🦋 | Bab Tiga Puluh Satu
Bab Tiga Puluh Satu
~~~🦋~~~
Raiden sudah kembali ke Surabaya lima jam yang lalu bersama dengan Daniel, sedangkan Nisa masih beberapa hari lagi tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Tentu saja itu adalah ide dari Raiden, ia tidak tega menarik cepat-cepat Nisa dari Herman dan Amanda. Biarlah wanita itu tinggal beberapa saat bersama mereka untuk melepaskan kerinduan.
Setelah Raiden menjelaskan niatnya untuk melamar Nisa kepada kedua orang tua wanita itu, untung saja Herman dan Amanda orang tua yang mendukung hubungan anak-anaknya selama itu sesuai dengan apa yang dimau oleh Nisa, dan membuat Nisa bahagia. Setelah itu, Raiden menjelaskan bahwa ia ingin mempertemukan orang tuanya di Surabaya, rencananya akan dilakukan pertemuan itu di awal bulan Juni atau pertengahan Juni mendatang.
Masalah untuk Raiden kini adalah keluarganya. Salah satu hal yang membuat Raiden pindah satu tahun yang lalu ke Surabaya juga karena keluarga pria itu.
Raiden tidak akur dengan Daddy-nya, dan tidak begitu dekat dengan mommy-nya yang merupakan ibu tiri dari pria itu sejak lima tahun yang lalu.
Jika dipikir-pikir lagi, ingin rasanya Raiden menikah tanpa memberitahukan mereka, namun tidak mungkin ia melakukan hal itu, karena bagaimanapun Alex dan Wina, masih tetaplah orangtuanya, terlepas polemik di antara mereka yang belum juga menemui jalan terang.
Permasalah itu berasal sejak Raiden kecil, pria itu hidup dengan penuh tekanan dari keluarga, di mana nilai-nilai akademis selalu dijunjung tinggi. Sedangkan Raiden sama sekali tidak seberbakat itu dalam dunia akademis, pria itu lebih tertarik dengan dunia seni. Namun semua bakatnya itu ia pendam demi memuaskan ego lelaki yang sering dipanggil dengan sebutan Daddy itu.
Sejak dulu, Alex memang tidak begitu baik dengan Raiden. Alex menganggap bahwa Raiden penyebab utama istrinya, Mommy kandung Raiden meninggal karena melahirkannya dulu. Semua kebencian terhadapnya ditahan Raiden hingga tiba-tiba saja saat ia hendak masuk ke perguruan tinggi, seharusnya Raiden menempuh pendidikan S1-nya di jurusan Manajemen, namun pria itu untuk pertama kalinya menolak kemauan Alex, dan memilih untuk berkuliah di jurusan Kedokteran.
Sejak saat itu hubungan keduanya semakin memburuk dengan Raiden yang memilih untuk keluar dari rumah, dan mulai sendirian menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswa baru yang mendapat beasiswa full karena bakat kecerdasan yang selama ini ia memiliki. Selain itu, Raiden juga bekerja serabutan dibeberapa tempat, ia sama sekali tidak menyentuh uang dari Alex selama ia berkuliah, bahkan sampai ia mengambil spesialisasi Obgyn pun tidak ada campur tangan uang Alex di dalam perjuangannya.
Hal yang membuat hati Raiden sakit kepada Alex adalah, pria paruh baya itu tidak pernah menyadari bahwa Raiden sejak dulu membutuhkan perhatian, dan juga cinta Alex, namun pria itu lebih suka dengan anak lelaki dari istri keduanya yang kini kalau tidak salah seumuran dengan Dimas.
Rasa sayang kepada anak bukanlah sesuatu yang sepele bukan? Kadang beberapa orang tua lupa memberikan apresiasi kepada anak dengan semua pencapaiannya, terlepas dari memang atau kalah, sesuatu yang ada berasal dari usaha anak seharusnya diberi apresiasi, tidak perlu dengan membelikan hal-hal mahal atau mewah, namun dengan senyuman dan perkataan memuji kerja keras anak akan membuat perasan anak menjadi lebih bahagia, dan percaya diri. Hal-hal sederhana itu yang sebenernya dibutuhkan anak. Atau bisa disimpulkan adalah, pengakuan—bangga—dari orang tua atas kerja keras anak.
Selama ini Raiden memperkenalkan keluarganya kepada Nisa, namun hal-hal itu hanya sebatas menunjukkan beberapa foto keluarga bersama mommy kandungnya, dan juga keluarga baru pria itu. Raiden juga bercerita tentang Karina—Mommy kadung Raiden—telah meninggal dunia. Hanya itu, ia tidak bercerita tentang kisah masa lalunya yang menuntut pria itu tidak terlalu penting untuk Nisa tahu, sisi ego Raiden pun tidak ingin terlihat menyedihkan di mata orang yang dicintainya itu.
✋✋✋
Nisa baru saja pulang dari kebun bersama dengan Herman. Mereka membawa beberapa kayu yang akan digunakan di tungku api, dan beberapa ubi dan singkong.
Sudah lama Nisa tidak berkebun. Rasa-rasanya sangat menyenangkan dan juga melelahkan sekali. Namun ketika ia lelah, melihat wajah Herman yang tersenyum lebar ke arahnya sambil menunjukkan ubi tinggi-tinggi kepadanya tadi di kebun membuat Nisa rasa lelah itu terbang begitu saja.
Andai saja Dimas juga ada di sini, bersama-sama dengan mereka, rasanya akan lebih menyenangkan lagi. Tetapi Dimas masih sibuk dengan pendidikan koas-nya. Tidak mungkin kan adiknya itu meninggalkan koas-nya yang tinggal beberapa bulan lagi akan selesai dan Dimas akan sumpah dokter dan diresmikan sebagai dokter. Rencana Dimas, ia akan mengambil magangnya selama setahun di sini, agar bisa bersama-sama dengan kedua orang tua.
“Raiden orangnya kayak gimana, Nak?” tanya Amanda saat Nisa sedang melamun di depan tungku api, ia sedang membuat api untuk memasak air panas.
Nisa memasukkan beberapa ranting ke dalam tungku. “Mas Raiden baik, Ma. Dewasa pemikirannya. Menurut Nisa bisa membimbing Nisa untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, Ma.”
“Udah ketemu orang tua Raiden?” Lagi, Amanda bertanya.
Tidak langsung menjawab, Nisa memilih untuk bangkit dari posisi jongkoknya. “Belum, Ma. Tapi dalam waktu dekat ini, setelah Nisa balik ke Surabaya, mungkin Mas Raiden bakal ajak ketemu orang tua Mas Raiden. Soalnya, mereka tinggal di Jakarta, Ma.”
“Oalah. Bagus kalau begitu.” jeda Amanda. “Kamu minum dulu teh panasnya, nggak enak kalo dingin, terus mandi baru kita makan malam bersama,” lanjut mama Nisa itu sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
Iseng-iseng Nisa mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, lalu membuka aplikasi chatting dan mencari nama Raiden di sana. Wanita itu kemudian menekan icon camera di sisi bawah kanan layar ponselnya yang menampilkan riwayat pesan bersama pria itu.
Ceklek!
Nisa melihat hasil swafotonya yang terlihat tidak terlalu buruk, lalu mengirimkan kepada Raiden dalam hitungan detik. Tidak sampai satu menit Nisa sudah mendapatkan balasan dari Raiden dalam bentuk panggilan video.
Muncul pada layar ponsel Nisa wajah lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Nisa tersenyum lebar hingga mata wanita menyipit. “Hallo Mas?”
[ Raiden menyibak rambutnya hingga kening mulus pria itu terlihat. “Cantik sekali,” puji Raiden. ]
“Daniel mana mas?” Nisa yang tersipu malu pun berusaha mengabaikan perkataan pria itu.
[ Terdengar suara Raiden yang memanggil nama Daniel. Sepertinya Daniel sedang berlari-lari di luar kamar. “Danielnya lagi sibuk main, jadi kita aja yang ngobrol nggak papa kan?” ]
“Mas baru selesai mandi?” Raiden mengangguk disebelah sana.
[ “Kamu habis dari kebun? Bantuin bapak?” Raiden balik bertanya. ]
Tanpa terasa, hampir satu jam mereka mengobrol di dalam sana. Bercerita tentang banyak hal. Tentang apa saja yang mereka lakukan hari ini.
Mereka mirip seperti remaja SMA yang sedang dimabuk asmara.
To be Continued
A.n:
Halu Kawans haluuu.
Seperti biasa, jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya. ^^
Ada typo? Kalimat belibet? Kasih tau yah. ^^ terimakasih untuk yang selalu kasih tau aku. ^^
Kalo nggak salah 9 bab lagi udah tamat. Ehehehe. Aku udah menulis sampai tamat, sama ada bab tersembunyi yang bakal aku update ulang, aja repost ahahaha. Nantikan yah.
P.s: ayok sarapan!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro