Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

Seseorang tampak mengendap-endap, mendekati seseorang lainnya yang tengah tertidur pulas di ranjang. Tak berniat membangunkan, dia hanya merasa rindu. Dua tahun tak bertemu, padahal biasanya saling menjahili. Tak peduli jika umur mendekati angka dua lima, bagi mereka, persahabatan tak mengenal usia.

"Miss you," ucapnya tepat di telinga, namun lirih, khawatir jika gadis itu terbangun. Kemudian beranjak ke arah pintu. Sama seperti saat masuk, Ibra mengendap-endap agar tak menimbulkan suara. Menutup pintu sangat hati-hati.

Dan ketika tubuhnya menghilang di balik pintu, gadis itu membuka mata kemudian  tersenyum, "miss you, too."

.

Beberapa orang berpendapat, persahabatan antara laki-laki dan perempuan bisa menimbulkan konflik perasaan. Tapi tidak untuk Rin dan Ibra, mereka bersama, saling menyayangi, menjaga satu sama lain, hingga kepedulian yang nyaris seperti saudara kandung.

Adalah Ibra yang lebih dulu menemukan Rin ketika dikeroyok teman-teman sekolahnya.Tubuhnya sudah penuh debu dan rambut yang sudah acak-acakan, entah berapa kali kena jambakan.

Tatapan Rin saat itu mengisyaratkan, 'aku tak butuh bantuan' dan ya, sampai sekarang dia tetap keras kepala, tidak ada sesuatu yang bisa menyurutkan keinginannya sekali pun terasa mustahil. Rin merupakan perpaduan antara cantik yang berbahaya, jangan mendekat atau duri-durinya akan menyakitimu balik.

Tanpa peduli larangan, Ibra menarik kerah belakang salah satu anak yang mencoba menjambak rambut Rin, kemudian tanpa ampun membantingnya hingga menimbulkan bunyi.

Beres dengan satu anak, Ibra kali ini menendang seseorang lagi sampai terjengkang. Lalu dengan gaya sok, dia tersenyum mengejek korbannya.

Baru akan menghajar anak lagi, suara peliut panjang mengistrupsi mereka. Semua menoleh, dan terlihat salah satu guru mengacungkan mistar kayu dengan memasang muka kesal. Terpaksa Ibra melepasnya, begitu juga yang lain---perkelahian terhenti.

.

"Mau jadi apa kalian ini, ha?! Jagoan?!!"

Ruang 4×6 meter itu mendadak hening, hanya guru yang mendominasi, semua anak memilih diam.

"Terutama kamu, Ibrahim Pramoedya, sudah merasa hebat?! Dan kamu, " tunjuk guru pada Rin, meneliti penampilan dari atas hingga bawah, tidak ada name tag atau tanda pengenal lain di seragamnya,  "perempuan?"

Tidak ada rasa takut sedikitpun pada raut wajahnya, ia balas menatap tajam pada sang guru, tidak suka diperhatikan.

"Siapa namamu? Kenapa bisa ada di perkelahian anak-anak nakal ini?" Pak guru menunjuk siswa-siswa yang terlibat, satu persatu, dengan nada kesal.

"Bicaralah agar kita cepat keluar," celetuk Ibra karena mendapati Rin terus bungkam. Sebenarnya dia juga sudah lelah. Berdiri selama lima belas menit tanpa diizinkan untuk pindah posisi.

Rin menatap Ibra tak mengerti.

"Ayolah, katakan pada Pak Tua ini kejadian yang sebenarnya." Ibra hampir habis kesabaran.

"PRAMOEDYA!"

"Bapak memang sudah tua kan?" Ibra bertanya dengan entengnya

Guru akan mengangkat mistar saat Rin mulai bicara, "dia menolongku dari anak-anak ini."

Anak-anak mulai menunduk kecuali Ibra yang tersenyum penuh kemenangan. Kali ini dia hadir sebagai pahlawan, bukan pecundang yang beraninya menyakiti perempuan.

.

Ibra makan dengan lahap, mangkuk ke dua hampir tandas. Seakan tidak peduli dengan tatapan teman-temannya, dirinya terus menikmati bakso terakhir sembari melambat-lambatkan gerakan tangan. Dia ingin tambah lagi, suasana hatinya baik.

Ibra senyum-senyum sendiri mengingat kejadian kemarin. Setelah dari ruang guru, dia mengantar pulang Rin dengan sepeda. Awalnya anak perempuan enam belas tahun tersebut menolak, namun bukan Ibra kalau tidak bisa memaksa.

.

"Akhirnya datang juga!" Ibra berseru senang, kemudian menyerahkan mangkuk pada teman di sampingnya, membimbing anak perempuan yang menahan muka masam sebab ancaman kemarin sore.

"Dengar semua!" semua anak menghentikan aktifitas masing-masing, fokus ke asal suara. Ibra tidak bisa dibantah, dan untuk beberapa hal mereka mencari aman daripada harus berurusan dengan ketua geng Lion's.

Merasa sudah diperhatikan, Ibra melanjutkan woro-woronya, "bagi siapa pun yang menyakiti Rin-ku---" mengisyaratkan pada anak perempuan di sebelah---"akan berurusan dengan The Lion's, karena mulai sekarang dan seterusnya dia menjadi anggota."

Bukan hanya anggota The Lion's yang terkejut dengan keputusan mendadak Ibra, anak-anak yang lain juga. Pasalnya mereka selama ini paling anti dengan mahluk bernama perempuan. Bagi mereka, bangsa perempuan itu merepotkan dan cengeng.

Sedang Ibra sedikitpun tak merasa bersalah pada teman se-gengnya, dia ketua jadi bebas berbuat seenaknya termasuk merekrut anggota baru yang nanti pasti akan ditentang. Tapi Ibra adalah Ibra, pemaksa dan sok berkuasa.

***
#LoopiesFM08

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro