II. Chapter 48 : Kematian Wang Chu Xie
Beberapa hari setelah misi pembunuhan itu, Guo Fen tidak pernah lagi melihat Bai Lianhua, alias guru Rong Mei lagi di mana pun. Setiap hari, Rong Mei juga jarang ada di pondok. Ia hanya meninggalkan Guo Fen catatan bela diri untuknya pelajari sendiri yang nantinya bakal diuji setelah Rong Mei pulang.
Guo Fen sudah menekatkan dirinya untuk mencoba memegang senjata lagi dan mengikuti misi Rong Mei selanjutnya. Ia baru ingat sekarang sosok wanita berambut putih Bai Lianhua itu. Setahun yang lalu, Guo Fen pernah melihatnya di poster yang ada di atas meja Ketua Han. Tulisannya DICARI: PENDEKAR HEI LIANHUA. Tapi sampai sekarang, Guo Fen tidak tahu kenapa wanita itu dicari.
Ia juga tidak tahu apa yang dibicarakan Rong Mei dan Bai Lianhua malam itu. Karena hanya memandang dari jendela, Guo Fen tidak bisa mendengar percakapan mereka dan jatuh tertidur. Besoknya wanita itu sudah tidak ada dan Rong Mei mulai berkelana sendirian entah ke mana. Setiap kali Guo Fen tanya akan ke mana, Rong Mei hanya bilang ia akan berkultivasi untuk meningkatkan tenaga dalamnya.
Mendengar itu pun, Guo Fen akhirnya menurut berlatih giat dan memutuskan untuk menemani Rong Mei di misi selanjutnya.
Setelah seminggu berlatih giat, ada satu hari penuh Rong Mei tinggal di pondok merapikan kertas-kertas dari pesan burung pos yang tergeletak asal di atas meja.
"Kakak Rong, tadi pagi ketika aku pergi ke Pasar Huang, aku melihat selebaran di papan pengumuman kota," kata Guo Fen sambil mengunyah bakpao hangat di tangannya. Ia menghampiri Rong Mei yang sedang duduk di depan api unggun.
"Selebaran apa?"
"Soal kematian Wang Chu Xie. Katanya orang-orang banyak yang tidak percaya kalau ia meninggal karena sakit jantung. Mereka bilang kalau ini ada kaitannya dengan teror Pendekar Wanita Merah. Aku heran, kenapa mereka menutupi kematian Wang Chu Xie yang sebenarnya?" tanya Guo Fen.
Untuk beberapa saat Rong Mei tidak menjawab. Ia menarik napas pelan. Wajahnya yang tenang terbias cahaya kuning dari api unggun.
"Kekaisaran selalu mencoba menutupi hal-hal menyeramkan bagi warga mereka."
Kening Guo Fen mengerut samar. "Kenapa begitu?"
"Kekaisaran takut para warga tidak lagi mempercayai mereka sehingga menutupi apapun yang berkaitan dengan keberadaan kita."
Guo Fen memperhatikan perubahan wajah Rong Mei menjadi sendu. "Kakak, sebenarnya apa yang Kekaisaran miliki sampai ia harus menghentikan teror yang kau buat?"
"Banyak. Mereka berhutang banyak pada kita."
"Kita?"
"Para pendekar."
Guo Fen mengerjap. Kata-kata itu membuatnya teringat pada Ketua Han yang dulu sering menyebutnya anak ajaib.
"Kakak Rong, apa maksudmu? Aku..."
"Tadinya aku tidak mau memberitahu hal ini padamu dulu. Tapi kurasa waktuku tidak banyak. Cepat atau lambat, kau pun akan tahu kalau kau seorang pendekar."
Guo Fen tidak tahu. Sejak kecil ia hanya menduga kalau kekuatan dan kecepatannya hanyalah sebuah bakat. Sama seperti ketika seseorang dengan bakatnya menggunakan pedang dan panah seperti Lan Juxiong. Guo Fen tidak pernah memahami wujud Dewa yang sering mereka singgung sekaligus pendekar yang permaisuri takuti seperti kata para bandit. Yang Guo Fen pahami hanyalah bahwa ia merasa dirinya biasa-biasa saja dan tidak spesial.
"Apa itu artinya aku sama sepertimu? Aku bisa sepertimu?" tanya Guo Fen.
Senyum Rong Mei terulas pelan. "Kau adalah dirimu sendiri. Tapi secara teknis, kau memiliki energi murni dan tenaga dalam yang kuat. Dalam darahmu mengalir kekuatan magis serupa dewa. Kau bisa belajar bela diri di usia segini dengan cepat dan mudah. Setiap kali aku mengujimu, kau selalu melakukannya dengan sempurna dan aku tidak pernah lelah hanya untuk menuliskan semua jurus untuk kau pelajari. Itu cukup membuatku lega."
Kali ini Guo Fen menatap senyum di bibir Rong Mei memudar.
"Jangan ikuti aku untuk misi kali ini," ujar Rong Mei pelan. Guo Fen membeliak pelan.
"Kenapa?"
"Ini bukan hal yang mudah. Kau berjagalah di rumah. Dan ini..." Rong Mei menyerahkan secarik kertas bertuliskan 'Sekte Macan Salju'. "Cobalah berlatih di sana juga mulai besok. Aku dibantu temanku selama ini, dia akan membantumu menguji jurusmu."
Rong Mei bangkit berdiri dan hendak berbalik. Guo Fen tertegun untuk beberapa detik namun ia segera menghampirinya.
"Kakak Rong, apa kau bisa beritahu aku siapa kali ini yang akan kau bunuh?"
Dengan gerak pelan, Rong Mei melepaskan jeratan tangan Guo Fen yang tanpa sadar sudah mencekalnya. Guo Fen menatap penuh harap, tapi gadis itu hanya tersenyum samar.
"Aku lelah. Kau tidurlah. Besok buatkan aku ikan bakar untuk makan malam. Aku mau ikan yang ada di Sungai Lan." Rong Mei berjalan masuk, tapi dicegah lagi oleh Guo Fen. Wajahnya tiba-tiba berubah panik.
"Kakak! Sungai Lan itu kan sedikit jauh dari Gunung Shen... apa bedanya dengan sungai di hutan biasa?"
"Ikan di sana gendut-gendut karena dekat dengan Kampung Shanyi. Aku butuh sesuatu yang bertenaga untuk menjalankan misi ini."
Guo Fen tersenyum lalu mengangguk patuh. "Ah, baiklah! Kau jangan khawatir, kakak. Aku akan mengambil ikan-ikan gendut yang banyak untukmu!"
Gadis itu hanya tersenyum simpul sebagai jawaban. Ketika berbalik, ia tidak akan membiarkan Guo Fen melihat air matanya yang nyaris tumpah di ujung mata.
*
Siang itu Pasar Huang yang ada di Kampung Shanyi nampak ramai. Lebih ramai daripada biasanya. Terutama ketika Guo Fen mendekati sebuah papan pengumuman ada di dekat jembatan kecil. Semua orang sibuk berkomentar dan memandangi poster di papan pengumuman. Guo Fen yang kecil menyempil di antara orang-orang dewasa dan menemukan wajah Rong Mei di poster itu.
"Aduh, mengerikan. Katanya ada yang bilang kalau ternyata yang membunuh Wang Chu Xie waktu itu adalah Pendekar Wanita Merah. Hari ini penyelidikan dari Kantor Penyelidikan mengatakan kalau Organisasi Pendekar juga membantu dan ada bukti bunga lotus putih saat kematiannya."
"Jadi benar kalau Wang Chu Xie bukan meninggal karena sakit jantung?"
"Tentu saja bukan. Sepertinya beberapa pejabat ada yang tidak mau repot untuk menyelidiki kematian Kepala Pemetik Teh di Istana karena merasa statusnya bukan pejabat penting. Tapi sebaliknya, Organisasi Pendekar justru dengan berani menentang para pejabat itu dan menyatakan kalau kasus ini adalah kasus pembunuhan."
"Tunggu. Tadi kau bilang lotus putih? Apa Wanita Merah ini ada hubungannya dengan sosok Hei Lianhua yang telah lama menghilang?"
Guo Fen membeku di tempatnya mendengar para warga saling berkomentar silih berganti. Mereka terus membicarakan Organisasi Pendekar yang dengan hebatnya mengungkapkan kalau kasus yang ditutup-tutupi para pejabat memang tindakan paling konyol. Terlebih mereka malah memuja-muja Permaisuri Bai Naxing karena sudah bertanggung jawab atas kendalinya terhadap organisasi itu.
"Kaisar Li Minglao jarang berpartisipasi dalam kekhawatiran masyarakat seperti kita. Ia tahunya hanya membangun infrastruktur dan mengurus perdagangan tehnya. Ia sama sekali tidak peduli dengan kita."
"Benar. Untung kita punya Permaisuri Bai Naxing yang setiap minggunya selalu menanyakan keadaan kita. Jika tidak, mungkin masyarakat akan dibiarkan terlantar begitu saja."
Guo Fen berbalik dan pergi dari kerumunan itu. Benaknya ingin mencabut poster Rong Mei, tapi ia khawatir orang-orang akan mencurigainya dan itu malah membuat masalah buat Rong Mei. Ia pun pergi ke Sungai Lan untuk memancing ikan besar sesuai permintaan kakaknya itu.
Pagi ini Rong Mei sudah tidak ada di pondok. Guo Fen sedikit berharap kakaknya itu berubah pikiran dan mengajaknya pergi. Ia sedikit merasa tidak berguna sudah mempelajari banyak teknik jurus namun malah diuji pada Sekte Macan Salju yang bahkan tidak ia kenal.
Beberapa kali Guo Fen sering turun gunung dan menyaksikan hiburan di sekitar Pasar Huang—sambil menyamar karena khawatir ada bandit yang mengenalinya—Sekte Macan Salju merupakan sebuah perguruan bela diri yang terlihat hebat. Tapi ia tidak tahu kalau Rong Mei ternyata punya kenalan di sana. Untuk sekarang, Guo Fen tidak bisa bertanya lebih dan hanya menuruti kata-kata Rong Mei. Masih tidak menduga apapun yang akan terjadi pada Rong Mei, Guo Fen menggenggam gagang pancingnya erat-erat sampai ia tiba di Sungai Lan sore harinya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro