I. Chapter 30 : Hei Lianhua
"Xiao Hua," panggil Yao Yupan ketika gadis itu sedang menatap lukisan hitam di ruang kamarnya. Bai Lianhua bangkit dari kursi dan menoleh ke ambang pintu tempat ibunya berdiri.
"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."
Itu pasti detektif Han Wu, gumam Bai Lianhua. Ia tidak mengatakan apa-apa dan berjalan melewati ibunya. Tapi ketika ia hendak melangkah, tangannya ditahan Yao Yupan.
Dengan tatapan khawatir, wanita itu berbisik pelan, "kau tidak terlibat masalah apapun, bukan? Orang itu sepertinya dari istana."
Mata Bai Lianhua menerobos ke teras di depan kediaman. Sosok pria bertubuh besar dengan pundak lebar dan rambut sedikit putih berdiri membelakangi.
"Tenang saja, bu. Aku sedang tidak membuat masalah."
"Kau kenal orang itu?"
"Ya. Aku yang mengundangnya ke sini."
"Untuk apa?" Yao Yupan semakin khawatir. "Aku tahu kau selama ini marah terhadap adik tirimu itu, tapi... kau harus dengar kata gurumu. Jangan hidup bersama dendam."
Bai Lianhua berterima kasih untuk kata-kata ibunya, tapi ia sedang bukan membahas itu sekarang. Dan pria itu datang juga bukan untuk itu.
"Aku tidak membahas Bai Naxing. Dia adalah detektif. Aku harus menemuinya dulu. Nanti kujelaskan padamu."
Pelan-pelan Yao Yupan pun melepaskan tangannya dan membiarkan Bai Lianhua menghampiri pria itu.
Di luar rumah, pria itu berbalik dan melihat Bai Lianhua dengan rambut panjang tidak diikat mengenakan jubah hitam dan pakaian sutra serba hitam. Hanya ikat pinggangnya yang berwarna putih. Matanya sedikit muram, tidak menunjukkan sedikit emosi.
"Detektif Han Wu? Atau aku harus memanggilmu dengan sebutan hormat?" tanya Bai Lianhua langsung. Di sebelahnya, ada seorang pria tua berkumis putih yang menggunakan topi dan punya tatapan hangat yang ramah senyum. Bai Lianhua bisa menduga kalau itu ahli lukisnya.
Han Wu menggeleng pelan. "Tidak perlu. Apa kau mau menunjukkan lukisannya sekarang?"
Bai Lianhua mengangguk. Dia mengajak pria itu masuk ke kamar menuju ruang lukisan ayahnya berada.
Satu minggu yang lalu, Bai Lianhua pulang dan ia tidak sengaja bertemu seorang detektif tua yang sedang membahas tentang kemunculan pembunuh yang akhir-akhir ini selalu membunuh para pejabat secara sepihak. Detektif itu adalah Han Wu. Selama mengobrol dengan teman-temannya—yang kelihatannya seperti pengawal detektif, mereka membicarakan tentang kemunculan pendekar—alias Bai Lianhua sendiri. Mereka banyak khawatir karena pernah melihat kekuatan Bai Lianhua saat dia hampir ditusuk tapi bisa dengan lihai menghindar. Kekuatannya seperti secepat kilat dan sulit dipahami.
Tapi Han Wu bilang kalau dia tidak menemukan kesalahan apapun padanya. Karena yang Bai Lianhua bunuh juga semuanya para pejabat yang memiliki reputasi buruk terhadap kekaisaran. Sejauh Bai Lianhua mendengar, Han Wu hanya bicara kalau dia tidak pernah menyalahkan para pendekar maupun kaisar Li Gongyi. Dia punya prinsip, kalau setiap kesalahan orang tidak bisa dihakimi langsung dengan sebuah hukuman. Bahkan, kebenaran tidak ada yang mutlak. Makanya itu dia menjadi detektif supaya bisa mencari tahu latar belakang dari semua orang yang melakukan kesalahan dan menunjukkan pada orang-orang. Masalah dihukum atau tidak, itu keputusan kaisar.
Intinya Han Wu bisa melihat kalau dunia seperti inilah yang berjalan di depan matanya.
Setelah menyaksikan Han Wu yang netral, Bai Lianhua pun mengajak pria itu bertemu untuk membahas soal permaisuri Bai Naxing.
"Kau siapa?" tanya Han Wu waktu itu.
"Bukan siapa-siapa. Aku hanya ingin meminta bantuanmu apakah kau bisa mencarikanku ahli lukis untuk mengartikan sebuah lukisan."
"Lukisan?"
"Kalau kau pernah mendengar Bai Junhui, pelukis yang sempat terkenal beberapa tahun lalu di kampung Shanyi, dia melukis sebuah lukisan hitam yang katanya isinya tentang masa lalu permaisuri."
"Lukisan Bai Junhui maksudmu?"
"Ya," jawab Lianhua.
"Dapat darimana kau?"
"Itu tidak penting. Intinya, apa kau tertarik membantu? Ini urusannya dengan permaisuri. Tidak ada salahnya untuk mengecek, bukan? Aku sendiri tidak mengkhawatirkan apapun, hanya saja pesan lukisan ini sangat sulit dibaca. Maka aku memberanikan diri untuk mohon padamu."
Han Wu diam. Ia sedang mendengarkan instingnya. Tapi karena Bai Lianhua tidak peduli apakah Han Wu tertarik dengan hal itu, dia pun berbalik ingin pergi. Hal itu membuat Han Wu tidak enak hati dan menyuruh Bai Lianhua untuk mengirimkan alamatnya. Bai Lianhua juga menyuruh Han Wu jangan mengatakan hal ini pada siapapun karena kebenarannya masih sangat transparan.
Han Wu pun menyetujui dan tibalah sekarang ia di depan lukisan hitam itu. Di sebelahnya, pria tua berkumis putih tadi mendekat. Keningnya mengerut samar, matanya membaca lekat-lekat gurat cat hitam yang sudah mengering di atas kertas kayu itu. Bai Lianhua menyaksikan dalam diam. Berusaha mengingat kata-kata ayahnya yang sempat tertuang di masa lalu.
"Kupikir aku bisa memberikan cat putih untuk Bai Naxing. Sayangnya, semesta tidak mengizinkanku dan malah menjatuhkan catnya." Samar-samar suara Bai Junhui memenuhi benak Bai Lianhua.
Tangan si ahli lukis menyentuh lukisan hitam. Dengan pelan dan hati-hati, kelima jarinya membentang dan meraba setiap gurat kering lukisan itu.
"Ini..." sang ahli lukis tercekat. Ia mundur selangkah, lalu menatap kedua orang di dalam ruangan itu bergantian.
"Kau bilang ini tentang Permaisuri Naxing?" tanyanya ragu.
"Ya," sahut Bai Lianhua dingin. "Kau bisa menemukan tulisan di sana?"
"Tulisan?" tanya Han Wu.
"Siapa yang melukisnya?" sang ahli lukis bergetar.
"Bai Junhui."
Mendengar nama itu, si ahli lukis menganga. Han Wu terdiam, berusaha menerka situasinya.
"Di dalam lukisan ini ada banyak sekali pesan-pesan. Tadi, ketika tanganku menyentuh tengah lukisan, ada sebuah kata besar yang artinya 'iblis'. Lalu di sampingnya ada tulisan kecil yang tidak bisa dibaca dengan cahaya. Tulisan itu ditimbun lagi dengan cat hitam seolah Bai Junhui tidak bisa mengguratkannya dengan warna lain. Yang aku tahu, Bai Junhui adalah satu-satunya pelukis berbakat yang mencampurkan cat-cat penuh warna dari bahan alami. Dia sempat terkenal beberapa tahun yang lalu—ketika masih muda. Tapi aku tidak tahu kalau dia membuat lukisan hitam dan segelap ini."
Han Wu membaca situasi. Dia menatap Bai Lianhua. "Nona, sebetulnya apa hubunganmu dengan Bai Junhui?"
"Tidak ada," kata Bai Lianhua terlalu cepat. Tenggorokannya sedikit pedas, tapi ia harus menyembunyikan kenyataan itu.
Si ahli lukis menatap khawatir. "Di sana juga ada nama Permaisuri, 'Bai Naxing'. Tunggu sebentar—" si ahli lukis memelotot ke arah Han Wu.
"Permaisuri bermarga Bai, sementara pelukis Junhui bermarga sama. Apakah mereka—"
Tidak ada yang tahu kalau Bai Naxing anak dari pelukis Bai Junhui. Semua orang terlalu tertutup dengan kecantikan Bai Naxing di atas kereta kuda setelah diperkenalkan oleh kaisar secara langsung.
Terlebih, Bai Naxing tidak pernah menyinggung ayah dan hanya menyebut Gao Renwei yang meninggal karena serangan jantung. Dan tidak pernah ada yang curiga karena kecantikan luar biasa itu menutupi semua kegelapan di dalam matanya. Bai Lianhua membiarkan Han Wu dan sang ahli lukis menyerap informasi dan mengambil keputusan sendiri. Ia tidak ingin membantu mereka menjelaskan dan menyambungkan hal yang mereka juga tidak pernah sadari.
"Tidak ada yang tahu," kata Han Wu. "Aku juga tidak berani menanyakan langsung pada kaisar. Apalagi sudah sepuluh tahun sejak pernikahan mereka. Untuk sementara, kita harus mengidentifikasikan ini diam-diam. Jangan sampai ada orang lain yang tahu. Terutama kau," sahut Han Wu ke arah si ahli lukis. Pria tua itu langsung mengangguk. Ia sedikit gemetar karena mendapati rahasia besar di depannya.
Ketika Han Wu memindahkan pandangannya ke arah Bai Lianhua, ia bisa merasakan ada sorot penuh tanda tanya di benak pria itu.
"Aku tahu kau hanya putri dari seorang wanita yang bekerja di toko kudapan, tapi—kau bertanggung jawab penuh atas penemuan lukisan ini. Dan juga, jangan mengatakan hal ini pada siapapun."
"Tenang saja, detektif. Aku mendengarmu di toko arak kalau kau orang yang netral. Aku juga sering dengar kalau kasus-kasus penjarahan dan perampokan di beberapa sudut pasar kau adili dengan seimbang. Kau menuturkan semua latar belakang tersangka secara rinci hingga mereka mendapatkan hukuman yang setimpal di depan hakim. Reputasimu sudah seadil itu. Aku tidak akan merusaknya. Karena aku juga butuh lukisan ini memberikan tindakan seadil-adilnya terhadap permaisuri."
Penjelasan Bai Lianhua membuat Han Wu mengerut. "Apa kau punya hubungan dengan permaisuri?"
"Tidak," jawab Bai Lianhua.
"Lalu kenapa kau ingin membongkar masa lalunya?"
"Itu karena aku melihat pesan kecil yang terselip di lukisan ini. Tadinya lukisan ini hampir kubakar. Ada seseorang yang meletakkannya di dekat hutan. Tapi ketika aku membaca isi pesannya, ternyata tentang permaisuri. Aku pun tidak punya alasan lain untuk tidak penasaran. Karena tidak bisa membaca lukisan, maka aku mencari seorang yang ahli." Sambil menceritakan skenarionya, Bai Lianhua juga menyerahkan surat palsu yang ia tulis sendiri. Han Wu menerimanya tanpa rasa curiga.
"Maaf, boleh kau sebutkan namamu lagi?"
Dengan senyum meyakinkan, Bai Lianhua menyebutkan, "Hei Lianhua." Yang berarti; Lotus Hitam.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro