Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

HUSBAND BROTHER (1)

Yang mau baca bab 8 sampai 2 ekstra part dari PENAWAR LUKA YANG MENGGODA bisa langsung ke KK aku ya, mumpung lagi ada diskon 50%. Kode vocer-nya MOYZ92.

Buruan klik link di kolom komentar atau di branda profil karena diskonnya terbatas guys.

This work belong to INACARRA jangan lupa tinggalkan jejak. Happy reading !!

🔥🔥🔥

Brak!

Pintu ruang rapat tertutup di belakang Lyla, waktu hampir tengah malam menyisakan mereka berdua setelah rapat tim selesai. Dirinya dan Andes, kakak iparnya.

Leher Lyla dirangkap sepasang tangan kokoh yang mencengkram lembut, membuatnya tidak bisa berpaling. Meski dalam kegelapan, ia dapat menangkap sorot tajam mata lelaki itu.

"Lepas-," pinta Lyla. Jari lentiknya meraih tangan Andes dan berusaha membuka kaitannya, "Jangan membuat hubungan ini makin rumit."

Andes menggeleng pelan, menunduk dan menempelkan dahi mereka. Rontaan Lyla membuat lelaki itu makin menghimpit tubuh keduanya ke balik pintu. Ia lalu menurunkan salah satu tangan untuk melingkari tubuh Lyla agar makin mendekat.

Himpitan itu membuat Lyla dapat merasakan kejantanan dan gairah Andes yang membara. Mengintai dirinya dengan cara primitif yang terlarang karena hubungan ipar diantara mereka.

Andes memiringkan kepala dan akhirnya mencium Lyla, menyapu bibirnya yang tersentak tapi tidak menolak. Sisa-sisa aroma tembakau yang bercampur sekoteng kayu manis tercecap di lidah Lyla.

Ciuman itu kuat dan cepat, memaksa Lyla ikut menyambut. Lidah Andes makin menyerbu di dalam mulut lembut dan manisnya. Tidak tinggal diam, kini tangan lain lelaki itu bergerilya turun ke balik tengkuk Lyla.

Ibu jari Andes menyusuri dagu Lyla, meraba dan menelusuri garis bibirnya dengan lembut sebelum akhirnya kembali memagut lidahnya dalam ciuman yang dalam. Tanpa permisi, lidah Andes makin menari, membelai dan meruntuhkan semua pertahanan Lyla.

Ia pun akhirnya luruh, membiarkan lidahnya dihujam kecupan diselingi hisapan lembut yang membuai. Lyla tidak pernah dicium seperti ini oleh Dico. Suaminya selalu bermain cepat, bersih dan kilat. Percintaan mereka hanya bagian prosedur pernikahan untuk memberinya puncak kenikmatan, seorang diri.

"Bibirmu enak," bisik Andes di lehernya. Sambil menegakkan tubuhnya yang menjulang, Andes menggapai pinggang Lyla dan menggendongnya menuju ke meja kayu minimalis di tengah ruangan. Desakan kejantanan Andes makin terasa saat lelaki itu merebahkan tubuhnya diatas kertas laporan keuangan untuk proyek kantor mereka.

Tanpa melepaskan ciuman mereka, Andes dengan ahli menarik keluar ujung kemeja Lyla dan makin menyibak rok pensil miliknya ke pangkal paha. Jarinya menyusup ke balik kemeja untuk meremas sepasang payudara Lyla yang kini membusung.

Milik Lyla terasa menghangat dan berkedut tidak karuan, itu menandakan Andes berhasil menyalakan tombol gairah miliknya yang hampir mati rasa karena Dico. Cubitan pada salah satu puncak payudara nya membuat Lyla menaikkan tubuhnya makin mendekat pada Andes.

Tangan Andes merangkum payudaranya posesif diiringi remasan lembut yang membuat erangan dan nafas tercekat dari mulut Lyla lolos tidak tertahan. Sedetik berlalu, Andes berhasil membuang t-shirt yang melekat pada tubuh six pax nya.

Lelaki itu menunduk dan menggigit kasar salah satu payudaranya dari balik kemeja. Push-up bra Lyla tidak bisa melindungi dirinya dari serangan listrik akibat perlakukan kakak iparnya itu.

Sepasang tangan Lyla kini mendarat di kedalaman rambut gelombang milik Andes. Menjenggut kasar karena hentakan gairah yang didaratkan pada permainan lidah dan jari lelaki itu pada sepasang payudaranya.

Lyla meracaukan erangan tertahan yang lolos begitu saja dari mulut mungilnya. Makin Lyla menahan nafas panjang, makin Andes tertantang untuk menyiksanya mati-matian. Kini giliran telunjuk dan jari tengahnya bergerilya pada sisi lingerie Lyla yang lembab.

"Kamu sengaja mengenakan lingerie untuk menggodaku, Lyla." Andes mendesis sebelum mengulum puncak payudara Lyla bulat-bulat, menyedot dan menggigit nya kecil dengan sensual. Sepasang mereka saling beradu tepat saat serdadu jari Andes berada menepikan garis lingerie dan mengunjungi pusat kewanitaan Lyla.

"Tidak, hentikan!" Lyla mendorong dada Andes sekuat tenaga, lelaki 170 centi berdarah Bali Italia itu hanya bergeser sejengkal. Andes mengangkat tangan dan meminta penjelasan.

"Kita tidak bisa melakukan itu, Andes."

"Kenapa?"

"Adikmu adalah suamiku," ujar Lyla tidak sabar seraya merapikan kemeja. Payudaranya terayun kasar karena Lyla tidak sempat mengaitkan kembali kancing bra miliknya. Sudah kadung malu, ia harus segera angkat kaki dari hadapan Andes.

Andes mendekati tempat Lyla berdiri dengan kancing jeans setengah terbuka, menonjolkan senjatanya yang masih siaga berdiri. Hanya butuh satu tarikan untuk membebaskan jagoan lelaki itu. Lyla membasahi bibirnya yang lembab, berusaha menghapus sisa-sisa aroma Andes disana.

Andes tertawa kecil, "Kita pernah melakukannya dulu. Apa bedanya?"

"Kamu janji tidak akan membahasnya lagi," sengit Lyla seraya melotot dan merapikan rok pensilnya yang membungkus pantat sintalnya. Ia bergerak ke ujung meja, menutup laptop dan meraih kertas-kertas laporan dan memasukkannya sembarangan ke dalam hand bag Marc Jacobs maroon kesayangannya.

"Ayolah, Lyla. Give us a minute," ujar Andes lembut. "Mungkin setelah melemaskan otot bersama, kamu akan lebih santai dan tidak terlalu tegang. Apalagi setelah berkutat dengan anggaran untuk minggu depan."

Mendengar perkataan santai kayak iparnya, dahi Lyla otomatis mengerut. "Kamu pikir aku terlalu kaku? Jadi, semua ini hanya soal anggaran?"

Andes berhasil menjangkau pinggang Lyla dan menariknya dalam dekapan. Ujung hidung lancip sempurnanya pun cekatan menerjang ceruk leher, membaui sisa-sisa parfum yang bercampur dengan keringat tanggung akibat foreplay mereka.

Ciuman-ciuman kecil kembali menerjang leher jenjangnya dan tangan Andes cekatan menangkup payudaranya, sebelum akhirnya memberi pijatan lembut. Lyla kembali terlena dengan kemampuan kakak iparnya bergerilya.

"Ayolah, aku tahu Dico sudah lama tidak menyentuhmu. Biarkan aku yang melayanimu," ujar Andes merayu dengan mulut manisnya.

Lyla meronta, blouse putih gading sutra yang belum sempurna di kancingnya harus berhadapan lagi dengan dada bidang bercampur keringat Andes. Rahangnya diraih lembut sebelum akhirnya dilumat kembali.

Ponsel Lyla menyala dari balik tas tangannya yang sejengkal, ia seolah kembali dipanggil ke bumi.

"Biarkan, Lyla." Andes berkata di balik ciumannya yang mengganas.

Namun, ponselnya tidak berhenti berdering. Hanya panggilan darurat yang menghubunginya tengah malam begini. Dico.

Sekuat tenaga Lyla menjauhkan diri dari Andes dan meraih ponselnya yang meraung. Menekan tombol jawab, tebakannya tepat. Panggilan rumah sakit.

Lyla menjepit ponsel antara bahu dan telinganya, ia tidak menggubris lagi rayuan kakak iparnya yang berusaha mendekap nya kembali. Perawat di seberang mengabarkan bahwa suaminya kembali kritis dan membutuhkan transfusi darah, pihak keluarga diminta untuk segera datang.

Wajah pucat Lyla dan berita rumah sakit membuat Andes mengurungkan niat melanjutkan aktivitasnya. Lelaki itu mengenakan kaosnya sembari membetulkan jeans hitam membalut jagoannya yang gagal mendapat mangsa.

Andes membantu membuka pintu ruang rapat, Lyla mengucap terima kasih seraya mempercepat langkah. Keduanya lalu berpapasan dengan security yang berjaga tepat di depan pintu kantor.

Lyla mengambil kunci mobil yang lalu diraih kakak iparnya seraya membukakan pintu penumpang, "Aku yang setir."

Kepala Lyla menggeleng dan melihat ke arah lain, "Berangkat masing-masing. Ibu akan curiga jika kita datang bersama." Tangannya kembali merebut kunci dari tangan Andes.

Dengan tergesa Lyla meletakkan barang-barang di kursi penumpang, ia tidak berani menatap balik sepasang mata hitam milik Andes yang kini mengekor langkahnya ke sisi pintu pengemudi.

"Hati-hati, Sayang." Andes meraih kepala Lyla sebelum mengecupnya lembut.

Lyla terdiam tanpa membalas, ia hanya ingin segera menjauh dari pesona kakak iparnya. Ia sudah tidak peduli dengan tanggapan bawahannya yang pasti bergosip besok pagi, berhasil menangkap basah istri bos dan kakak iparnya tergesa keluar dari ruang rapat pada tengah malam.***

🖤🖤🖤

Hai, Hai, gimana dengan bab awal cerita ini? apa udah bikin kalian kepo? Kita ketemu lagi besok ya.

Buat kamu yang hobi baca cepat, marathon, silakan ke Karyakarsa thewwg.

Hanya dengan Rp. 60.000 sudah dapat 4 cerita sampai tamat plus dua extra part. Gimana? Murah meriah kan? Yuk klik link-nya.

https://karyakarsa.com/Thewwg/kloter-1-iam-ina-carra

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro