Pengikut Matahari | 2
Aku gemes sendiri nulisnya. But lebih gemes tulisan sebelumnya😢
The real nulis ulang menjelang deadline gara-gara filenya lenyap😢
Need krisan😢
(emotnya sedih semua wkwk)
Bagian 2 |
Happy reading🌞🌞🌞🌞
***
"Ingatnya kalau mau menyebrang minta tolong orang dewasa dan lihat kanan kiri. Jangan main-main di jalan."
"Siap bunda." Ellio mengangkat tangannya hormat. Bunda tertawa sambil mengusap gemas puncak kepala bocah laki-laki itu.
Ada sekitar 20 anak panti yang duduk di kelas 4 SD. Setiap pagi bunda selalu mengantar mereka ke sekolah. Bunda mendapat hujaman peluk dari anak-anak sebelum pergi. Adisty menjadi satu-satu yang jadi penonton dan tidak ikut melakukannya. Dia berdiri agak jauh di depan. Bunda melihat itu, dia menghampiri Adisty dan melayangkan kecupan di dahi gadis kecil itu.
"Sayang, mulai sekarang bunda akan berusaha membuat Adis bahagia. Jangan murung ya." usapan lembut di pipi menjadi tanda perpisahan bunda yang bergegas kembali masuk ke dalam bus kecil yang membawa mereka tadi.
Adisty masih memandangi bus yang membawa bunda pergi.
"Adis, ayo kita masuk bareng yang lain."
"iya."
Ellio menggandengnya dan berlari kecil menyusul yang lain. Tidak pernah sekalipun Adisty melihat Ellio tidak tampil dengan senyumnya. Itu berlaku setiap hari. Senyum Ellio ternyata bagus.
"Matahari."
"Hah?" Ellio yang tengah tertawa dengan yang lain menoleh bingung.
"Aku lihat matahari."
"Pagi ini kan mendung, matahari nggak kelihatan."
"Matahari yang ini cuma aku saja yang bisa lihat."
"Wah, dia istimewa dong." Ellio berbinar.
Adisty mengangguk. Senyum tipisnya sempat terbit seperkian detik.
Ya, matahariku memang istimewa.
"Tadi itu kamu senyum ya?"
Adisty tidak akan membiarkan Ellio mengejeknya karena tersenyum.
"Enggak."
"Tadi aku lihat kamu senyum sedikit."
"Nggak ada."
"Tadi aku lihat kok, Adis beneran senyum."
"Aku bilang enggak."
"Yey! Adis akhirnya bisa senyum!"
Adisty tidak mengerti kenapa Ellio girang sekali hanya karena senyumnya.
"Teman-teman lihat deh, Adis bisa senyum lo." Ellio berlari ke arah anak-anak panti yang terlihat antusias. "Ayo, Adis, senyum lagi. Tunjukin sama mereka. Muka Adis udah nggak kesemutan teman-teman, dia bisa senyum."
"Sejak kapan mukaku kesemutan?"
***
Adisty tidak tahu, ternyata sekolah tidak semenyenangkan seperti kata Bunga. Di sekolahnya yang lama tidak ada anak-anak yang menyebalkan seperti mereka.
"Kamu pasti anak baru ya. Teman-temannya anak panti itu."
Beberapa anak laki-laki dan perempuan mengerubunginya saat Adisty pergi ke taman sendirian.
"Jangan ganggu aku." katanya ketus.
"Apa kamu sama bodohnya seperti Ellio? Dia bahkan nggak bisa menghafal angka dengan benar." Tanya seorang anak laki-laki yang tidak Adisty suka senyumnya. Lebih bagus senyum Ellio.
Mereka lalu terbahak-bahak membicarakan Ellio yang tidak bisa mengerjakan soal di papan tulis tadi pagi.
"Adis?" Ellio berlari kecil menghampirinya. "Ternyata di sini."
Sekarang Adisty makin kesal, kenapa juga Ellio harus datang kemari.
"Si bodoh Ellio datang. Dia dapat nilai nol setiap hari. Hahaha." mereka kembali terbahak.
"Kata Ibuku, jangan dekat-dekat Ellio yang bodoh. Kepalanya rusak makanya dia tidak bisa berhitung." sahut yang lain.
"Ellio nggak bodoh!" Adisty berteriak geram. Kenapa mereka bilang Ellio bermasalah dengam kepalanya? Dasar anak-anak nakal!
Di samping Adisty, Ellio terdiam.
kita adalah teman sepernamaan. Adisty tiba-tiba teringat kata-kata Ellio waktu itu.
"Ada apa ini anak-anak?"
Adisty ingat, itu Bu Ana. "Mereka mengejek Ellio Bu."
"Enggak Bu, dia bohong." anak laki-laki itu menatap Adisty kesal. Tapi seperti biasa, gadis kecil itu tidak perduli.
"Kamu ini, sudah Ibu bilang jangan saling mengejek, sini ikut masuk."
Adisty tersenyum remeh saat anak laki-laki yang mengejak Ellio itu di gandeng Bu Ana masuk bersama yang lain.
"Adis, tadi membelaku. Makasih ya."
Senyum itu lagi. Kenapa Ellio tidak pernah bosan tersenyum sih?, Adisty benar-benar tidak mengerti.
"Aku nggak melakukannya untukmu. Ini cuma karena kita teman sepernamaan." sahut Adisty sambil membuang muka. Sampai di panti nanti dia akan bilang pada bunda untuk memberinya obat. Sepertinya dirinya demam, pipinya terasa panas.
Ellio berlari-lari kecil mengitari Adisty. "Yey! Teman sepernamaan."
***
Jadi baper sendiri😢
Baper karena kisahnya+sedih karena file dataku yg hikss hilang😢
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro