali menyala, namun sudah berganti menampilkan penyanyi lain. Menit kemudian Ji Ae tersenyum senang ketika mengetahui Jung Dae Hyun menjadi MC special, ia mulai bereaksi berlebihan hendak bertepuk tangan saat Ki Hyun kembali merebut remot dan layar-pun tak bergambar.

"Baiklah, aku memang tidak punya impian tapi setidaknya Oppa menghargai apa yang aku sukai, disaat semua kesenanganku sudah dirampas dan hanya bertahan mengakui satu fakta bahwa aku adalah seorang fans!" bentak Ji Ae berlalu menuju kamarnya, membuka pintu dengan sekali hentakan dan menutupnya dengan keras.

Suasana berubah hening. Ki Hyun menggeleng melihat kelakukan adiknya, bagaimana bisa mereka akur dan sangat dekat dulu. Ki Hyun hampir tak percaya pernah diikuti oleh adik perempuannya kemana-pun ia pergi, dan tak begitu mengetahui apa yang diinginkan Ji Ae selain menonton acara musik.

***

Keesokan harinya sarapan antara kakak beradik itu sangat canggung, sampai orang tua mereka terheran-heran dengan suasana pagi yang biasanya ramai. Yoo Ki Hyun melirik Yoo Ji Ae yang duduk di sebelahnya sudah rapih dengan seragam sekolah hanya mengaduk-aduk makanan tanpa minat.

Ada sedikit perasaan menyesal mengingat pertengkaran kemarin, Ki Hyun merasa telah bersalah pada adiknya yang selama ini hanya diam dan begitu penurut. Tak pernah meminta sesuatu selain dapat menonton konser, itu pun jika nilainya berada ditiga teratas. Karena itulah Ji Ae begitu rajin belajar, tekadnya yang kuat membuat dia berada diperingat pertama.

Dari keluar rumah sampai berada di halte bus, tak ada satu-pun perkataan yang terlontar. Ji Ae masih dengan earphone-nya. Ki Hyun menebak adiknya itu sedang mendengarkan lagu-lagu baru Jung Dae Hyun. Sebal memang saat mengingat semua pengkhianatan yang penyanyi solo itu lakukan untuk meraih impiannya lebih dulu, ia akui sempat ingin menyerah dengan impiannya dan menuruti ucapan sang ayah untuk menjadi jaksa.

Sama dengan Se Jeong yang juga diarahkan dalam menentukan impiannya, dia juga begitu, disuruh menjadi pegawai negeri yang membantu menyelesaikan segala permasalahan warganya. Ji Ae lebih parah lagi dengan mendapatkan semua bimbingan pelajaran semenjak duduk dibangku dasar. Hanya satu yang ia minta sebagai imbalan atas kerja kerasnya, yaitu menonton konser.

"Apa menurutmu, aku sudah keterlaluan pada Ji Ae?" tanya Ki Hyun menundukan kepalanya.

Kim Se Jeong memperlambat gerakannya, "Kau benar-benar keterlaluan, sudah tahu dia tak pernah berpikir untuk memiliki impian karena sedari kecil sudah ditetapkan harus menjadi seorang pengacara. Jelas kalau aku diposisinya aku juga akan marah," katanya selagi berputar-putar dengan satu kaki sebagai poros. "Pernahkah kau bertanya apa impiannya?" ia bertanya dan Ki Hyun menggeleng lemah.

"Tidakkan... jadi minta maaflah padanya karena aku yakin dia juga memiliki sebuah impian untuk diraih." imbuh Se Jeong menghentikan putaran, berbalik melihat Ki Hyun yang mengangkat kepala tepat saat itu juga ia melihat Ji Ae melalui kaca.

Ketika dilihat lagi tak ada pantulan di cermin selain dirinya dan Se Jeong.

"Tentang kau yang beberapa kali melihat Dae Hyun dalam cermin, aku juga melihatnya." kata Ki Hyun tak ingin mempercayainya, namun tadi itu begitu nyata, ia seperti melihat sosok adiknya sedang berlatih menari di ruangan yang ditempatinya sekarang.

"Benarkah? Kapan dan apa yang dia lakukan?" ujar Se Jeong selalu antusias jika sudah menyangkut lelaki yang disukainya.

Kenapa juga tunangan dan adiknya sama-sama menyukai Jung Dae Hyun. Belum juga menjawabnya, Ki Hyun kembali dikejutkan dengan kehadiran banyak orang ke dalam ruangan melalui cermin tersebut. Buru-buru ia menoleh ke arah pintu, tapi tidak ada satu-pun yang memasuki ruangan. Aneh sekali, pikirnya berjalan mendekati kaca lalu mengetuk-ngetuknya.

"Ada apa?" penasaran Se Jeong mengikuti.

"Aku baru saja melihat segerombol orang memasuki ruangan ini termasuk Dae Hyun dan Ji Ae..." kata Ki Hyun masih mengetuk kaca yang sama sekali tak merespon.

"Melalui kaca ini?" kata Se Jeong memasang pendengaran dengan tajam, mendekatkan telinganya pada kaca. "Aku mendengarnya, ada suara musik dan decitan sepatu yang bergesekan dengan lantai seperti saat kita berlatih menari." tambahnya semakin menempelkan telinga ke kaca dan mendadak tubuhnya condong ke depan tak bisa bersandar, otomatis tangannya menarik tangan Ki Hyun.

Mereka terjatuh tepat di depan kaca yang sama dalam keadaan menelungkup.

"Appo..." rintih Se Jeong.

"Kenapa kau menarikku." sahut Ki Hyun mengangkat kepalanya terlebih dulu, "Aaaakh!"

"Begitu sakitkah sampai kau berteriak seperti itu," Se Jeong meremehkan sembari berdiri dari jatuhnya dan terbelalak mendapati beberapa pasang mata tertuju padanya. "Si, siapa kalian?"

***

Ada yang bisa nebak apa yang terjadi pada Ki Hyun dan Se Jeong? Vote dan beri komentar yuk part 1 dari series ke-4 Penta Fantasy ini.

Alesta Cho.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro