🦋 | Bab Dua Puluh Tiga
Bab Dua Puluh Tiga
~~~🦋~~~
Raiden membuka ikon pesan di ponselnya yang sangat jarang ia gunakan sekarang untuk mengirim pesan kepada Nisa. Pria itu sudah menghubungi Nisa awalnya via WhatsApp dan telegram, namun pesan yang Raiden kirim hanya centang satu, yang artinya wanita itu tidak mengaktifkan jaringan data aka offline.
Kening Raiden mengernyit heran saat membaca pesan singkat yang di terkirim tadi malam. Sedangkan ia sama sekali tidak pernah menghuni Nisa melalui pesan singkat sebelumnya, jika pun pernah, malam itu Raidan sama sekali tidak mengirim pesan singkat tersebut kepada Nisa.
“Jessica!” Raiden meremas ponsel sambil memejamkan matanya menahan emosi yang siap ia lepaskan.
Raiden berjalan ke arah kamar Jessica dengan rahang yang terkunci rapat.
Kebetulan saat itu Jessica baru saja membuka pintu kamarnya dan tampil dengan gaya congkaknya.
“Ini apa?” Raiden mengarahkan layar ponsel yang menampilkan riwayat pesan dari Raiden dan Nisa yang terpampang jelas di depan wajah Jessica.
Mata Jessica melirik ke segala arah, terlihat gugup, napasnya juga tercekat, wajah dan telinga wanita itu memerah.
“Hmm ..., Aku bisa jelasin ini, kam—”
“Kamu pergi sekarang! Aku nggak mau lihat kamu lagi di sini!” potong Raiden, menatap tajam Jessica.
“Rai—”
“Jangan pernah lakuin hal serendah ini, tolong!” seru Raiden dengan nada datar.
Raiden pergi begitu saja dari hadapan Nisa. Amarahnya bisa lebih parah lagi jika berlama-lama melihat wajah wanita itu yang berlagak polos. Tangan Raiden terangkat, menekan tepi kepalanya yang berdenyut sakit. Bisa-bisanya Jessica melakukan hal serendah itu?
Jika sejak awal memang tidak ingin berpisah, kenapa dulu Jessica mengajukan gugat cerai kepada Raidan? Di mana letak otak dan hati wanita itu berada? Raiden tidak habis pikir.
Daripada memikirkan Jessica dengan tingkahnya itu, lebih baik Raiden mencari Nisa. Pasti wanita itu sudah kembali ke Surabaya sejak pagi tadi. Ia harus mengejar Nisa dan menjelaskan semua yang terjadi kepadanya dan segera mengajak wanita itu untuk menikah.
Iya, setelah kejadian ini, niat Raiden untuk meminang Nisa semakin kuat. Semoga saja semua masalah ini cepat selesai, agar harapan Raiden bisa segera terlaksana.
👍👍👍
Setelah beberapa kilometer, langit benar-benar menjadi gelap di balik kaca bus yang Nisa tumpangi. Beberapa kendaraan mulai menepi ke pinggir jalan untuk berteduh dari hujan angin yang sama-sama lebat dan kencang itu.
Di sepanjang perjalanan itu, mata cokelat Nisa bisa melihat beberapa pohon yang sudah tumbang hingga membuat beberapa kabel putus dan tiang listrik PLN pun ada yang ikut terjatuh ke tanah. Di balik benda bening itu juga, padangan Nisa hanya bisa melihat beberapa meter saja di depannya.
Keadaan benar-benar kurang baik, ah bukan kurang namun sangat buruk. Nisa memilih untuk memalingkan wajah dari kaca bening yang dipenuhi dengan butiran air dan embun itu, kemudian ia memilih melihat ponselnya yang sudah dipasang mode pesawat sedari tadi malam agar tidak diganggu oleh siapa pun.
Dari arah depan mereka, terdapat sebuah truk tangki yang datang dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi, bersama dengan suara klakson Bus yang berbunyi panjang untuk memberi tanda kepada pengemudi truk tangki itu agar memberikan jalan kepada mereka, namun sayangnya tiba-tiba saja Bus yang ditumpangi Nisa itu membanting setir Bus dengan kencang ke arah kiri hingga penumpangnya ikut bergeser ke kiri, tidak hanya itu truk tersebut tiba-tiba saja menabrak bus dari samping.
Semua yang terjadi seperti mimpi, terlalu cepat untuk Nisa cermati hingga pandangan wanita cantik itu mengabur, kini Nisa berada di antara kursi yang menjepit tubuhnya, indera penciuman wanita yang sedang patah hati itu bisa menghirup aroma amis di sekitarnya, ia juga tidak bisa mendengar suara dengan jelas selain teriakan orang-orang yang terkejut dengan kejadian hari ini. Kepala Nisa mengalir deras darah, kakinya pun terasa sangat sakit. Perlahan pandangan Nisa mulai mengabur, lalu ..., Gelap.
👍👍👍
Raiden sedang berada di dalam mobil saat memutar radio di mobilnya. Di dalam mobil pria itu terdapat Daniel yang sedang tertidur di bangku penumpang belakang. Sedangkan Jessica sudah pergi sejak tadi pagi, wanita itu memilih kembali ke Jakarta karena Raiden yang benar-benar sudah memutuskan hubungannya dengan wanita itu, dengan syarat Raiden tidak boleh membatasi pertemuannya dengan Daniel. Meskipun itu awalnya di tentang Raiden, namun memikirkan tentang anak laki-lakinya itu lagi, lebih baik ia mengizinkan Daniel untuk tetap memiliki hubungan yang baik dengan mamanya. Bagaimana pun, Jessica adalah ibu kadung Daniel.
[ “Sebuah bus tujuan Surabaya dari malang mengalami kecelakaan. Di duga sang supir truk mengantuk dalam keadaan hujan badai hingga tidak melihat jika di depannya sebuah truk tangki dari arah berlawanan. Di perkirakan ada sekitar lima belas orang yang mengalami luka parah dan dibawah ke RS Cinta yang paling dekat dengan lokasi TKP sedangkan lainnya mengalami luka-luka ringan .... ]
Raiden hampir saja mengrem mobil yang dikendarainya di tengah jalan, namun untung saja ia bisa mengendalikan diri dan kembali memfokuskan diri untuk menatap jalan di depan. Entah mengapa pikiran pria itu langsung menduga hal yang tidak-tidak tentang Nisa, ia takut ... Wanita itu adalah satu penumpang di bus tersebut. Raiden menggeleng kuat-kuat kepalanya, berusaha menghilangkan bayangan itu dari kepalanya.
Drtttt ... Drtttt ... Drtttt.
Ponsel Raiden yang berada di atas dasbor mobil bergetar. Pria itu lalu mengambil benda pipih yang canggih itu dan menekan tombol answer.
“Hallo Dimas?”
[ Di seberang sana juga terdengar suara hujan, yang deras, sepertinya Surabaya juga sedang hujan deras. “Siang Dokter, kak Nisa kecelakaan, dan sekarang ada di RS Cinta yang ada di Malang kak, aku baru dikasih tahu soal berita ini,” jelas Dimas dengan nada bergetar, seperti menahan tangisannya. ]
Jantung Raiden seperti diremas kuat-kuat oleh sesuatu, ucapan Dimas dalam satu tarikan napas itu membuat tangan Raiden melemah, rasanya ia tidak kuat lagi memegang setir mobil, perlahan ia meminggirkan mobil ke samping jalan, syukur karena ia belum sampai di jalan tol.
“Saya .... Saya bakal ke sana. Makasih Dimas,” ujar Raiden terbata-bata, telapak tangan pria itu sudah basah, semua otot ditubuhnya melemah.
[ “Iya, Dokter, saya juga dalam perjalanan ke Malang. Terima kasih banyak.” ]
Panggilan itu pun dimatikan oleh Raiden. Matanya terpejam erat-erat sambil merapalkan doa, semoga saja keadaan Nisa baik-baik saja, semoga saja lukanya tidak parah.
Raiden kembali menjalankan mobilnya, meskipun ia sama sekali tidak memiliki tenaga dan nyali untuk pergi ke RS Cinta untuk mendapatkan informasi tentang Nisa. Di sepanjang perjalanan itu, Raiden hanya memanjatkan doa kepada Tuhan semoga saja Nisa baik-baik saja.
Setelah menempuh perjalanan sekitar kurang dari satu jam, Raiden akhirnya sampai di depan RS Cinta yang sudah banyak didatangi orang-orang, dan juga beberapa wartawan yang meliput berita di sana. Raiden membangunkan Daniel, dan mengajak anaknya itu masuk ke dalam RS.
“Bundaaa? Auniii?” Daniel memanggil Nisa, sejak tadi pagi, anak kecil itu selalu memanggil nama wanita itu dan menangisi Nisa.
Raiden tersenyum kaku. “Sabar, ya, Daniel, Nanti kita ketemu aunti,” seru Raiden mencoba menenangkan Daniel.
Setelah masuk ke dalam RS dan bertanya pada bagian nurse station, Raiden kembali mendapatkan satu informasi yang mengguncang hatinya. Ternyata Nisa sedang berada di dalam ruang operasi, terjadi trauma berat di kepala Nisa sehingga harus dioperasi. Dan wanita itu adalah salah satu korban yang terluka parah.
Raiden bersama Daniel akhirnya menunggu di bagian luar ruang OK yang telah disediakan beberapa kursi besi di sana. Berjam-jam menunggu bersama dengan Dimas yang hanya terdiam kaku di tempat duduknya menunggu hasil operasi. Sedangkan Daniel sudah tertidur di dalam pelukan Raiden sejak beberapa saat yang lalu.
Akhirnya tulisan opersi yang tadinya berwarna merah berubah menjadi hijau, dan tidak lama kemudian terdapat seorang Dokter yang lengkap dengan baju birunya itu keluar dari OK.
Raiden dan Dimas langsung bangkit berdiri dari duduknya, dan berjalan ke arah sang Dokter dengan penuh harapan.
“Bagaimana keadaan pasien, Dok?” tanya Raiden.
“Keluarga pasien?” tanya dokter.
Dimas mengangguk. “Saya adiknya.”
Dokter tersebut tersenyum kecil. “Hmm ... Kami telah melakukan yang terbaik untuk pasien, namun pendarahan dan juga benturan di otak besar pasien cukup parah sehingga terjadi pembengkakan pada otak. Pembengkakan yang terjadi pada otak membuat otak dalam tengkorak menjadi terhimpit dan otak mengalami tekanan yang cukup kuat. Menyebabkan oksigen yang mengalir menuju otak pun menjadi terhambat,” jelas dokter tersebut.
“Kakak saya koma, dokter?” tanya Dimas tidak percaya dengan kesimpulan yang belum disampaikan Dokter tersebut.
Dokter mengangguk kecil. ”Iya, Mas. Untuk itu pasien akan kami pisahkan ke ruang ICU.”
🦋🦋🦋
Raiden memelankan langkahnya saat memasuki ICU—Pria itu harus menitipkan Daniel kepada Dimas untuk sementara—Jantungnya berpacu kencang sampai-sampai rasanya nyeri sekali. Sejujurnya ia takut, sangat. Orang mana yang merasa baik-baik saja saat orang yang dicintainya sedang terkapar di ruang ICU.
“Dear ....” panggil Raiden seraya mendekati Nisa yang terbaring di atas bad. Mata pria itu spontan melihat EKG yang menampilkan tanda-tanda vital Nisa yang terlihat membaik.
Namun wanita itu masih terbujur kaku di sana, katanya, Nisa divonis koma karena benturan keras yang mengenai otaknya, posisi tempat duduk Nisa memang yang paling parah karena truk menabrak bus tepat di bagian samping tempat duduknya. Bahkan kaki Nisa harus dipasang gips karena tulangnya patah.
“Nisa?” Sekali lagi Raiden memanggil dengan nada rendah, suaranya terdengar serak karena menahan tangis, mata pria itu juga telah memerah.
Raiden duduk di kursi yang telah disediakan dengan perasaan tak karuan, tangannya gemetar saat menyentuh lengan Nisa. Kepala wanita itu diperban dengan beberapa luka goresan di pipinya akibat kaca yang menggores kulitnya.
“Dear, please bangun. Kamu jangan gini, harus kuat!”
“Nisa? Sayang? Aku padahal mau ngajak kamu nikah, jadi kamu harus semangat terus bangun, kita buat keluarga kecil yang bahagia bersama Daniel,” kata Raiden sambil memegang tangan Nisa yang tidak dipasang infus.
To be Continued
Note:
Kekurangan oksigen pada otak membuat kinerja otak terganggu. Menyebabkan otak tidak dapat mengeluarkan cairan maupun zat beracun keluar dari tubuh. Hal ini menyebabkan penggenangan cairan pada otak. Kondisi ini yang membuat seseorang menjadi koma namun masih hidup.
Hai hai kawans haluuu.
Jangan lupa untuk vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya. ^^
Kalo ada typo? Atau apapun itu, jangan ragu untuk komens.
Ps: ayok semangat! Jangan lupa sarapan. ^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro