🦋 | Bab Empat Belas
Bab Empat Belas
~~~🦋~~~
"Jadi Johny itu punya pacar?" tanya Raiden, menatap penuh tanya kepada Nisa.
Kepala wanita itu mengangguk. "Iya, namanya Tania. Cantik kan?"
Raiden tengah memeluk Daniel yang sedang tertidur itu pun tersenyum tidak percaya. Jadi selama ini ia tidak mengetahui fakta bahwa tetangga laki-laki yang selama ini ia curigai memiliki perasaan kepada Nisa telah mempunyai kekasih.
Nisa melirik Daniel yang menggeliat dalam tidurnya. Anak itu ketiduran saat mereka pulang dari jalan-jalan sore dengan mobil, hanya pergi sebentar keluar karena anak laki-lakinya itu merasa bosan di rumah dan tiba-tiba saja mengajak Raiden yang baru saja pulang dari rumah sakit untuk keluar.
Raiden mengangkat bahunya. "Kamu lebih cantik," sahutnya dengan santai, yang direspon Nisa dengan gelengan kepala.
"Tapi kalo dilihat, dia kayaknya tertarik sama kamu, Nisa." Raiden mengutarakan isi pikirannya yang selama ini dirinya pendam sendiri.
Nisa memutar bola matanya. "Sama aku, Mas?"
Terdengar dengkusan halus berasal dari Raiden. "Nisa? Kamu itu cantik. Semua perempuan juga cantik. Cowok juga semuanya ganteng," jedanya sambil membuka pintu kamarnya. "Jadi jangan rendah diri, dear," imbuhnya.
Senyum Nisa pun mengembang sempurna. Raiden adalah pria yang tidak segan memuji apa saja yang dilakukan wanita yang dicintainya agar merasa lebih disayangi. Apalagi jika Raiden sudah menyematkan kata 'Dear' di setiap percakapan mereka. Rasa-rasanya, Nisa mau meleleh saja.
"Nisa?" panggil Raiden dari kamarnya.
"Iyaa, Mas?" Wanita itu berjalan ke arah kamar dengan langkah lebar.
Raiden melihat ke arah bantal Daniel yang berada di ujung tempat tidur. "Boleh ambil bantalnya, Nis?"
Nisa pun berjalan ke arah sisi kanan tempat tidur, di mana bantal itu berada. Lalu meletakkan di tengah-tengah tempat tidur. "Okay?"
"Makasih Dear." Raiden pun menurunkan Daniel di atas kasur, kemudian berjalan ke arah Nisa.
"Santai aja Mas-ah!" pekik Nisa, terkejut karena Raiden tiba-tiba saja menarik tubuhnya hingga terjatuh di atas kasur bersama-sama.
Nisa memukul pelan lengan Raiden. "Mas! Daniel baru tidur!" tegurnya.
Posisinya mereka kini, Nisa berada di bawah tubuh Raiden. Pria itu menyangga tubuhnya dengan kedua tangan agar tidak memberatkan tubuh wanita itu.
Keduanya saling bertatapan. Hingga akhirnya Raiden perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Nisa. Wanita yang memiliki tahi lalat di pipi atas kanan itu memejamkan matanya saat jarak di antara mereka semakin terkikis.
"Kamu kenapa tutup mata?" bisik Raiden tepat di samping telinga Nisa.
Kelompok mata refleks Nisa pun terbuka lebar.
Hap!
Tidak ada kesempatan untuk Nisa untuk protes, karena detik berikutnya Raiden menyatukan bibir mereka.
🦋🦋🦋
Keesokan harinya.
Nisa melirik Raiden yang tiba-tiba saja berubah menjadi lebih pendiam dari sebelumnya. Semua bermula saat ayah Daniel itu membaca sebuah pesan masuk dari seseorang yang tidak diketahui Nisa. Raut wajahnya terlihat tidak suram dan rahangnya terkatub keras.
"Mas mau aku buatkan Teh?" tawar Nisa.
Mata Raiden melirik ke arah Nisa, kepalanya mengangguk kecil. "Makasih, Dear," serunya.
Senyum tipis andalan wanita itu menjadi jawab untuk Raiden.
Daniel sudah tidur sejak lima belas menit yang lalu, sehingga di dalam ruangan makan yang terhubung dengan dapur itu, hanya diisi mereka berdua.
Tangan Nisa sedang sibuk menuangkan gula, ketika pinggangnya tiba-tiba saja ditarik oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Raiden? Kepala pria itu dibenamkan di antara ceruk leher Nisa dengan mata yang terpejam.
"Mas?" panggil Nisa pelan.
"Hmm?"
"Ada masalah, Mas?" tanya Nisa hati-hati.
Tidak ada jawaban dari Raiden, hanya hembusan napas yang keluar dengan kasar, menerpa kulit Nisa. Kini pelukan di pinggang Nisa semakin mengerat.
Dahi Nisa mengernyit heran, di dalam hati ia bertanya-tanya mengapa Raiden berubah seperti ini?
"Kalo ada masalah mas boleh cerita ke aku," ujar Nisa sambil melepaskan pelukan pria itu. "Ini tehnya diminum dulu," lanjutnya sambil menyodorkan teh buatannya kepada Raiden.
"Nisa kamu mau nikah sama Mas?" tanya Raiden tiba-tiba.
"Huh? Mas ngelamar aku?" tanya Nisa tidak percaya.
Tidak ada hujan, tidak ada angin. Tiba-tiba saja Raiden berkata demikian. Wanita mana yang tidak terkejut saat mendengar seseorang yang sudah dianggapnya sebagai sosok yang spesial di hatinya berkata demikian?
Kepala Raiden begerak naik turun. "Mas serius mau nikah sama kamu."
"Dih, nggak romantis banget," seru Nisa sambil berjalan menjauh dari Raiden. Tidak baik berlama-lama bersama pria itu, karena tindakan dan perkataannya bisa-bisa membuat Nisa kembali jantungan.
"Ini kan versi non formalnya, biar kamu tau aku serius. Nanti formalnya kita bikin di atas pesawat," seru Raiden dengan sungguh-sungguh.
Melihat dan mendengar itu, Nisa jadi tidak tahu harus bereaksi seperti apa, satu sisi yang senang satu sisi dirinya geli sendiri, bagaimana bisa melamar di atas pesawat? Raiden memang unik.
"Mas? Kita ini sebenernya apa?" tanya Nisa.
Jujur. Nisa bingung dengan arah hubungan mereka. Dibilang pacaran? Tidak, karena Raiden sama sekali tidak berkata bahwa ia sedang mengajaknya pacaran. Sedangkan wanita itu tidak mengerti maksud dari kata serius Raiden itu seperti apa? Intinya, Nisa hanya membutuhkan pengakuan secara langsung dari pria itu. Pengakuan yang disertakan dengan kata 'Aku mencintaimu,' yang belum pernah Nisa dengar. Karena selama ini, ia hanya mengetahui kata sayang yang bahkan tidak bisa diukirnya dengan kacamata yang wanita itu pakai.
"Jadi selama ini kamu anggap mas apa?" tanya Raiden balik.
Kening Nisa mengernyit bingung. "Kok malah aku yang ditanya, Mas?"
Drttttt ... Drtttt ... Drtttt.
Suara ponsel Raiden kembali berdering. Tanpa melanjutkan obrolan itu, si ayah Daniel memilih untuk keluar dari apartemen dengan raut wajah yang sulit untuk Nisa tebak.
Tidak hanya itu, biasanya-selama satu bulan lebih mereka dekat, sejak hari terakhir pria itu mengajaknya berhubungan serius itu- Raiden akan mengangkat telpon langsung, meskipun ada Nisa di sampingnya. Tapi kenapa sekarang pria itu malah menghindar?
Sebenarnya ada apa? Kenapa Raiden tidak mau berbagi cerita seperti biasanya?
Di sisi lain Raiden baru saja mematikan panggilan dari seberang sana. Tangannya terangkat, memegang pangkal hidungnya yang berdenyut seraya berjalan kembali ke dalam apartemen. Kepalanya pun ikut sakit sekarang.
Ketika Raiden membuka pintu bercat cokelat terang itu, matanya menemukan Nisa masih berdiri di posisinya sejak tadi.
"Mas ma-"
"Aku tidur aja Nisa. Kamu juga jangan lupa istirahat, ini sudah malam," seru Raiden, memotong perkataan Nisa.
Pria itu meninggalkan Nisa yang masih bergeming di tempatnya seperti patung. Sejujurnya, niat Raiden bukan untuk menyakiti hati wanita yang sedang menarik perhatiannya itu tanpa sengaja. Ia hanya ingin menenangkan diri dan pikirnya sendiri untuk beberapa saat.
To be Continued
Pengumuman:
Eheheh. Jadi aku sekarang nggak bakal Update setiap hari yah, guys. Jadwalnya aku Update sekarang 2-3 kali perminggu, harinya nggak tau kapan, standby aja yah. Tapi bisa aja aku update tiap hari berturut-turut selama 2-3 hari itu.
Kenapa nggak setiap hari? Soalnya aku punya 2 naskah on going yang harus aku selesaikan, My Love From the Past bakal aku panjangin lagi alurnya terus aku bakal hapus dari wattpad dan terbit di Novel Life, Libri. Terus ada Married a Doctor yang tersisa 10 bab lagi menuju ending.
A.n:
Sepertinya konflik sudah dekat yah, kira-kira 1-3 bab lagi. Ahaha ditunggu aja yah.
Jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya.
Ada Typo? Kalimat yang tidak tepat? Silakan diberitahu. ^^
P.s: kamu cantik. ^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro