Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(Bonus)

Sebelumnya mo bilang jika ini bukan update cerita Mahes dan Zea. Banyak yang request Ronald sama Ecca dibikin terpisah biar lebih dapat. Its, ok, berhubung aku orangnya enggak tegaan jadi aku bikinin.

Kurang baik apa coba? Hehehehe ....

Berikut cover  untuk sementara;


Cast;
Ronald  Alexander
Rebecca  Danisha
Cakra  Atmajaya
Arga  Wijaya  Kusuma
(Mantan tunangan Ecca)

Bintang tamu istimewa;
Maheswara  Atmajaya
Zea  Anastasya
(Putri  keduanya)

Bercerita dengan latar-belakang kehidupan Ecca yang meski telah berumur 27 tahun tetap memilih sendiri alias melajang. Meski sudah sering dibujuk Zea, Rebecca atau Ecca tak terpengaruh. Hingga di suatu hari dia kembali dipertemukan dengan Ronald, sahabatnya sekaligus pengagum rahasianya Zea.

Ecca benar-benar mempermalukan dirinya sendiri sangking putus asanya dia karena dikejar-kejar mantan tunangan. Dia mencium Ronald dan mengklaim laki-laki itu sebagai calon suami.

Apakah Ronald bersedia membantu? Atau laki-laki itu juga memanfaatkan Ecca untuk mendekati Zea kembali?

(Bukan)  Pengantin  Pengganti ]]_

.

  "Apa kau mengenalnya?" Ronald mendongak saat mendapat pertanyaan dari temannya, Arga. Dari tadi dia sibuk dengan gadget.


"Dari tadi melihat punggungmu terus," sambung temannya penasaran.

"Arah jarum 12---jangan menoleh!"

Terlambat. Ronald menoleh ke belakang dan pandangan keduanya bertemu. Tidak ada yang keluar dari bibir masing-masing, hanya saling tatap dalam kediaman. Padahal tidak ada yang salah dengan menyapa, mereka mengenal satu sama lain.

"Siapa dia?" Arga ingin tahu.

"Teman lama," jawab Ronald seraya menyunggingkan senyum. Tatapannya masih terfokus pada gadis yang terpaut dua meja dari tempatnya duduk.

"Kupikir dia mantanmu yang ingin membuat perhitungan?" seloroh Arga yang mau tidak mau membuat senyum Ronald semakin mengembang.

"Bukan," sahut Ronald dengan tenang.

Sementara gadis yang menjadi topik utama tersebut tidak juga mengalihkan pandangan dari Ronald. Matanya yang tajam berusaha dia gunakan untuk menguliti lawan di seberang meski hal itu sia-sia.

Ronald mana terpengaruh?

"Manis juga," ucap Arga seraya memperhatikan penampilan gadis itu dari atas hingga bawah. Dress putih gading tanpa lengan tersebut membuat pemakainya terlihat anggun.

"Kau akan menyesal pernah memujinya manis jika melihatnya marah." Ronald terkekeh geli saat mengingat betapa liarnya gadis itu---dia pernah menjadi bulan-bulanan padahal reputasi di dunia bawah cukup disegani.

Bagi gadis itu dia dianggap kucing kampung, tidakkah hal tersebut masuk dalam katagori penghinaan?

"Kau memiliki nomornya kan, bagi sini," ucap Arga lirih seraya mengedipkan mata pada gadis di depan yang sayangnya tidak menggubris.

"Kami sudah lama tidak bertemu. Tiga atau empat tahun," jawaban Ronald menggantung. Dia tidak yakin Ecca masih seperti dulu jika melihat penampilan malam ini. Dulu gadis itu membungkus kaki jenjangnya dengan celana jeans dan sebagai atasan kaos kedodoran bergambar kepala kelinci.

Ya, gadis itu adalah Rebecca Danisha, atau satu-satunya orang yang selalu menyebut Ronald sebagai sahabat. Namun sayang, baginya Ecca tak lebih dari sebuah batu loncatan untuk mendekati Zea Anastaya.

Ronald ingat bagaimana pertemuan terakhir mereka, bagaimana seorang Ecca mengemis untuk keberadaannya di sisi gadis itu sebagai sahabat.

"Melangkah sedikit saja dari tempatmu, di masa depan aku tidak akan menganggapmu sahabat!" Ecca terbata, gadis itu sudah putus asa hingga menggunakan ancaman konyol.

"Ronald!" pekiknya karena Ronald tetap meninggalkannya.

"Ronald."

.

Ronald tersentak setelah mendapat tepukan.

"Dia pergi," ungkap Arga.

Ronald mengedarkan pandangan, menyapu seluruh restauran dengan teliti. Benar apa yang dikatakan Arga, Ecca pergi. Dan gadis itu serius---aku tidak akan menganggapmu sahabat---namun rasanya aneh, dia merasa kehilangan.

Bagaimana bisa dia kehilangan seseorang yang telah diabaikannya? Ronald tidak percaya akan adanya rindu, tapi dia tidak bisa mengelak jika bayangan gadis itu menghantuinya sekian tahun.

Rebecca Danisha, atau Ecca si gadis kelinci.

.

Ecca menatap pantulan dirinya di cermin. Tidak ada senyum, sorot mata tajam seolah menaruh kecurigaan pada semua orang. Dia tidak tahu sejak kapan hidup seperti ini, layaknya robot yang didesain tanpa perasaan. Tidak ada rasa sedih, terluka, bahagia, ingin menangis, tertawa, juga frustrasi. Datar.

Namun tadi saat bertemu pandang dengan Ronald, perasaan itu hadir kembali. Rasa ingin marah, menangis, serta haru seakan bercampur jadi satu. Namun karena hanya mendapat senyum miring, semua meluap begitu saja.

Lift berdeting pertanda telah sampai lantai dasar. Ecca keluar dan bergegas menuju basemen tempat mobilnya terparkir. Saat akan membuka pintu seseorang mencekalnya.

Ecca menoleh dan mendapati wajah yang  terlihat lelah. Napas laki-laki itu terengah, tapi senyumnya mengembang. Seolah menemukan harta karun yang telah lama dicari.

"Aku mencarimu ke mana-mana," ucapnya seraya menarik tubuh Ecca dalam pelukan. Menyalurkan semua kerinduan. Namun gadis dua puluh tujuh tahun itu minim ekspresi. Datar.

"Ca, aku merindukanmu," ulang laki-laki itu seraya mengeratkan pelukan. Ecca tetap membungkam.

"Ca?" panggilnya karena tak mendapat respon sedikit pun. Dia melepas pelukan dan memperhatikan Ecca dalam-dalam.

"Ca?"

Hening. Ecca memang tidak tahu harus apa, bukan laki-laki ini yang diinginkannya. Melainkan dia yang berjarak lima belas meter darinya, menatap dalam diam. Ronald Alexander.

"Ca?"

Ecca menepis tangan laki-laki itu kemudian menghampiri Ronald dengan pelan. Dia tidak peduli bagaimana nanti orang menilainya. Bukankah dia sudah hidup tanpa perasaan sekian tahun? Jadi tidak masalah hidup dengan cara seperti itu sekali lagi.

Saat jarak mereka benar-benar habis, Ecca melakukan hal tak terduga hingga membuat orang-orang yang melihat menilai itu tindakan yang sangat berani. Meski hanya menempelkan bibir, tapi bagi gadis itu tetap saja sebuah ciuman. Dan hal tersebut dilakukan tanpa permisi.

Ronald bergeming tak membalas karena terkejut. Ecca pun segera menarik diri, merasa tidak berharga. Dia sudah mempermalukan diri dan masih berharap setidaknya laki-laki itu bersedia membantu. Bukankah mereka saling mengenal?

Kejutan datang saat Ecca berbalik, Ronald menarik tubuh ramping gadis itu ke dalam dekapannya. Memberi evil smirk dan membalas lebih. Mereka saling berciuman di tempat parkir dengan disaksikan oleh orang-orang yang kebetulan berada di sana, juga laki-laki yang tadi mengejarnya.

***
#DobleR
#LoopiesFM
#BUKANPengantinPengganti

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro