Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Penghuni

"Aaaarrgghhh!!"

Jeritan Mika nyaris membuat Indira melempar gelas yang tengah dicucinya. Digedor pintu kamar mandi tersebut sembari terus memanggil nama sahabatnya. Jika lebih lama lagi, mungkin Indira tidak akan ragu untuk mendobrak atau merusak pintu yang memang sudah rapuh itu. Namun, Mika pun keluar dengan sendirinya. Wajahnya pucat, butiran keringat dingin memenuhi kening, tubuh kecilnya bergetar seolah siap ambruk kapanpun.

"Mika lu kenapa?" Mika memeluk erat Indira, hingga ia bisa merasakan degub jantung yang bertalu hebat. "Ada kecoa? Tikus? Apa ular?"

Kepala Mika yang bersandar di bahunya menggeleng, lalu salah satu tangannya menunjuk ke arah kamar mandi tepatnya ke dinding atas.

"Cicak? Tokek?" tebak Indira.

Indira tidak melihat apa pun dari ambang pintu atau mungkin memang penerangan yang kurang membuat matanya rabun. Pada akhirnya Indira memapah Mika untuk duduk di kursi dapur. Mengambil sebotol air mineral sisa perjalanan karena di rumah itu belum tersedia air siap minum. Mika menenggak hingga tandas, bahunya masih naik turun seperti orang yang baru saja selesai tanding laru maraton.

"Gue ambilin air lagi ya ke depan." Namun, Mika menahan lengan Indira. Pandangannya jelas mengatakan untuk jangan meninggalkannya sendiri. Indira segera memahaminya. Dia duduk di samping Mika hingga tenang.

Setelah menunggu beberapa menit. Indira kembali mengajukan pertanyaan yang sama. "Udah mendingan?"

Mika mengangguk.

"Lu kenapa?"

"Gue liat Mbak Kun tadi di kamar mandi,"cicitnya.

Sekoyong-koyong Indira menyerbu kamar mandi hingga Mika tidak sempat menahannya.

Dipandangi tiap sisi dinding juga langit-langit kamar mandi yang tidak tertutup plafon tersebut untuk memastikan. Akan tetapi, tidak satu pun ada tanda-tanda mahluk yang disebutkan oleh Mika. Indira tidak ingin membuat Mika frustasi mengingat keadaannya tadi, tapi jika memang itu mahluk halus. Indira akan memarahinya.

Persis saat Indira menoleh untuk keluar kamar mandi, saat itu juga kepala Mika menyembul. Indira nyaris berteriak kaget.

"Ketemu?" tanya Mika, sepertinya anak itu sudah lebih santai.

"Nggak ada." Indira menghampiri kompor untuk memasukan mie instan ke dalam air yang sudah mendidih sejak tadi. Mika mengekori dari belakang. "Mungkin dia cuma mau say hi aja sama penghuni baru. Nanti kalau ketemu gue, gua sapa deh."

"Indira, ish!" desis Mika. "Mulut lu tu ya! Gue mah nggak mau disapa ama mahluk begituan."

Kejadian tersebut berlalu dan Mika seolah lupa dia menjerit seperti melihat setan -ya emang begitu, sih- ketika mie instan tersebut matang. Bahkan Mika meminta untuk dimasakan lagi dua bungkus karena menjerit membuat tenaganya terkuras dan ia semakin lapar.

*****

Mika sudah berulang kali protes. Tidur di kamar terpisah di saat mereka baru saja menghuni tempat ini terlebih setelah Mika melihat sosok dengan senyum pepsodent bergigi runcing tadi bukanlah ide bagus. Namun, Indira dengan keras kepalanya tidak memperdulikan rengekan Mika.

Jika bukan karena ayah ibunya yang kembali ribut, Mika tidak akan mau ikut ke sini. Sudah benar ibunya melayangkan gugat cerai, tapi wanita yang melahirkannya itu kembali luluh hanya dengan permintaan maaf ayahnya dan beberapa ucapan manis. Seolah lupa bahwa sebelum-sebelumnya ayahnya melakukan hal serupa. Namun, bila dipikir-pikir. Ayahnya lebih kejam dari setan, jika perilaku terwujud dalam wajah. Maka ayahnya pasti akan memiliki wajah yang lebih menyeramkan dari Mbak Kun tadi.

Perempuan itu berusaha memejamkan mata, meski hatinya masih tidak tenang. Setidaknya perutnya sudah terisi. Entah perasaannya saja atau mungkin karena beginilah udara di pedesaan, sejuk dan cenderung dingin. Tidak buruk juga mengingat selama ini ia hidup di kota besar dan belum pernah merasakan udara sesejuk ini Jakarta tanpa bantuan pendingin ruangan. Mencari posisi yang nyaman, Mika yang terbaring di ranjang bagian sisi bergerak membelakangi jendela. Bersama dengan bantal guling yang dia abaikan di sana karena sebagian benaknya masih berkhayal yang tidak-tidak.

Saat itu bisa dibilang kesadaran Mika tengah berada di ambang batas, hanya butuh sedetik ia sampai pada alam mimpi. Namun, sebuah tangan dingin mendadak terasa memeganggi pergelangan kaki Mika. Tak hanya itu, sesuatu yang berat tak kasat mata menimpa tubuhnya hingga ia kesulitan bergerak seolah seluruh organ lumpuh bahkan mulutnya tidak bisa terbuka untuk sekedar berteriak meminta tolong. Dengan sisa kesadaran Mika berusaha membuka mata, tetapi kelopaknya begitu berat sehingga samar-samar ia hanya mengintip. Ada sesuatu yang berdiri di hadapannya, kali ini berbeda, bukan seperti setan Mbak Kun yang ia lihat di kamar mandi. Melainkan sesosok wanita cantik dengan pakaian adat, tubuhnya penuh perhiasan dan rambut disanggul. Sosok tersebut berjalan mendekat, wajahnya cantik dan pucat. Mika masih berusaha meraih kembali kendali tubuh dan kesadarannya. Lalu wanita cantik itu menggerakan bibirnya tanpa suara. Meski mata Mika tidak terbuka sempurna, tapi Mika bisa memahami ucapannya.

'Cepat pergi dari sini.'

*****

Halo pembaca!!
Jangan lupa dukung story ini tap bintang dan komen.
Buat kamu yang pengen baca lebih cepat, bisa mampir ke Karyakasa dengan judul yang sama. Gratis juga koq ^^
Tenang, story akan tetap di tamatkan di wattpad

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro