Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Sanggar Kenanga

Pesta pernikahan adalah salah satu moment terpenting bagi manusia selama mereka hidup. Tentunya bagi mereka yang memang ingin berkeluarga. Wajar jika banyak orang rela untuk mengeluarkan uang banyak demi terciptanya pesta pernikahan yang sesuai dengan impian dan keinginan.

Aku juga memiliki pesta pernikahan impianku sendiri. Bahkan sejak aku masih duduk di bangku sekolah dasar dan berangan-angan hanya karena sudah melihat begitu banyak pesta pernikahan mungkin hampir setiap minggu.

Ibu angkatku, yang sudah mengadopsiku sejak aku SD adalah seorang perias pengantin di daerah pinggir kota. Selain merias pengantin, Ibu juga menyediakan jasa penyewaan baju pengantin dan pelaminan sederhana untuk pesta-pesta sederhana dan rumahan. Pasarannya memang untuk kalangan menengah ke bawah yang tetap ingin mengadakan pesta pernikahan yang meriah meski terjepit budget.

Namun seiring waktu berjalan, usaha sanggar pengantin ini semakin berkembang. Ibu mulai bekerja sama dengan vendor-vendor lain seperti catering, souvenir, hingga ke beberapa aula dan gedung sederhana untuk venue. Namun meski jasa yang ditawarkan juga semakin banyak dan berkembang, Ibu tetap menjaga harganya untuk tetap bisa dijangkau oleh mereka dari kalangan menengah ke bawah. Bahkan kadang aku rasa, Ibu terlalu baik dan sering tidak tegaan hingga akhirnya harus memberi diskon lebih dari seharusnya.

Sejak aku diadopsi dari panti ketika berusia sembilan tahun, Ibu dan almarhum ayah angkatku selalu membawaku ketika bekerja sehingga aku bisa melihat berbagai macam pesta. Katanya, nanti akulah yang akan meneruskan bisnis ini, jadi aku harus mulai membiasakan diri.

Sayangnya aku tidak memiliki bakat seperti Ibu untuk merias pengantin. Merias diri sendiri saja tidak bisa. Bahkan aku sudah mengikuti kelas dan les khusus, tetapi rasanya terlalu kaku dan tidak bagus. Mungkin karena dari hatiku sendiri aku tidak tertarik di bidang itu, hingga akhirnya Ibu tidak lagi memintaku belajar. Aku dibebaskan untuk melakukan yang aku inginkan.

Namun sebagai anak adopsi yang mendapatkan orang tua angkat baik dan penuh kasih, bagaimana mungkin aku bisa hidup semauku? Untuk itu, aku belajar sesuatu yang bisa dipelajari meski tidak memiliki bakat alami.

Aku mengambil jurusan management ketika duduk di bangku kuliah dan masih sesekali ikut membantu Ibu setiap kali ada pekerjaan. Meski aku hanya membantu hal-hal remeh seperti mengantar-jemputnya ke venue atau saat harus mencari perlengkapan. Sisanya aku mengamati di belakang layar.

Begitu di tahun terakhir kuliah, aku mengambil pelatihan khusus wedding planner & organizer dan mulai aktif membantu Ibu sebagai planner. Tentu saja meski Ibu jelas lebih berpengalaman karena bisnis ini sudah ia rintis puluhan tahun, namun bantuanku bertujuan untuk mempermudah pekerjaannya. Apalagi usia ibu sudah tidaklah lagi muda.

"Laras, sepertinya Ibu sudah ndak kuat ambil job banyak-banyak lagi. Tangan Ibu sudah mulai gemetar waktu mendandani klien, Ibu ndak enak," ucap Ibu padaku malam itu sambil berbaring di ranjang.

"Iya Bu, kan Laras juga sudah bilang... Ibu berhenti saja, toh sebentar lagi Laras juga lulus. Nanti Laras aja yang kerja."

"Lalu sanggar bagaimana? Sayang nduk, kalau nggak diteruskan. Sudah punya nama, kliennya juga sudah banyak."

Ibu belum tahu kalau aku memang mempelajari soal wedding planner dan organizer secara serius di samping kuliahku. "Nggak usah khawatir, Laras yang teruskan kok Bu. Tapi mungkin akan sedikit berbeda dengan Ibu nantinya. Tapi Laras jamin untuk menjaga kualitas sanggar Ibu dan nama baik Ibu, ya."

"Laras ndak apa-apa memangnya? Maksud Ibu, kalau memang Laras mau kerja yang lain tidak apa-apa. Sanggarnya dijual saja, nanti modalnya untuk usaha yang Laras mau."

Aku menggigit bibir bagian dalamku. Menahan untuk tidak menitikkan air mata mendengar perkataan Ibu. Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan kasih sayang yang sebesar ini padahal kami bahkan tidak terhubung dalam ikatan darah sama sekali. Kadang aku merasa ini mustahil. Namun nyatanya aku benar-benar kasih sayang tulus dari Ibu yang mungkin melebihi orang tua kandungku yang bahkan tidak kuketahui keberadaannya dan sosoknya.

"Jangan gitu, Bu, Insya Allah Laras yang lanjutkan. Soal perias pengantinnya, Laras juga sudah dapat, teman dekat Laras sendiri nanti kami kerja sama untuk meneruskan bisnis Ibu."

"Oh ya? Siapa?"

"Dania, Bu." Dania adalah sahabatku sejak kami sama-sama di panti. Meski sempat berpisah karena aku pindah sekolah setelah diadopsi, kami bertemu lagi di bangku SMA bahkan hingga melanjutkan ke kampus dan jurusan yang sama.

"Oh ya Dania. Iya ya seingat Ibu Dania pintar make upnya, cekatan juga."

Aku sudah mengumpulkan uang untuk membayari Dania les rias pengantin. Dania sendiri memang sudah mahir make up karena belajar otodidak. Dan setelah bincang serius, Dania setuju untuk bekerja sama denganku meneruskan Sanggar Kenanga, sanggar pengantin milik Ibuku. Dania akan menjadi make up artist utama untuk pengantin dan aku yang akan menjadi wedding planner dan organizernya.

Seminggu setelah malam di mana aku dan Ibu mengobrol, satu-satunya keluarga yang aku miliki itu pun meninggal dunia.

Naning dan Gunardi. Sepasang suami-istri yang tidak memiliki anak kandung dan juga tidak memiliki sanak famili dekat. Yang kemudian memutuskan mengadopsiku di usia pernikahan mereka yang ke lima belas tahun. Kini mereka sudah pergi, meninggalkanku beserta sebuah rumah sederhana di pinggiran kota dan sebuah sanggar rias pengantin bernama Sanggar Kenanga yang kini menjadi hartaku yang paling berharga.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro