Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vol.2 Silent School - Part 3

"Hyung apa yang kau lakukan di sana? Cepat turun!" rengek Seokmin memikirkan satu hal bodoh mengakhiri hidup dengan meloncat.

"Kau pikir dia akan melompat dari ketinggian dua puluh meter..." timpal Jun melihat ekspresi khawatir Seokmin.

"Ketua bisa saja melakukannya!" kejut Wonwoo seraya bangkit dari duduknya, terburu mendekati Seungcheol diikuti Seokmin.

~ ~ ~ Happy reading ~ ~ ~

SILENT SCHOOL

Part 3

'Menghilang bukan berarti buruk'

Sesampainya di aula mereka terlihat lemas, masing-masing memikirkan siapakah yang akan hilang berikutnya. Mungkinkah aku? Yang lain memburu menghampiri dan menanyakan dari mana saja mereka, kenapa begitu lama, sudah satu jam berlalu saat berjanji untuk bertemu kembali.

"Wah kalian bawa banyak makanan." Mingyu tersenyum memperlihatkan gigi taringnya, mengambil alih plastik di tangan Seungkwan yang langsung diberi gelengan penolakan dari Joshua agar ia tak mengambil milik Seungkwan, dia bisa marah, bisiknya.

"Ambil saja aku sudah tidak napsu makan," Seungkwan memberitahu di akhiri helaan.

"Ada apa dengan kalian?" tanya Woozi tersadar dengan sikap mereka.

"Oh dimana Shinbi?" Kyulkyeong mencari-carinya.

"Apa dia menghilang..." tambah Saeron menebak akibat kemurungan terjadi, yang ditanyai kompak mengangguk.

Rasa cemas kembali menyelimuti, mereka membuat lingkaran besar di atas panggung, duduk mendengarkan cerita menghilangnya Shinbi dari mulut ke empat laki-laki yang saat itu bersamanya. Butuh waktu setengah jam untuk menceritakannya sedetail mungkin, tak terlewatkan memberitahu keisengan wanita itu saat berpura jatuh dan bilang ada yang menarik kakinya.

"Mungkin dia sedang bersembunyi sekarang atau mengawasi kita," celetuk Jeonghan tak begitu disetujui yang lain, mana bisa ia melakukan hal menakutkan disaat dia tak cukup berani untuk itu.

"Kami juga sempat berpikir seperti itu tapi asapnya benar-benar ada dan kembali menghilang dengan cepat, saat itulah Shinbi menghilang." Jun masih merasa bersalah karena meninggalkan gadis itu di belakang sendirian.

"Untuk sekarang kita harus tenang dulu jangan berpikir yang tidak-tidak," ujar Woozi mengintruksi yang lain agar menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya bersama.

"Kita masih belum menemukan jalan keluar dan akan melanjutkan ke lantai tiga dan empat, kalau tidak ketemu juga kita akan menuju atap." tambah Woozi.

Mereka yang mencari jalan keluar kesulitan saat memecahkan kaca pun tak bisa, tak mau pecah seperti yang pernah dilakukan Wonwoo terakhir kalinya untuk melakukan kekacauan di sekolah dan bolos melalui jendela tersebut. Hal-hal aneh terus bermunculan membuat mereka frustrasi dan memilih ke aula.

Sama hal-nya dengan Seungcheol dan yang lain, tak mendapati siapa pun berada di studio. Ketika Vernon melihat sekelebat bayangan melewati pintu, mereka berlari untuk mencarinya namun tak juga ketemu. Seokmin sudah wanti-wanti agar pergi saja, ia menjadi orang yang paling penakut di antara mereka saat itu bahkan sekarang pun masih.

"Kita tidak akan kemana-mana, pasti akan ada yang hilang lagi..." kata Seokmin mendapat perhatian dari beberapa orang yang juga berpikir sama dengannya, "Aku akan tetap di sini," putusnya mengambil satu bungkus roti.

"Kau itu pengecut sekali, apa dengan tetap di sini kau akan selamat dan tidak menghilang?" pekik Seungcheol.

"Iya aku memang pengecut, dari dulu aku menjadi yang paling penakut, berpikir untuk bergabung dengan kalian dan melakukan hal yang tidak lebih baik dari seorang pengecut." marah Seokmin meluapkan perasaannya.

"Seokmin-ah..." kata Wonwoo simpati, namun tidak dengan Seungcheol yang tak terima dengan perkataannya.

"Kalau begitu kau tetaplah di sini sampai waktunya kau menghilang!" gertaknya berdiri dari duduknya dan melangkah keluar dari aula diikuti Kyulkyeong yang serba salah.

Semua berdiri dan pergi dari aula kecuali Seungkwan yang tetap duduk sambil memakan roti yang ketiganya. Seokmin menoleh padanya dengan tatapan sedih.

"Aku akan tetap di sini menemanimu, entah kita akan menghilang atau tidak dan dimana pun kita berada nanti setelah menghilang, asal ada makanan aku tidak masalah." perkataan Seungkwan tak sejalan dengan pikirannya, sebenarnya ia takut tidak bisa kembali ke rumah dan melihat keluarganya lagi, dia juga rindu berada di dalam kelas walau tak benar-benar memperhatikan.

***

Tiga jam berlalu saat mereka memasuki sisi lain sekolah dan belum ada petunjuk apa pun mengenai cara kembali ke kelas meski sudah dicoba mendatangi kelas mereka masing-masing, tapi tetap saja tidak ada perubahan.

Lampu menyala untuk beberapa saat dengan cepat menghempaskan perasaan lega, mereka bahkan belum mematikan cahaya dari ponsel dan lampu sudah mati lagi.

"Siapa tahu ada yang memainkan listriknya, aku dan Dino akan pergi memastikannya," kata Vernon dengan mantap.

"Tidak apa-apakan kami pergi?" tanya Dino pada Seungcheol yang melirik Kyulkyeong.

"Tentu... pergilah," katanya setelah mendapat persetujuan dari Kyulkyeong, kenapa dia harus meminta persetujuannya, dia tak tahu.

Sepeninggalnya Vernon dan Dino mereka berjalan menyusuri koridor, rasanya begitu canggung dan Kyulkyeong mencoba berbicara. "Dengan hanya ada kau bersamaku, aku tidak takut... sejujurnya aku sangat menginginkan kita jalan bersama seperti ini, sudah lama aku memperhatikanmu, kau juga begitu..."

Seungcheol menghentikan langkahnya dan menatap wanita yang kini berada di hadapannya, cahaya ponselnya lurus ke arah lantai.

"Kau menyukaiku, kan? Seokmin yang mengatakannya dia begitu polos dan perhatian, dia bilang kau lebih dari seorang kakak kelas, baginya kau adalah Hyung..." Kyulkyeong meneruskan, "Jadi jangan terlalu kasar padanya, dia membantuku memahami perasaanku dan aku tahu bahwa aku juga ternyata menyukaimu, pantas saja aku selalu ingin melihatmu, menggerutu kesal saat kau tak ada di sekolah... pergi bolos bersama teman-temanmu dan saat itu aku juga tidak ingin berada di kelas karena kau tidak ada di sana." panjang lebar Kyulkyeong tak bisa dijawab langsung oleh Seungcheol.

Di saat seperti ini Seungcheol harus bagaimana, apa yang harus dikatakannya, dia sama sekali tak tahu. Tiba-tiba saja ia terpikir sesuatu tentang perkataan Wonwoo yang sudah mengecup kekasihnya Sohye, gila... apa yang dia pikirkan! Tapi wajah Kyulkyeong saat ini begitu cantik hanya dengan sedikit pencahayaan, ia pun mencondongkan tubuhnya dan mata Kyulkyeong terpejam begitu saja.

Dalam waktu yang sangat singkat asap mengepul di antara mereka, tepat di hadapannya Kyulkyeong menghilang.

"Woah... tadi itu apa, Kyulkyeong-ah!" ingin rasanya ia terbangun dari mimpi buruk ini, gadis itu benar-benar tidak ada. "KYULKYEONG-AH!" suara Seungcheol menggema.

Woozi, Saeron, Wonwoo dan Mingyu berlari ke arahnya memastikan apa yang terjadi pada Seungcheol. Mereka mendengarnya dari lantai tiga dan terburu-buru turun, lain hal-nya dengan Jeonghan dan Joshua berjalan terengah-engah sepertinya terlalu lelah untuk berlari setelah menuruni tangga.

"Di mana yang lain?" Woozi bertanya pada Seungcheol dengan suara menenangkannya.

"Kami di sini!" sahut Vernon dan Dino menghampiri mereka.

"Kyulkyeong menghilang?" kata Saeron cepat-cepat.

"Tepat di hadapanku," tambah Seungcheol.

"Oh maaf kami tidak mengerti tentang listrik." sesal Vernon, Dino terlihat sama menyesalnya.

Setelah kehilangan tiga teman mereka melanjutkan pencarian dengan tak bergairah, mulai ragu dengan adanya jalan keluar.

"Setahu ku hanya baru dua orang yang menghilang, jadi siapa yang ketiga?" heran Jun yang sudah bergabung dengan mereka, menanggapi perkataan Joshua.

Mereka yang belum tahu penasaran dengan orang ketiga yang telah hilang, Hoshi tak percaya mengalami hal seperti ini dan Minghao terpikir orang tuanya yang berada di China. Joshua memberitahukan bahwa ketika bertemu Kyulkyeong wanita itu berkata sebelumnya bersama dengan Nayoung.

"Bagaimana dengan Haeryung yang hilang di UKS sebelum akhirnya mereka berdua pergi ke toilet dan di sanalah Nayoung menghilang." kata Jeonghan ada kemungkinan sudah empat orang yang menghilang.

"Jadi selanjutnya akulah yang akan menghilang." ucap Saeron pelan mengingat semua wanita yang telah hilang.

"Apa kalian tidak berpikir kalau menghilang itu pertanda baik?" tanya Mingyu ragu.

"Sesuatu yang menghilang itu buruk, apa kau tahu kemana mereka pergi dan apa yang sedang terjadi pada mereka?" Seungcheol agak sensitif dengan kata menghilang setelah kepergian sekejap matanya Kyulkyeong.

Mingyu harus menelan dalam-dalam perkataannya, meski begitu dia ada benarnya juga. Siapa yang tahu mereka menghilang ke tempat baik atau buruk. Saat ini terasa begitu gamang dan makin tak mengerti dengan apa yang harus dilakukan. Sampai suara microfon kembali terdengar keras dikesunyian, di luar sana masih hujan namun sudah tidak ada kilat dan petir, tapi tak satu pun dapat mendengar rintikan hujan tersebut.

Di aula Seokmin dan Seungkwan juga mendengarnya, mereka saling mendekat kemudian berpelukan ketika suara memberitahu mereka bahwa hanya ada dua yang berhasil kembali ke kelas.

Setiap satu jam kalian akan mendapat kesempatan untuk pergi dari sisi sunyi sekolah, bukankah di sana sangat menyenangkan hanya ada kalian yang ingin merasakan ketenangan tanpa harus melanggar peraturan. Sampai jumpa dipergantian kelas selanjutnya...

"Menyenangkan apanya?" desis Dino tak terima diperlakukan seperti ini, "Apa dia pikir kita adalah karakter dalam sebuah game." ia menambahkan dengan keras.

"Sisi sunyi sekolah... sebelumnya dia bilang sisi gelap, jadi apa maksudnya?" Minghao berpikir keras tapi tak sebanding dengan apa yang didapatnya. "Aku tak mengerti."

Semuanya memutuskan untuk kembali ke aula, dimana Seokmin dan Seungkwan baru saja melepas rangkulan mereka setelah mendengar suara yang menyeramkan bagi keduanya.

"Kau dengar itu setiap satu jam," kata Seungkwan memikirkan sesuatu yang tak terpikirkan oleh Seokmin.

"Apa?" tanyanya benar-benar tak mengerti maksud ucapan dari microfon tadi.

"Kita harus menghilang untuk kembali ke kelas," antusias Seungkwan.

"Apa kau bisa teleportasi?" tanya Seokmin dan Seungkwan menggeleng, ia meneruskan. "Aku juga tidak, jadi bagaimana caranya kita bisa menghilang? Pokoknya aku tidak mau ambil risiko, yang benar saja menghilang, kenapa aku harus terjebak di sini?" banyak yang ingin diketahuinya tapi Seungkwan tak tahu pasti alasannya.

"Pokoknya aku akan menghilang, tapi bagaimana caranya aku bisa menghilang." dengan kerennya Seungkwan berlagak berpikir serius, Seokmin hanya kembali mengunyah rotinya.

Mendengar ada yang datang dia berpura-pura tidur telentang, mengabaikan ucapan Seungkwan tentang sebentar lagi waktu akan menunjukan jam dua belas tepat waktunya dia menghilang, duduk sila berkonsentrasi memikirkan tempat yang ingin ditujunya, seolah jika tidak seperti itu ia akan tersesat.

Pintu aula terbuka. Mingyu dan Wonwoo memasuki ruangan tersebut lebih dulu, disusul dengan Jeonghan, Joshua dan Vernon yang mengobrol tentang kemungkinan apa yang terjadi pada orang-orang yang menghilang.

Di belakangnya Seungcheol mencoba untuk tak mengingat asap yang seakan telah menelan Kyulkyeong. Di setiap sisinya, Jun, Hoshi dan Minghao memberi semangat pada ketua geng sekolah yang tak seperti dipikirkannya sebelum mereka tak saling kenal.

Dia cukup memiliki hati yang lembut dan hangat, ucap Minghao beberapa saat lalu yang disetujui Jun dan Hoshi.

Mata Saeron tak henti-hentinya memperhatikan para siswa, ia mencoba mengingat siapa saja yang tadi pergi bersamanya setelah hilangnya Kyulkyeong. Sampai tersadar bahwa teman sekelasnya Dino tidak ada.

"Dino menghilang." ucapnya setelah dekat dengan panggung seni, membuyarkan konsentrasi Seungkwan yang ingin pergi ke rumah dan Seokmin tak lagi berpura-pura tertidur.

Semua pasang mata bergulir ke sekeliling mereka dan tidak dapat melihat Dino dimana-pun, tiga kata yang terucap dari mulut Hoshi. "Dia tidak bercandakan?"

"Kenapa bukan aku..." bingung Saeron tentang dugaannya yang ternyata salah.

"Dimana Kyulkyeong?" mudah untuk Seokmin mengetahui ketidakhadiran wanita itu karena hanya ada dua wanita dan ia hanya melihat Saeron.

Seungkwan mengutarakan pendapatnya bahwa Dino baru saja menghilang tepat disaat kedua jarum jam menunjuk lurus ke arah dua belas. Padahal dia sudah berkonsentrasi untuk menghilang tetapi tidak berhasil, jadi apa yang dilakukan Dino agar dapat menghilang.

"Terakhir dia mengatakan menyenangkan apanya, dia pikir kita adalah karakter dalam sebuah game!" Joshua menirukan ucapan Dino walau tak begitu mirip dan segera saja Seungkwan mengatakan hal yang sama tapi tak terjadi apa-apa padanya, dia tidak menghilang.

"Mungkin aku harus mengatakannya lagi ketika jam satu... apa kalian kembali untuk makan, cepatlah kesini sebelum aku menghabiskan semuanya..." kata Seungkwan membagikan satu bungkus roti pada tiap orang.

Seungcheol duduk di sebelah Seokmin menggumamkan permintaan maafnya sembari membuka bungkus roti. Mereka berbaikan dan saling menyungging senyum,

"Tidak masalah." balas Seokmin memukul pelan pundak Seungcheol.

"Sekarang bagaimana?" tanya Mingyu yang duduk bersila sembari merapihkan bungkus-bungkus roti, di sebelahnya Wonwoo menghela entah untuk keberapa kalinya.

"Aduh perutku sakit nih..." keluh Seungkwan memegangi perutnya. "Aku harus ke kamar mandi," tambahnya melirik pada Mingyu yang menggeleng tak mau mengantarnya, semua terlihat tidak ada yang ingin ke toilet siapa tahu mereka akan menghilang di dalamnya seperti Nayoung.

"Seokmin Hyung tadi aku tetap di sini untuk menemanimu, masa kau tidak..."

"Hyung..." Seokmin memelas pada Seungcheol minta diantar juga.

"Ayo cepat!" kata Seungcheol memimpin jalan mereka, Seungkwan dan Seokmin terlihat senang.

Tak lama Vernon menyusul mereka berkata ia ingin buang air kecil, Seungkwan meledeknya yang tadi menolak untuk mengantar, tahu-tahunya dia tak cukup berani berjalan berdua hanya dengannya.

"Sebenarnya Vernon lebih penakut dariku," kata Seokmin pada Seungkwan.

Setelah dari toilet mereka dikagetkan dengan kehadiran kucing hitam yang meloncat lewat di depan mereka, memandang dengan mata yang bersinar.

"Membuat kaget saja! Dasar kucing nakal!" jerit Seungkwan terlonjak dari langkahnya.

Saat itu juga Seokmin bergidik takut, ia berlari membuat yang lain juga ikut berlari sembari berteriak keras. "WAAAAAA... kenapa ada kucing di sini!" ia berlari sekuat tenaga mengayunkan kedua tangannya ke depan dan ke belakang layaknya atlet lari.

"HEI TUNGGU AKU DONG!" panggil Seungkwan merasa lemas untuk berlari.

Vernon melambatkan gerak kakinya untuk membantu Seungkwan, dan bersamaan dengan asap yang muncul, mereka menghilang saat Seungcheol dan Seokmin terpaksa menghentikan langkah kaki karena pandangan kabur di dalam asap.

"Seungcheol Hyung!" panggil Seokmin ketika kembali mendapatkan pandangan jelasnya, "Vernon dan Seungkwan menghilang." ia tersengal dengan kegamangan yang meminta otaknya untuk berpikir.

***

Hari ini terasa lebih lama berlalu, walau putaran jarum jam bergerak seperti biasanya. Tapi waktu yang dihabiskan mereka seakan melamban bersamaan dengan berkurangnya orang-orang. Setelah menghilangnya Vernon dan Seungkwan situasi semakin membingungkan. Banyak yang memikirkan kenapa kali ini dua di antara mereka menghilang sekaligus, sebenarnya mereka pergi kemana, apakah baik-baik saja? Bagaimana kalau tidak baik-baik saja?

"Tidak seharusnya kita berdiam diri di sini, ayolah... mereka pasti baik-baik saja," kata Jeonghan tak tahan lagi dengan keheningan yang semakin terasa saat tak ada satu pun yang berbicara setelah mengetahui dua temannya menghilang.

"Benar kata Jeonghan... kita harus mencari tahu apa yang sedang terjadi dan keluar dari sini." tukas Woozi meyakinkan yang lain, Seokmin yang merasa putus asa mengangguk setuju.

"Aku, Hoshi dan Minghao akan berkeliling lagi di sekitar koridor lantai dua... kalian belum sempat memeriksa atap, kan?" tanya Jun ditujukan pada kelompok Woozi yang bertugas untuk mencari jalan keluar.

"Kami akan ke sana," sahut Mingyu jauh lebih optimis, di setiap sisinya Wonwoo dan Joshua juga berekspresi sama.

"Pastikan agar kalian selalu mengobrol tentang apa pun itu, karena mungkin jika di antara kalian ada yang menghilang maka setidaknya kita dapat mengingat perkataan apa saja yang diucapkan orang tersebut untuk dijadikan petunjuk." Seungcheol memberi saran.

Hoshi mendadak tampak serius, "Jadi kau mau bilang bahwa di antara kita pasti akan ada yang menghilang, begitu?"

"Memang begitu adanya, kita sedang dalam permainan yang diatur seseorang untuk kesenangannya." kata Seungcheol meragu, ia menambahkan. "Entahlah aku hanya berpikir ingin mencari mereka yang telah menghilang,"

"Benar mungkin saja mereka disembunyikan di suatu tempat, apa kalian tidak berpikir tentang seorang psyco kejam yang mengakhiri permainan ini dengan membunuh..."

Semua berseru pada Joshua, menyuruhnya agar tidak berpikir terlalu jauh, tetapi kenyataannya mereka memikirkannya. Perkataan Joshua terdengar masuk akal dibanding mereka berada di sisi sunyi sekolah. Satu yang dapat mematahkan asumsinya adalah dari mana datangnya asap tebal yang membawa orang-orang menghilang. Kenapa setelahnya ada yang tetap tinggal dan memberitahu bahwa teman mereka sudah menghilang dalam asap.

Satu jam berikutnya Jun dan Hoshi memberitahukan bahwa kali ini Minghao menghilang ketika mereka sedang berjalan menaiki tangga. Mereka masih belum mendapatkan petunjuk lain selain asap yang menandakan waktu menghilangnya seseorang.

Tak ada obrolan yang dirasa penting dalam membantu mereka keluar dari sekolah yang masih gelap dan sunyi hanya saja hujan deras sudah berhenti digantikan dengan hembusan angin yang terasa dingin ketika mengenai kulit. Apa lagi sekarang mereka berada di atap, dimana ada beberapa bangku dan meja tak terpakai yang dijadikan tempat duduk oleh mereka.

Mereka baru menyadari Seungcheol sedang berdiri di pagar pembatas atap, sesuatu yang cukup berbahaya.

"Hyung apa yang kau lakukan di sana? Cepat turun!" rengek Seokmin memikirkan satu hal bodoh mengakhiri hidup dengan meloncat.

"Kau pikir dia akan melompat dari ketinggian dua puluh meter..." timpal Jun melihat ekspresi khawatir Seokmin.

"Ketua bisa saja melakukannya!" kejut Wonwoo seraya bangkit dari duduknya, terburu mendekati Seungcheol diikuti Seokmin.

Seungcheol berhenti mengedarkan pandangannya, tertohok mengetahui kematian listrik di seluruh kota. Bukan hanya sekolah yang gelap tapi semua rumah di sekitarnya juga. Tak tampak satu pun kendaraan yang bergerak di bawah sana, jalanan begitu sepi. Wonwoo dan Seokmin sudah ada di sebelahnya, mereka juga tertegun melihat keadaan di luar sekolah.

"Apa telah terjadi pemadaman listrik secara menyeluruh?"

"Tidak... aku rasa tidak ada orang di kota."

Mereka saling pandang tak percaya, pertanyaan lain muncul di otak masing-masing. Mendengarnya membuat rasa optimis kembali menurun, Mingyu dan Joshua mulai tak yakin berapa lama lagi akan terjebak di dalam sekolah.

***

To be continued,

Published I, April 2018
Published II, September 2019

Alesta Cho.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro