Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6.Trauma

Hiduplah walau tanpa semerbak

Berkumpulan menjadi satu

Menjadi setangkai yang anggun

Berdirilah dengan ikhlas

Di antara padang rerumputan

Temuilah sang angin

Dan bercengkrama bersamanya

* * * * *

Keesokan harinya, Sienna berdiri di jendela kamarnya untuk mengamati kebun bunga yang sedang diurus oleh seorang tukang kebun. Sebagai pemilik toko bunga, Sienna bisa mengetahui bunga-bunga apa saja yang di tanam di kebun belakang mansion Liam. Bahkan meskipun jarak pandangnya jauh.

Taman bunga itu berbentuk lingkaran. Bagian tengah diletakkan beberapa pot dengan bunga geranium cantik berwarna merah muda. Bunga geranium memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah mengusir nyamuk. Beberapa jenis bunga ini memiliki aroma mirip dengan jeruk dan mawar yang tidak disukai oleh nyamuk.

Lalu di sekelilingnya ada bunga mawar berwarna-warni yang semakin mempercantik tanaman bunga itu. Bahkan Sienna membayangkan dirinya mencium aroma bunga mawar yang harum dan segar. Tangan Sienna terasa gatal untuk menyentuhnya.

Pintu kamar Sienna terbuka membuat wanita itu menoleh. Di ambang pintu dia bisa melihat Liam berdiri menjulang. Dengan tubuh tingginya, pria itu memenuhi ambang pintu itu. Bahkan jika Sienna ingin kabur dari pintu itu pun tidak akan bisa.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Liam melihat Sienna jauh lebih tenang dibandingkan kemarin.

Sienna menganggukkan kepalanya. "Jauh lebih baik. Maafkan aku sudah mengejutkanmu kemarin, Mr. Colbert."

"Kau memang mengejutkanku, Miss Milligan. Tapi syukurlah kau baik-baik saja."

"Terimakasih, Mr. Colbert." Sienna terkejut dengan perhatian Liam. Dia pun melupakan jika dirinya sedang diculik oleh pria itu.

"Aku kemari ingin memberitahumu jika kau bisa bergabung sarapan denganku di bawah."

Seketika wajah Sienna berubah cerah mendengar ucapan Liam. "Aku boleh sarapan di bawah? Suzanne tidak akan mengantarkan makanan ke dalam kamar ini?"

Liam menganggukkan kepalanya. "Ya. Suzanne tidak akan mengantarkan makanan kemari lagi. Jadi kau bisa bergabung denganku di meja makan. Tapi jangan berharap kau bisa kabur, Miss Milligan. Ada penjaga yang menjaga setiap sudut mansion ini. Jadi kau tidak akan bisa kabur dariku."

Sienna menunjuk ke luar jendela. "Aku bukan wanita bodoh yang nekat keluar melawan para pria bertubuh besar-besar itu tanpa memiliki kemampuan beladiri. Jadi kau tidak perlu cemas jika aku kabur."

"Baguslah jika kau berpikir pintar. Ayo kita turun!" Liam berbalik menjauh dari pintu kamar Sienna.

Wanita itu menoleh kembali untuk menatap taman bunga cantik yang sangat dikaguminya sebelum akhirnya dia berbalik menyusul Liam. Saat keluar dari kamar, Sienna baru melihat keindahan mansion milik Liam. Desain tradisional dengan dinding batu mendominasi seluruh mansion. Namun kesan tradisional itu terkesan mewah ketika dihias dengan berbagai lukisan dengan seni tinggi.

Tidak hanya itu, Sienna juga melihat foto keluarga Colbert. Seorang pria paruh baya yang persis seperti Liam dalam versi lebih tua duduk di samping seorang wanita cantik mengenakan gaun berwarna biru tua yang serasi dengan setelan yang dikenakan suami dan kedua putranya. Di belakang kursi itu, terlihat Liam dan Neil berdiri bersama. Neil tampak jauh lebih kecil berdiri di samping Liam.

Sienna menuruni tangga satu persatu. Berpegangan pada pinggiran kayu yang halus. Dia melihat Liam berjalan menuju ruang makan yang terletak tidak jauh dari tangga. Meja kayu besar diletakkan di tengah ruang makan. Dikelilingi kursi kayu yang diberi bantalan di atasnya. Cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela. Rumah itu begitu cantik. Tapi pernah Sienna melihat rumah seindah itu.

Liam duduk di ujung meja. Sienna melihat Suzanne menarik kursi di samping Liam. Memberikan kode melalui tatapannya agar Sienna duduk di sana. Akhirnya Sienna melakukan apa yang diminta wanita muda itu.

"Mansion ini indah sekali, Mr. Colbert." Puji Sienna dengan tulus. Wanita itu sangat menyukai mansion milik Liam.

"Mansion ini sudah menjadi warisan turun temurun keluarga Colbert. Karena itu rumah ini selalu dipertahankan." Jelas Liam.

Para pelayan segera menyiapkan sarapan. Di atas piring terhidang Casserole hijau dengan feta dan mozarella yang tampak sangat lezat. Aromanya bahkan terasa sangat menggiurkan. Liam dan Sienna segera menyantap sarapan mereka.

"Mr. Colbert. Aku memperhatikan dari jendela kamar kau memiliki taman bunga yang sangat indah." Sienna memikirkan taman bunga yang menarik perhatiannya sejak dia datang kemari.

"Dulu ibuku yang sering merawatnya. Karena dia sudah meninggal, aku meminta beberapa orang untuk menjaganya." Liam menyantap sarapannya.

"Karena hal itu mengingatkanmu pada ibumu?" tebak Sienna.

Liam menganggukkan kepalanya. "Ya. Karena hal itu."

"Ibumu pasti sangat menyayangi bunga-bunga itu hingga tumbuh cantik." Sienna tersenyum membayangkan wanita yang ada dalam foto tadi sedang duduk di atas rumput merawat bunga-bunga yang ada di taman tadi.

Liam memicingkan matanya menatap Sienna. "Menyayangi bunga-bunga? Itu konyol, Miss Milligan."

Sienna menggelengkan kepalanya. "Tidak, Itu tidak konyol, Mr. Colbert. Aku sudah sering berhadapan dengan bunga-bunga. Mereka juga makhluk hidup. Jadi ketika kau memperlakukannya dengan sangat berharga, maka bunga-bunga itu akan memberikan balasan dengan tumbuh sangat cantik."

"Kau memiliki pemikiran yang aneh, Miss Milligan." Liam menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kuanggap itu sebagai pujian, Mr. Colbert. Karena aku sangat tertarik dengan kebun bunga itu, bolehkah aku membantu para tukang kebun itu merawatnya."

Liam yang hendak menyuapkan sesendok sarapannya langsung terhenti. Dia menatap Sienna dengan penuh kecurigaan. "Apa yang sedang kau rencanakan, Miss Milligan?"

"Rencana apa maksudmu, Mr. Colbert? Aku hanya tertarik mengurus bunga-bunga itu bersama tukang kebunmu."

"Kau tidak berencana kabur, bukan?"

Sienna menghela nafas dengan berat. Liam adalah pria keras kepala yang membuat Sienna ingin membenturkan kepala pria itu ke dinding.

"Sudah kukatakan aku tidak mungkin bisa kabur dari sini, Mr. Colbert. Jika aku bisa melakukannya, maka kau tidak mungkin bisa menculikku. AKu tidak mampu melawan para pria-pria yang berjaga di mansion ini. Aku meminta hal itu karena aku mencintai bunga-bunga. Kau mengatakan sudah menyelidiki tentangku. Jadi kau pasti tahu aku memiliki toko bunga." Jelas Sienna.

Liam terdiam mengamati Sienna. Menciptakan satu menit penuh ketegangan sebelum akhirnya Liam menganggukkan kepalanya.

"Baiklah. Tapi dengan syarat kau harus dijaga ketat oleh pengawal."

"Tidak masalah. Asalkan mereka tidak merusak bunga-bunga itu."

"Aku akan berbicara dengan Mr. Dan Mrs. Carter. Mereka adalah tukang kebun yang bertanggung jawab merawat bunga-bunga itu."

"Terimakasih, Liam. Kau baik sekali."

"Apa kau lupa aku sedang menculikmu, Miss Milligan. Dari sudut pandangku, itu bukanlah hal yang baik."

"Tapi tetap saja kau memperlakukanku dengan sangat baik. Kebanyakan penculik di film-film pasti akan memukul dan menyakiti korban. Tapi kau justru memperlakukanku dengan sangat baik."

Liam memilih diam tidak ingin menanggapi ucapan Sienna. Dari sudut matanya dia melihat Sienna yang tampak begitu bersemangat menyantap sarapannya. Pria itu begitu heran bagaimana bisa wanita dengan senyuman lebar itu tampak berbeda dengan wanita yang ketakutan kemarin.

* * * * *

Di dalam ruang meeting, Liam dan juga karyawan penting lainnya sedang menonton trailer film buatan Morpheus berjudul Neophyte. Film bergenre sci-fi ini sudah rilis tahun lalu dan meledak di pasaran. Film yang menceritakan beberapa anak muda yang menjadi kelinci percobaan untuk membuat manusia super. Mereka justru memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Mereka bersatu untuk membebaskan diri.

"Kita sudah jika film ini sangatlah diminati khususnya kaum muda, Mr. Colbert. Karena itu saya berpikir bagaimana jika kita membuat versi serialnya? Kita sudah pernah menggunakan cara ini sebelumnya dan terbukti sangat efektif. Bagaimana menurut anda, Mr. Colbert?" tanya Jake Gilmore, manajer perencanaan.

Namun pria yang diajak bicara hanya menatap lurus ke arah layar LCD tanpa mengatakan apapun.

"Mr. Colbert."

Panggilan itu akhirnya menyadarkan Liam. Dia pun memusatkan perhatiannya pada Jake.

"Ya. Apa yang kau katakan tadi, Jake?" tanya Liam yang tidak menyimak ucapan Jake.

"Saya berpikir untuk membuat serial Neophyte. Karena film ini sangat dinanti-nantikan bagian keduanya. Jadi memberikan penggemar serialnya akan membantu mereka mengingat setiap karakter dalam film ini. Bagaimana menurutmu, Mr. Colbert?"

Liam menganggukkan kepalanya. "Ide yang bagus, Jake. Aku suka ide itu. Kau persiapkan saja segalanya. Aku menyetujuinya."

Jake tersenyum senang. "Baik, Mr. Colbert. Saya akan mempersiapkan segalanya."

Tak lama meeting pun berakhir. Liam menyandarkan kepalanya di punggung kursi. Sialnya seharian ini dia tidak bisa fokus bekerja. Pikirannya dipenuhi oleh Sienna. Dia berusaha menerka-nerka mengapa Sienna begitu ketakutan kemarin. Pasti ada alasan dibalik tingkah histeris wanita itu.

"Ada apa denganmu, Liam? Hari ini kau sama sekali tidak bisa fokus? Sama sekali bukan dirimu."

Liam membuka matanya dan melihat pria dengan tinggi nyari seratus delapan puluh sentimeter itu berdiri di sampingnya sembari menyandarkan bokongnya di pinggir meja. Dia adalah Stanley Emerson. Teman kuliah sekaligus sahabat Liam.

"Jika saja aku bisa menanyakan hal yang sama dengan otakku, Stanley."

"Ceritakan saja. Mungkin aku bisa membantu mencari tahu alasan kau tidak bisa fokus pada pekerjaanmu." Stanley menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Aku ingin bertanya padamu, Stanley. Apa yang membuat seseorang tiba-tiba berubah menjadi sangat takut? Padahal sebelumnya dia terlihat biasa saja. Tapi detik berikutnya dia terlihat sangat ketakutan. Menurutmu apa yang terjadi padanya?"

Stanley memegang dagunya untuk berpikir. "Ketakutan? Kupikir dia mungkin memiliki masa lalu yang buruk hingga membuatnya trauma."

"Trauma?" Liam mengulangi kata terakhir yang diungkapkan Stanley.

"Benar. Trauma. Dulu aku memiliki seorang teman. Dia digigit anjing liar hingga menyebabkan luka parah. Sejak itu ketika dia mendengar gongnggongan anjing, dia akan menjerit ketakutan."

Liam terdiam memikirkan reaksi ketakutan Sienna kemarin. Jika memang benar wanita itu mengalami trauma, lalu alasan apa yang membuat wanita itu mengalami trauma?

"Mengapa kau tiba-tiba bertanya seperti ini?" tanya Stanley penasaran.

Liam menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa-apa. Kemarin aku hanya melihat seseorang yang menjerit histeris. Kupikir kau benar. Dia mungkin memiliki masa lalu yang buruk."

Beruntung bagi Liam karena Stanley percaya dengan ucapannya. Dengan begitu dia tidak akan menjelaskan lebih detail lagi mengenai Sienna.

* * * * * 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro