
🦋 | Bab Tiga Puluh Dua
Bab Tiga Puluh Dua
~~~🦋~~~
Sepasang mata itu saling memandang satu sama lain setelah masuk ke dalam kamar hotel berbintang lima, tempat di mana mereka mengadakan resepsi pernikahan yang baru berakhir sejak 30 menit yang lalu.
Akhirnya setelah tiga bulan menunggu, pasangan ini disahkan juga sejak tadi siang. Rasa-rasanya semua waktu berlalu dengan cepat, sangat.
Nisa tercenung lagi, bukankah kemarin ia baru saja masuk ke kehidupan Raiden sebagai seorang Babysitter biasa, seperti pada umumnya? Kemudian Raiden dengan tindakan-tindakannya yang membuat Nisa hampir jantungan, lalu mengajak Nisa serius tanpa memberikan label status kepada wanita itu, hmm ... Kedatangan mantan istri Raiden, Jessica dalam kisah percintaan mereka secara mendadak, kemudian konflik antara Nisa dan pria itu yang membuat Nisa harus koma selama tiga Minggu di RS, dan ..., Yah, semua berjalan begitu lekas.
Nisa duduk di atas kursi rias yang ada di dalam Hotel tersebut. Kamar tersebut sudah dihiasi dengan berbagai macam warna bunga mawar dan beberapa bunga lainnya yang tidak diketahui wanita itu apa namanya, wangi aroma terapi menyeruak, ia menghidu dalam-dalam, menenangkan hati kepanikan sekarang.
Bibir Nisa begerak membasahi bibir merah darah yang kering, jantungnya sudah bertalu-talu di dalam sana sejak acara resepsi dinyatakan selesai oleh pembawa acara. Bahkan kini tangan pengantin baru itu berkeringat saking gugupnya, apalagi tanpa sengaja Nisa melihat Raiden dari cermin yang menampilkan tubuh tegap pria itu yang sedang duduk di atas ranjang sambil membuang bunga-bunga di sekitar ranjang.
“Mas mandi duluan, ya, Dear,” beritahu Raiden sambil berdiri dari ranjang sambil membuka kancing bajunya yang sudah tidak terbungkus lagi dengan jas atau tuksedo hitamnya.
Kepala Nisa hanya bisa mengangguk kecil, dan tertunduk dalam-dalam karena malu. Namun bukan Nisa namanya kalau tidak memprotes tindakan Raiden yang sudah setengah membuka kancing bajunya.
“Mas! Buka bajunya di dalam kamar mandi aja,” pinta Nisa dengan nada memelas.
Raiden mengernyit dengan wajah yang menampilkan senyum kecil yang penuh dengan makna tersirat. “Kenapa? Kan udah halal, udah boleh buka-bukaan di sini,” goda pria satu anak itu.
Nisa memejamkan mata sambil menutup kedua pipi dengan tangan mungilnya karena malu.
“Lah? Kok malu? Hey?” Raiden berjalan mendekat ke arah Nisa, kemudian menyentuh pundak wanita itu hingga ia tersentak kaget.
Raiden mendekatkan wajahnya ke wajah Nisa, lalu menarik jauh tangan wanita itu dari muka wanita yang sah sebagai istrinya itu. Manik cokelat terang milik Raiden dengan serius menilik mata di depannya. “Santai aja, Dear. Kalau kamu belum siap, Mas juga nggak maksa harus sekarang, yah. Mas tunggu dari kamu aja, kapan kamu siap, mas mampu sampai besok pagi, siang, dan malamnya lagi.”
“Ck! Mas, lagi serius ngomong, ujung-ujungnya malah ambigu banget,” pekik Nisa sambil berdiri dari duduknya.
Wanita itu lalu menarik kerah baju Raiden dengan cepat hingga wajah keduanya begitu dekat. Meskipun jantung wanita itu mau lepas dari rongga dada, ia sudah membulatkan tekatnya dan menyatukan bibirnya dengan Raiden—Untuk pertama kali Nisa memulai kecupan mesra diantara mereka.
“Kamu yang mulai, yah?” Nisa mengangguk paham saat Raiden bertanya demikian setelah ciuman yang tidak terlalu lama itu diakhiri.
Cup.
Raiden kini yang memulai semua dari awal hingga seperti yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah pada umumnya.
😭😭🙏
Nisa menggeliat dalam tidur ketika merasakan sinar matahari yang menyengat kulit, juga silau dari sang Surya yang merambat melewati kelopak mata wanita itu hingga ia mengedipkan matanya beberapa kali sebelum terbuka.
Ketika Nisa sudah benar-benar sadar dari kantuknya, pipi wanita itu langsung memerah bagaikan kuntum mawar. Rasa malu dan juga senang, bercampur aduk di hati Nisa ketika bayang-bayangan beberapa jam lalu yang baru saja ia lalui bersama Raiden terputar kembali di otaknya bagaikan DVD.
Aaaahh! Pekik Nisa dalam hati.
Tubuh Raiden begerak, tangannya yang melingkar di pinggang Nisa yang sudah ditutupi oleh pakaian kebesaran milik pria itu.
Memang tadi subuh setelah melakukan hal yang biasa dilakukan suami istri dalam tanda kutip, Riaden lalu mengajak Nisa untuk membersihkan diri dengan air hangat—tidak mandi, hanya membersihkan beberapa area khusus pada tubuh mereka agar tidak terjadi infeksi oleh bakteri jahat. Hal ini wajib dilakukan setelah melakukan hubungan bersama suami istri, tidak perlu mandi, yang penting dibersihkan area-area intim.
Raiden juga menyuruh Nisa untuk buang air kecil. Hal ini harus dilakukan, khususnya bagi kaum wanita. Tujuan dari buang air kecil setelah berhubungan suami istri adalah untuk mencegah infeksi saluran kencing—ketika berhubungan intim, mungkin saja terjadi paparan bakteri dari tangan, atau hal lainnya. Jika tidak segera dibersihkan, bakteri bisa pindah ke uretra (saluran kencing) melalui saluran kemih.
Tidak lupa pasangan baru itu sedikit bermesraan satu sama lain sebelum terlelap dalam dunia mimpi. Bermesraan harus dilakukan, dibeberapa jurnal yang dibaca Raiden, salah satunya adalah penelitian dalam jurnal Peronality and Social Psychology Bulletin, bermesraan habis melakukan hubungan intim akan melepaskan hormon oksitosin.
Dimana Hormon oksitosin berperan membuat pasangan suami istri merasa lebih nyaman satu sama lain. Hubungan mereka pun jadi lebih mesra dan penuh kepercayaan.
Kembali kepada Nisa yang tiba-tiba merasakan sensasi aneh diperutnya, ternyata tangan kekar Riaden sedang memeluk tubuh Nisa dengan begitu posesif. “Mas, aku mau ke kamar mandi,” jelas Nisa.
Bukannya melepaskan pelukan, Raiden malah membuka mata dan memasukkan wajahnya dicela leher Nisa dan mengecup basah di sana, bahkan lebih dari itu.
“Hmm! Mas, ini aku mau ke kamar mandi dulu,” seru Nisa sekali lagi dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya.
Meskipun terlihat terpaksa harus melepaskan diri dari Nisa, pria itu tetap mengalah dan ikut bangun dari berbaringnya bersama dengan Nisa.
“Bisa jalan kan? Atau mas gendong aja ke kamar mandi biar sekalian ki—”
“Ini mau BAB, mas mau ikutan BAB barengan sama aku?” tanya Nisa heran.
Raiden hanya bisa menyengir, gemas dengan tatapan mata Nisa yang melotot ke arahnya yang hendak bergerak dari tempat tidur.
😭✋🙏
Raiden tersenyum lebar penuh dengan rasa syukur. Malan itu, ia tahu bahwa setelah menikah dan melakukan semua hingga sejauh ini bukanlah akhir dari kisahnya dan Nisa yang masih jauh dari kata sempurna. Mereka baru saja membuka layar kapal yang akan membawa mereka ke arah mata angin yang mereka harapkan di lautan kehidupan yang penuh dengan misteri, dan tak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi keesokan harinya dengan laut itu.
Hidup memang mirip seperti lautan, penuh dengan tanda tanya. Hidup juga hampir sama seperti gurun yang memiliki banyak tanda tanya. Hidup pun lataknya langit yang bisa kapan saja berubah-ubah tanpa diketahui.
Untuk itu, untuk semua misteri itu, Raiden berharap kisahnya bersama Nisa tidak kandas seperti kapal pertama yang telah karat, dan menjadi fosil di dalam lautan.
To be Continued
A.n:
Halu kawans halu😂😂
Ehemm. Aku grogi sendiri pas menulis bab ini. Hey😀 aku tak tau apakah ..., Ya sudahlah.
Btw alurnya nggak kecepatan kan? '-'
Hoiyaaa. Aku juga mikir Raiden dan Nisa dalam bentuk manga mirip sama Sofia dan howls di movie Howl's moving castle. 😭😭 Ada yang udah nonton?
Seperti biasa. Jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya. Kalo ada typo atau kalimat belibet yang rancu atau ambigu? Kasih tau aja lewat Komens. Kritik dan saran bisa banget, bisa DM aja yah di Wattpad. ^^
P.s: ikuti: Tarik napas, hembusan! Senyum 😀 good.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro