Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2

catatan:

koko wa doko desuka: ini dimana

yume: mimpi

oiran: wanita penghibur di Zaman Edo dengan standar lebih glamor dibanding Geisha. Jika Geisha adalah seniman, Oiran adalah prostitusi. Namun, para Oiran memiliki kemampuan di bidang seni yang sama tingginya dengan Geisha untuk menghibur pelanggan.

contoh foto Oiran. Sumber: https://www.popular-world.com/wp-content/uploads/2017/11/oiran-6.jpg

Di sebuah ruang serba putih, Fany melihat seorang wanita dengan mahkota bunga di kepalanya sedang bersenandung. Wanita itu mengenakan kimono putih tanpa motif. Kimono yang membuat Fany menaikkan sebelah alisnya. Sejak kapan warna kimono jadi sepolos itu?

"Ano... sumimasen, koko wa doko desuka?" ujar Fany setelah memutuskan untuk mendekati wanita itu.

Namun, bukan jawaban yang ia dapat, melainkan sebuah kejutan. Ketika wanita itu menengok ke arahnya, wajahnya sama dengan Fany. Kini mereka bagaikan pinang dibelah dua. Fany hanya bisa tergagap dengan mata bulatnya yang masih berkedip berkali-kali.

"Koko wa yume desu. Aku Ryoko, Takizawa Ryoko. Senang bertemu denganmu, diriku di masa depan."

Fany semakin tergagap. Ryoko? Wanita dalam mimpinya itu? Jadi ia reinkarnasi wanita ini?

"Aku tidak menyangka akan terhubung denganmu. Atau mungkin dia sudah menemukanmu?"

Dia? Siapa yang wanita ini maksud?

Ryoko mengajaknya duduk di sebuah kursi panjang yang juga berwarna putih. Karena penasaran, ia menurut saja dengan ajakan itu.

"Tuan Sato pasti telah menemukanmu."

Tunggu, Tuan Sato? Maksudnya Sato Shori yang seharian ini mengekor padanya seperti anak ayam?

"Jangan melotot begitu, kau menakutkan. Ternyata benar kata Tuan Sato dulu jika aku sangat menakutkan saat melotot," ujarnya diakhiri dengan tawa.

"Aaa... gomennasai."

"Tidak perlu meminta maaf, Nona. Aku tidak akan lama di sini, hanya ingin menceritakan sedikit tentangku, kehidupanmu dulu."

Fany mulai membenarkan letak duduknya. Sesekali menghela napas guna menenangkan degup jantungnya yang mulai menggila.

"Aku ini anak seorang pedagang yang bangkrut dan terpaksa bekerja menjadi oiran dan Tuan Sato-lah penyelamatku. Ia membeliku dan menjadikan aku istrinya. Sungguh aku bahagia. Aku yang tadinya seorang oiran diangkat menjadi istri pejabat. Oiran, wanita cantik dan berbakat, tetapi juga dianggap hina oleh masyarakat kemudian naik pangkat menjadi istri panglima. Itu sungguh kemuliaan dari Sang Dewa. Maka sebagai balasannya, aku mencintai Tuan Sato dengan sepenuh hati. Memberikan seluruh hidupku untuk mengabdi padanya hingga saat itu tiba. Ketika bulan merah datang dan Tuan Sato menunjukkan dirinya padaku."

Fany menahan napas. Jantungnya semakin menggila.

"Dia ternyata seekor rubah ekor sembilan. Kisah yang kukira hanya dongeng itu ternyata benar-benar ada. Awalnya aku terkejut hingga pingsan, takut jika ternyata itu akhir hidupku. Tapi Tuan Sato malah merawatku, meminta maaf karena ia tidak jujur dari awal. Sungguh Tuan Sato sangat baik, terlalu baik untuk wanita sepertiku dan aku jatuh cinta semakin dalam padanya."

"Jadi laki-laki dengan wajah penuh bulu di mimpiku itu Shori? Lalu bagaimana bisa aku melihatmu dengan mulut penuh darah seperti itu?" Fany mulai bertanya akan mimpinya.

Kini Ryoko yang gantian menghela napas. Tangannya menyampirkan sehelai rambut ke belakang telinganya. "Seseorang tahu rahasia Tuan Sato, apalagi suamiku itu orang kepercayaan Kaisar. Maka jika ingin menjatuhkan Kaisar, orang itu harus menjatuhkan Tuan Sato lebih dulu. Saat perjamuan istana tiba, aku melihatnya membubuhkan sesuatu di minuman kesukaan suamiku. Aku hendak menghentikannya, tetapi ia segera pergi menuju ruang perjamuan. Di sana aku tidak berani mengatakan apa pun, aku hanya meminta Tuan Sato untuk menukar minumannya denganku. Dan kejadian itu terjadi, aku menyelamatkannya sekaligus meninggalkan luka terdalam untuknya."

Fany meringis, memegang dadanya yang terasa seperti tertusuk ribuan jarum. Sungguhkah seperti itu dirinya di masa lalu? Mencintai suaminya sampai berani mengorbankan nyawanya sendiri? Ia jadi ingat bagaimana Shori meraung pilu dalam mimpinya setelah ditinggal Ryoko. Sebegitu dalam kah luka yang ia torehkan? Bahkan sampai Shori mau melewatkan waktu berabad-abad hanya demi menunggu dirinya. Rindu setahun saja menyakitkan apalagi harus memendamnya berabad-abad.

Tanpa sadar air mata sudah membanjiri pipi Fany. Perasaan bersalah itu dengan tiba-tiba membuncah dengan rasa rindu yang terasa sangat lama ia pendam.

Ryoko mengangkat wajah Fany agar menghadapnya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas kemudian mengusap pipi Fany yang basah. "Kini kau sudah datang ke dunia ini. Penantian Tuan Sato sudah selesai. Tolong jaga dia. Rawat dia sepenuh hatimu. Perbaiki luka hatinya karena aku meninggalkannya dulu. Aku titip dia padamu."

Ryoko dan seluruh ruangan serba putih itu tiba-tiba memudar. Fany yang hendak mengatakan sesuatu merasakan suaranya tercekat, tertahan di tenggorokan. Bahkan napasnya mulai terasa pendek-pendek. Pandangannya mengabur dan semuanya berubah menjadi gelap.

Ketika membuka mata, Fany melihat ruangan serba putih, tetapi putih karena cat tembok dan lampu yang terang benderang. Dahinya mengernyit saat mencium bau karbol khas rumah sakit. Diedarkannya pandangan hingga melihat seorang lelaki tengah tertidur di samping ranjangnya. Dibelainya rambut itu hingga si pemilik terbangun.

"Sato-san...."

"Ryo-eh Fany, kau sudah bangun?"

"Sato-san, boleh kupanggil Shori?"

Shori terdiam, pipinya mendadak bersemu. Namun, tidak lama kemudian ia menangguk.

"Shori, maaf selama ini aku meninggalkanmu begitu lama. Maaf telah membuatmu menunggu ratusan tahun dan maaf telah meninggalkan luka begitu dalam. Terimakasih telah mau menunggu. Kini penantianmu berakhir."

Mata keduanya berkaca-kaca. Shori mendekatkan wajahnya untuk mencium kepala Fany yang diperban. Keduanya menangis dalam keharuan. Pertemuan ratusan tahun yang diharapkan telah tiba.

"Tidak, kau tidak salah. Berdiri bersamaku memang penuh bahaya. Aku yang seharusnya minta maaf telah membuatmu meminum racun hanya untuk melindungiku. Hontou ni gomennasai, Fany-chan. Kali ini aku akan menjagamu dengan benar. Jadi, tetaplah bersamaku. Di sisiku."

Fany mengangguk pelan lalu Shori mendekatkan wajahnya. Memangkas jarak di antara mereka, saling menumpahkan rasa yang telah terpendam berabad-abad. Mengutarakan janji masing-masing dalam hati. Untuk terus bersama, saling menjaga, dan mencintai hingga maut memisahkan.

draft kasar: 30 April 2019

diketik ulang: 4 Juni 2019

cerpen ini diikutsertakan dalam lomba bersama  penuliskece2019

Terima kasih telah membaca cerita ini ^_^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro