Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🦋 | Bab Tiga Puluh Empat

Bab Tiga Puluh Empat
~~~ 🦋 ~~~

Raiden dan Nisa berbaring di tengah-tengah Daniel yang sudah tertidur pulas.

“Mas? Boleh tanya sesuatu?” Nisa memang sudah memikirkan ini sejak tadi siang, lebih tepatnya saat Wina membicarakan tentang hubungan tidak harmonis itu.

“Boleh, dong. Mau tanya apa Dear?” Raiden mengubah posisi tidurnya agar lebih mudah memperhatikan Nisa.

Nisa terlihat bimbang, ketika mulut wanita itu hendak terbuka, namun ia tutup lagi. Ia takut, pertanyaan bisa membuat Raiden kesal atau ... Marah kepadanya.

“Ada apa, Dear? Bilang aja,” ujar Raidan, pria itu tahu istrinya sedang bingung dengan apa yang hendak ia katakan.

“Em ... Kamu lagi marahan sama Ayah dan Mama?” tanya Nisa hati-hati.

Ekspresi wajah Raiden langsung berubah. Nisa sudah bisa menebak pasti pria itu akan berubah menjadi lebih murung ketika ia bertanya tentang masalah itu.

Raiden bangun dari tidurnya. Pria itu membuang napas sebentar, terlihat menimbang-nimbang sesuatu sebelum akhirnya ia bercerita tentang kisah hidupnya kepada Nisa. Semuanya, dari sudut pandang Raiden tentu saja.

“Kamu nggak suka Mama Wina karena apa?” tanya Nisa penasaran, sungguh, sejauh ini, Wina adalah wanita yang baik, sosok ibu yang terlihat sangat menyayangi anak-anaknya.

Raiden menggeleng lemah. “Mas bukannya nggak suka,” jeda Raiden. “Mas cuma belum bisa menerima kehadiran sosok baru,” lanjutnya dengan nada melemah.

Paham, Nisa mengerti apa yang dirasakan Raiden. Memang kehadiran sosok baru, apalagi tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan keluarga seseorang bukanlah hal yang mudah untuk beradaptasi. Butuh waktu yang lama agar menyatukan perbedaan, di mana tentu saja beberapa ego harus diturunkan supaya itu semua bisa terjadi. Namun, untuk kasus Raiden, masalah yang dihadapi suami Nisa iyut bukan hanya tentang kehadiran orang baru, ia juga memiliki hubungan yang bisa Nisa katakan sangat buruk untuk seorang ayah dan anak. Wajar memang Raiden bersikap seperti ini, namun apakah pria itu ....

“Mas bahagia?” tanya Nisa, menilik mata Raiden.

Raiden tertegun atas pertanyaan Nisa. Pertanyaan singkat yang sangat sederhana untuk beberapa orang, tetapi tidak untuk pria itu.

“Mau jujur atau bohong?” tanya Raiden yang diakhiri dengan tertawa kering.

“Jujur, Mas.”

Terdengar dengkusan halus dari pria itu. Ia tidak suka sejujurnya membahas ini, akan tetapi Raidan harus bercerita kan? Jangan ad rahasia antara suami istri.

“Enggak.” Raiden menjawab dengan sendu.

Nisa yang sudah bangun dari posisi berbaringnya. Kemudian mendekatkan diri kepada Raiden dan menarik tangan suaminya dan menggenggam erat tangan Raiden.

“Kalau nggak bahagia, kenapa terus dipertahankan? ..., Ah, aku nggak seharusnya mengguruimu, Mas. Aku hanya ingin memberikan sedikit saran sebagai istri yang ingin melihat suaminya tetap bahagia bersama keluarganya. Saranku, ayok saling memaafkan, dan lebih terbuka lagi, meskipun aku tau mas nggak salah apa-apa di sini, kalian hanya .... Kurang berkomunikasi,” tutur Nisa,  menatap Raiden dengan tulus dan penuh dengan perhatian.

Sejujurnya, sebagai pria dan juga anak, Raiden memiliki ego, ia kurang menyukai saat orang-orang mengurus kehidupannya. Namun melihat Nisa yang seperti sekarang, berkata dengan lembut dan tanpa menghakimi sama sekali, pria itu bisa luluh dan menerima saran Nisa. Lagi pula, Raiden sudah berkomitmen untuk menurunkan ego saat menikah dengan istirnya.

“Makasih, Dear,” seru Raiden seraya menarik Nisa ke dalam dekapan Raiden.

Keduanya saling berpelukan, tangan besar Raiden mengelus rambut Nisa, dan wanita itu menepuk punggung lebar Raiden.

“Mas, aku minta maaf karena terlalu banyak ikut campur dengan urusanmu dan kedua orang tuamu,” ungkap Nisa setelah mereka melepaskan pelukannya dari Raiden.

🦋🦋🦋

Nisa mengikat asal kembali rambutnya saat memasak di dapur. Celemek sudah terpasang di tubuh wanita itu sejak tiga puluh menit yang lalu, ia sedang berkutat dengan bahan makanan yang akan dimasak untuk Raiden dan Daniel.

Kali ini Nisa membuat Ubi rebus yang sarat akan serat, dan dada ayam panggang yang mengandung banyak protein untuk Raidan. Suaminya itu, mulai hari ini akan menjalani diet sehat seperti biasa, terus tadi malam Raiden sempat mengatakan bahwa ia ingin sarapan ubi rebus, dan kebetulan stok ubi masih banyak dan juga ada beberapa dada ayam di di kulkas yang kemarin Nisa dan Wina beli di supermarket terdekat.

Lalu Nisa memasak Sayur bening bayam dan ayam goreng untuk Daniel dan dirinya.

“Pagi Dear,” sapa Raiden dengan wajah bantalnya.

[Pinterest]

“Pagi Mas,” respon Nisa yang hanya sekilas melihat penampilan Riaden dengan baju tidur yang masih melekat pada tubuh kekar pria itu.

Nisa berjinjit, namun masih saja kesusahan untuk mengambil piring mangkok di laci atas. Ingatkan Nisa agar besok memindahkan semua benda-benda penting dari atas ke laci bawah. Nisa hendak berbalik, mengambil kursi plastik yang berada di sudut ruangan itu, namun tubuhnya tertahan saat Raiden tiba-tiba memeluk pinggangnya dan mengangkat tubuh Nisa hingga kepala berada di depan laci.

“Mas! Nggak gini juga, astaga,” pekik Nisa malu bercampur kesal.

Walaupun kesal, Nisa pada akhirnya membuka laci tersebut dan mengambil beberapa mangkok dari sana, setelah itu barulah Raiden menurunkan Nisa kembali.

Raiden yang masih setengah sadar hanya menganggap ucapan itu seperti angin lalu.

“Wow, sarapannya istimewa hari ini,” puji Raiden, tentu saja bukan karena dada ayam panggang itu yang membuat Raidan memuji makanan Nisa, tapi ubi rebus yang baru saja Nisa taruh di dalam mangkuk.

[Pinterest]

“Dear?” panggil Raiden sambil mengupas kulit ubi dengan kesusahan, ubi masih panas.

Nisa menoleh. “Iya, Mas?”

“Mas harus ke Jakarta besok,” beritahu Raidan tiba-tiba.

Tangan Nisa yang sedang membolak-balik sayur di atas kompor langsung berhenti. “Mendadak banget mas? Dari rumah sakit kah?”

Daddy yang suruh Mas ke sana, Dear,” jawab Raiden. “Sepertinya kita bakal pindah ke Jakarta,” imbuh pria itu, melirik Nisa yang terdiam beberapa saat.

“Bagus Mas, jadi bisa lebih dekat sama ayah dan mama,” ujar Nisa ikut senang.

“Kamu nggak papa ikut mas ke Jakarta?” tanya Raiden hati-hati.

Sebenernya, Raiden sudah disuruh oleh Alex sejak beberapa hari yang lalu, sebelum pria itu kembali ke Jakarta. Raiden sendiri tidak tahu, mengapa Alex menyuruhnya untuk pergi ke Jakarta, namun firasat pria itu mengatakan bahwa ia akan kembali ke Jakarta untuk bekerja di sana. Alex bukan orang yang mau mengajaknya ke kembali ke Jakarta tanpa alasan yang tidak jelas.

Namun di sisi lain, ia memikirkan tentang Nisa, adiknya Dimas sedang ada di Surabaya dan juga membutuhkan kehadiran Nisa. Masih dengan jelas Raiden ingat sebelum ia dan Nisa menikah, Dimas menangis tersedu-sedu karena tidak mau berpisah dengan kakaknya. Bahkan Raiden sampai-sampai ikut tersentuh dengan kata-kata yang dikeluarkan oleh Dimas kepada Nisa. Setelah mengetahui itu, Riaden semakin yakin, didikan dari bapak dan mama mertuanya tidak perlu diragukan lagi dalam merawat Nisa dan Dimas hingga menjadi saudara yang begitu saling menyayangi satu sama lain.

Semoga saja, anak-anak nanti memiliki kasih sayang yang sama seperti Nisa dan Dimas. Doa Raiden penuh harap.

To be Continued

A

.n:

Haluuuu kawanss halu. 💗
Ehehehe....

Ho iya aku ada niat update lebih dari satu, aku pengen coba ikut wattys 2021 😂 coba aja kan yah. Eheheh.

Ho oya, jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya. ^^

Ada typo? Kalimat belibet? Komens aja Beb.💗

Ps: 🤔🤔

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro