Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🦋 | Bab Lima

Bab Lima

~~~🦋~~~

Langit sudah berubah warna menjadi sedikit oranye saat Raiden menginjakkan kaki ke rumahnya. Jam telah menunjukkan pukul setengah enam sore. Pria itu masuk ke rumah seperti biasa. Tadi ia hampir saja mampir ke daycare, namun untung saja ia langsung teringat wajah Nisa, Babysitter anaknya itu yang kini sudah bertugas sebagai penjaga anaknya hingga beberapa saat kedepannya.

Mata tajam yang tegas itu menatap dua punggung orang yang sedang membelakanginya di dalam ruangan bermain Daniel.

"Daniel pinter banget, Nak." Nisa mencium gemas pipi Daniel saat anak laki-lakinya itu menendang kaki hingga masuk ke gawang.

"Besok mau jadi pemain bola?" tanya gadis berambut panjang sepinggang itu lagi.

"Bolaa! Bolaaaa!" Daniel berjalan perlahan ke arah gawang untuk mengambil bola plastiknya itu.

Raiden diam di posisinya, mengamati interaksi keduanya dengan saksama dari balik pintu yang tidak terbuka lebar, hanya menyisakan sedikit celah namun bisa digunakan pria bertanda lahir mawar di sudut matanya itu untuk melihat mereka.

"Ayaaaa! Ayaaaa! Auni!" Daniel menunjuk ke arah pintu sambil membuang bola di tangannya dan berjalan ke arah pintu dengan cepat.

Pintu ruangan itu pun Raiden buka, dan tersenyum lebar menyambut anaknya yang berjalan cepat ke arahnya, namun karena belum terlalu lancar berjalan, kaki Daniel terantuk kakinya yang lain hingga tersandung.

"Daniel!" seru Raiden, dengan sigap berjalan cepat ke arah Daniel yang hendak jatuh.

"Hap! Nggak jadi jatuh kan," seru Nisa. Wanita itu sudah memeluk tubuh mungil Daniel dalam dekapannya.

Raiden bernapas lega melihat anaknya tidak jadi terjatuh ke lantai.

"Makasih, ya, Nis," ungkap pria itu tersenyum tulus.

"Kewajiban saya, Mas." Nisa berkata sambil memeluk Daniel untuk bangun dari posisi mereka yang kurang enak dipandang.

Tatapan pria itu menatap bangga Nisa. "Kamu udah siap-siap kan? Kita langsung pindah ke apartmen saya."

🦋🌹🦋

Akhirnya mereka sampai juga setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit dari rumah ke apartemen Raiden. Alasan pria itu memilih pindah ke apartemen karena lokasinya yang lebih dekat dengan Rumah Sakit sehingga mudah untuknya jika ingin kembali ke apartemen dibandingkan ke rumah yang jaraknya cukup jauh, apalagi jika ditambah macet.

Pintu mobil terbuka, Nisa dengan sigap menggendong Daniel turun dari mobil. Lalu membuka pintu bagasi dan mengambil kopernya yang berukuran sedang berwarna hitam dari sana.

"Biar saya saja yang bawa ke dalam. Kamu sama Daniel masuk aja duluan." Raiden mengambil koper milik Nisa dari tangan wanita itu dengan pelan.

"Tapi saya nggak tau kamar Mas di mana," jawab Nisa jujur.

Sontak hal itu membuat Raiden tertawa kecil. "Maaf, saya lupa," serunya sambil menutup bagasi mobil.

Kini di tangan pria itu terdapat dua koper, satu koper milik Nisa dan satunya lagi milik Daniel, sedangkan punya Raiden memang tidak ada karena sudah ada di dalam apartemennya.

Ketiganya berjalan beriringan masuk ke dalam apartemen. Mereka terlihat layaknya keluarga kecil yang sangat manis, namun seragam Babysitter Nisa mengacaukan semua dugaan itu.

Tibalah di sebuah kamar yang berada di lantai lima di apartemen itu. Pria yang masih lengkap dengan pakaian kerjanya itu menyelipkan kartu ke dalam gagang pintu, lalu tampaklah ruangan yang tadinya tertutup itu.

"Nanti ada dua kunci. Satu kamu pegang, satu saya yang bawa. Saya juga sudah memberitahukan bagian pengawasan apartemen kalo kamu bakal tinggal di sini jadi nggak papa." Nisa mengangguk paham dengan penjelasan Raiden.

Raiden melirik Daniel yang masih betah di pelukan Nisa. "Daniel sini, sama Ayah dulu," ujarnya seraya merentangkan tangannya kepada anaknya itu.

Kepala Daniel bergerak ke kiri dan ke kanan. "Auni," tolaknya sambil mempererat pelukannya pada Nisa.

"Nggak papa, Mas. Mas bersih-bersih saja dulu, biar saya kasih makanan Daniel," ujar Nisa.

"Kalo gitu ayok masuk." Raiden berjalan memasuki apartemennya itu.

Raiden sengaja membeli apartemen dengan tipe 2R sejak satu Minggu yang lalu, alasannya karena ia ingin anaknya merasa hidup dan bertumbuh di lingkungan hangat seperti di rumah.

Apartemen ini memiliki dua kamar, yaitu satu kamar utama dan satunya lagi kamar untuk anak yang ukurannya tidak terlalu besar. Kamar mandi pun ada dua, satu berada di dalam ruang utama, yang satunya berada tepat di samping kamar anak. Nantinya kamar anak itu akan ditemui oleh Nisa, sedangkan Daniel dan Raiden akan tidur bersama.

[Design by Google]

🌹🦋🌹

Raiden menggeliat dalam tidurnya saat mendengar suara Daniel yang menangis. Perlahan matanya terbuka meskipun rasa kantuknya kini sedang menyerangnya. Mau tidak mau ia harus bangun dan membuat susu untuk anaknya.

Daniel memang sering terbangun di malam hari untuk meminta susu.

"Ssstt .... Tunggu, yah ayah buatin," bujuk Raiden dengan suara seraknya, perlahan ia menggendong Daniel dalam pelukannya dan keduannya pun berjalan ke arah pintu, ingin pergi ke dapur.

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok wanita berambut sepinggang yang tergerai begitu saja, tidak lupa baju terusan putih yang menjuntai semata kakinya.

Seketika rasa kantuk Raiden menghilang, tergantikan dengan bulu kuduknya yang meremang. Sontak ia menggidakkan bahu. Perasaan takut bukan main ketika matanya melihat sosok itu. Suasana berubah menjadi hening dan dingin di sekitar pria itu.

Jantung Raiden berpacu kencang di dalam sana. Tangannya sedikit gemetar sambil memegang gagang pintu untuk kembali menutupnya.

"Mas? Ini susu buat Raiden," ucap sosok itu sembari menyodorkan botol susu Raiden.

"Astagaaa! Nisa?" seru Raiden sambil bernapas lega. "Saya pikir hantu!" lanjutnya sambil menerima botol susu Raiden.

Nisa tertawa kecil melihat orang tua dari anak asuhnya itu ketakutan.

"Kalo ada apa-apa panggil saya saja, Mas," tutur wanita itu.

"Iya, makasih Nisa."

Nisa pun kembali ke kamarnya. Sedangkan Raiden kembali tersenyum, menertawakan dirinya yang bertingkah konyol tadi di depan Nisa. Rasa-rasanya ia ingin menghilang saja sekarang. Sungguh memalukan, batinnya.

Di kamarnya, Nisa masih membayangkan wajah Raiden yang terlihat sangat panik tadi ketika melihatnya berdiri di depan pintu. Mata pria itu yang memang sudah bulat, terlihat semakin menggemaskan saat melebarkan matanya lagi tadi.

Wanita itu akui, pesona Raiden memang tidak bisa ditolak. Apalagi kepribadiannya yang sangat ramah, mampu membuatnya kadang suka lupa kalau pria itu sudah pernah berkeluarga dan memiliki satu orang anak sekarang.

Namun, kini terselip pertanyaan tentang keberadaan ibu Daniel. Kemana ia? Kenapa orang sebaik dan setampan Raiden bisa ditinggalkan seperti itu? Apa kekurangannya? Punya pekerjaan pasti, Dokter spesialis Obgyn! Tampan? Sangat tidak manusiawi menurut Nisa! Aduh, sepertinya mantan istri Raiden ini punya gangguan penglihatan dan kekurangan pemahaman tentang pria mapan itu seperti apa.

"Moga aja punya jodoh kayak Mas Raiden. Jadi mama Daniel juga kagak apa," celetuk Nisa tiba-tiba tanpa sadar.

Sontak tangannya bergerak menutup mulutnya dengan kasar. "Mulutnya dikondisikan, Nisa!"

Nisa memang memiliki kebiasaan seperti menyeletuk secara spontan seperti tadi apa yang ada dipikirannya. Apapun itu, oleh karena itu wanita itu selalu berusaha untuk tidak terlalu berpikir aneh-aneh yang mengganggu otaknya.

Lagi pula, di kontrak kerjanya pun sudah ada persetujuan antara pihaknya dan pihak Raiden tentang keprofesionalan kerja. Artinya, hanya ada hubungan Babysitter dan orang tua anak diantara mereka. Tidak lebih, atau kurang.

Tanpa Nisa sadari ternyata Raiden ada di luar pintu kamar wanita itu, dan mendengar celetuknya dengan amat sangat jelas. Niatnya tadi ingin bertanya dimana wanita itu meletakkan popok Daniel, namun setelah mendengar perkataannya tadi, niat Raiden pun diurungkan karena tidak mau membuat Nisa malu.

Raiden kembali ke kamarnya dengan seutas senyum manis yang bertengkar di wajahnya. Aneh, tapi nyaman.

To be Continued

A.n: apa tuh yang aneh tapi nyaman? 😭
Btw, kalo ada salah ketik dan sebagainya, tolong diberitahu, ya. ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro