Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 04 - Pacar

💞💞💞
Saat cinta bertemu kata saling, hati mana yang tak berbahagia. Saat permintaan terjawab kata terima, hati mana yang tak berbunga-bunga.
Saat itulah, ia melupakan segala hal. Dunia seakan hanya milik berdua.

💌💌💌

Semakin bertambah waktu kebersamaan dengan Bagas. Cahaya pun merasa bertambah pula kekagumannya kepada sosok laki-laki tampan itu. Setiap hari ada saja tingkah laku Bagas yang membuat hati Cahaya terketuk kekaguman, baik itu dari segi perhatian, juga dari segi pengertian Bagas atas kesibukannya.

Di sela-sela penyelidikan PAKET KOMPLIT pun, Cahaya belum menemukan salah satu dari tujuh ciri-ciri itu ada pada bagas.

Kini, rasa simpati itu semakin membuncah, membuat cinta dalam hati Cahaya untuk Bagas seakan terus bersemi dengan subur. Apalagi saat mendengar suara merdu laki-laki yang menjadi imam salatnya tadi. Hati Cahaya benar-benar terenyuh, berasa meleleh ingin segera dihalalin agar jadi imamnya seumur hidup.

Bagas dan Cahaya tadi sampai di masjid saat para jemaah salat Magrib telah bubar. Jadilah keduanya akhirnya salat berjemaah sendiri karena suasana masjid memang agak sepi. Hanya sedikit orang yang berlalu lalang, ada yang baru datang dan juga satu per satu keluar masjid.

"Makasih ya, Gas. Udah mau jadi imam salatku kali ini. Suara kamu merdu banget lo, jadi adem," ucap Cahaya sesekali menatap laki-laki yang duduk di sampingnya dengan bibir yang tak henti mengukir senyum.

Keduanya kini sesekali sempat bersilih pandang dengan tangan yang sibuk memasang sepatu masing-masing.

Wajah Bagas yang berseri bekas air wudu, terlihat berkali-kali lipat tingkat ketampanannya menurut Cahaya. Apalagi ditambah senyum Bagas yang terhias di bibirnya, berhasil membuat wanita itu terpesona dan candu untuk terus melihat ke arahnya.

"Makasih juga, sudah mau jadi makmumku," ucap Bagas dengan senyum merekah menatap Cahaya, hingga tatapan keduanya bertemu sesaat menyelami samudera kebahagiaan dari masing-masing hati yang berbunga-bunga.

"Kita ke taman itu dulu itu, yuk!" ajak Bagas saat netranya melihat sebuah taman di seberang masjid. Cahaya pun mengangguk setuju.

Suasana taman cukup ramai. Banyak anak kecil yang bermain-main di sana bersama orang tuanya juga. Adapula laki-laki dan perempuan yang lebih menikmati keindahan taman dengan berjalan bergandengan tangan menyisiri jalan dengan santai dan wajah ceria.

"Kamu tahu nggak, Ay. Bersamamu membuatku selalu bahagia. Sesaat saja kita tak bersama, hati ini langsung rindu dan gelisah ingin kembali bertemu. Saat kita berdekatan seperti ini, jantungku berdegup kencang, Ay. Hatiku berdebar tak karuan. Apakah kamu merasakan hal yang sama?" tanya Bagas menghentikan langkah, membuat langkah Cahaya pun ikut terhenti.

Cahaya yang mendengar pernyataan  cukup panjang dari lisan Bagas, tak mampu memberhentikan laju debaran hatinya yang semakin kencang. Jangan lupakan pipinya yang kini merona akibat tersipu malu. Apalagi ketika menangkap sorotan mata Bagas begitu ia ikut berhenti melangkah, membuatnya langsung menundukkan kepala.

Tanpa kata untuk menjawab akibat kelunya lidah untuk berucap, Cahaya hanya memberikan isyarat anggukan kepala sebagai jawaban. Bagas pun semakin merekahkan senyum. Kedua tangannya meraih tangan Cahaya dan menggenggamnya lembut.

"Cahaya, Aku cinta sama kamu, Will you be my lover?" tanya Bagas seraya netranya menyorot wajah cantik Cahaya tak berkedip. Tangannya semakin erat menggenggam tangan Cahaya yang mulai terasa dingin.

Cahaya yang terkejut akan ungkapan dan pertanyaan Bagas, sontak membalas tatapan laki-laki itu. Tubuhnya mendadak beku, tangannya mulai merasakan panas dingin yang seakan menyatu. Bibirnya kelu untuk mengeluarkan kata, tetapi hatinya menghangat akibat kebahagiaan yang membuncah.

Akhirnya, meski kalimat yang keluar dari lisan Bagas bukanlah kalimat penuh makna yang ia harap selama ini. Namun, setidaknya kalimat itu mempunyai arti, jika cintanya tak bertepuk sebelah tangan lagi.

"Cahaya?" tanya Bagas lagi, karena Cahaya masih terpaku menatapnya, tak kunjung menjawab.

"Gas, sebenarnya di usiaku yang tak remaja lagi, aku tak mau pacaran, Tapi aku maunya langsung menjalin hubungan serius." Cahaya memberanikan diri untuk mengutarakan harapannya.

"Itu masalah gampang, Ay. Bukankah kita bertemu juga belum genap sebulan. Jadi kita nikmatin dulu masa-masa bersama kita untuk saling mengenal ya. Aku janji kok, tak akan lama membuatmu menunggu, aku pasti akan segera melamarmu."

"Kamu tak lagi bercanda kan, Gas?" tanya Cahaya untuk memastikan agar ia tak jatuh saat hatinya sudah merasa melambung begitu tinggi.

"Apakah wajahku terlihat bercanda, Ay?"

Gadis di hadapannya tampak menelisik sebentar, tak hanya ingin memastikan keseriusan Bagas lewat raut wajahnya. Namun, Cahaya memang selalu kecanduan melihat ketampanan laki-laki ini sejak dulu.

"Oke, Gas. Aku mau jadi pacar kamu, tapi dengan syarat," ucap Cahaya dengan tegas dan cepat ditengah kegusaran hati yang terhias di antara kebahagiaan yang ada.

"Syarat?" tanya bagas mengulang sebuah kata yang diungkapkan sang gadis.

"Iya, syaratnya hanya satu bulan kita pacaran untuk saling mengenal. Setelah itu, kamu harus mengambil keputusan. Lamar aku jika kamu merasa cocok atau sebaliknya."

Bagas yang sempat sedikit terkejut dengan ketegasan Cahaya akhirnya menghela napas cukup panjang. "Apakah kamu meragukan cintaku, Ay?" tanya Bagas seraya meraih kedua tangan Cahaya.

Gadis berkerudung pasmina itu langsung menggelengkan kepala. "Enggak, Gas. Sama sekali aku tak meragukan cinta kamu. Aku hanya ingin kita segera hidup bahagia bersama. Kamu ngerti, kan?"

Bagas pun mengukir senyum lalu menganggukkan kepala. "Iya, Ay. Aku paham. Dan Aku terima syarat dari kamu. Jadi, mulai sekarang kita pacaran, kan?"

Tanpa ragu, Cahaya pun akhirnya menganggukkan kepala. Keseriusan Bagas bisa ia baca dari sorotan mata laki-laki yang kini tajam menatapnya.

Saat cinta bertemu kata saling, hati mana yang tak berbahagia. Saat permintaan terjawab kata terima, hati mana yang tak berbunga-bunga. Begitulah yang dirasakan Bagas dan Cahaya saat ini. Bibir keduanya terus tersimpul senyum, sebagai ekspresi hati yang berbunga-bunga akibat sangat berbahagia.

"Thank's, Ay. Aku janji, akan segera melamarmu. Di mana dan Siapa keluargamu yang harus aku kunjungi nanti?"

Cahaya langsung tertunduk, hatinya terbesit kepiluan saat mengingat tak ada satu pun keluarga yang berhak diminta untuk menjadi walinya.

"Sekarang, aku hanya hidup sebatang kara tanpa satu pun keluarga, Gas. Ayah dan ibuku sama-sama anak tunggal. Kakek dan nenekku semuanya telah meninggal. Saudara kakek dan nenek aku tak tahu bagaimana kabar mereka dan saat ini tinggal di mana." Bagas langsung menarik tubuh Cahaya ke pelukannya, tak tega melihat wanitanya bersedih.

"Sabar ya, Ay. Aku janji akan selalu ada untukmu. Secepatnya kita akan segera menikah." Cahaya pun mengangguk, sangat bahagia karena akhirnya pelayaran hatinya menemukan dermaga yang tepat.

__***__

Jam di pergelangan Cahaya baru menunjukkan pukul satu siang. Tampak kaki jenjangnya melangkah sedikit cepat keluar ruangan. Tas sudah bertengger cantik di bahu dan tangannya kini membawa beberapa berkas.

"Mel, tolong gantiin aku meeting lagi ya hari ini," ucapnya dengan nada terburu-buru di depan meja sekretarisnya.

Melly yang sempat terkejut dengan kedatangan Cahaya yang tiba-tiba, menatap wanita di hadapannya dengan dahi berkerut. "Ada apa lagi, Ay? Urusan mendadak lagi?" Cahaya memperlihatkan gigi putihnya, nyengir karena Melly sudah bisa menebak gelagatnya.

Melly mengembuskan napas cukup dalam lalu berdiri. "Ay, kenapa akhir-akhir ini kamu sering keluar di saat jam kerja? Ini bukan kamu banget lo, Ay. Seakan mengabaikan tanggung jawab," protes Melly akhirnya nekad mengeluarkan uneg-unegnya yang beberapa hari ini berusaha ia tahan.

"Astaga, Mel. Kalau kamu emang nggak mau bantuin aku. Oke. Tapi, nggak usah ceramahin aku!" Bukannya sadar atas kesalahannya. Cahaya malah merasa tersinggung dan tanpa segan ia membentak Melly.

Melly yang syok dengan tanggapan Cahaya, hanya bisa menghela napas. Detik kemudian, dia langsung mengejar langkah sang bos dan berusaha ikhlas untuk mengalah. "Oke oke, Sorry. Biar aku yang gantiin meeting hari ini."

"Beneran?" tanya Cahaya yang langsung merekahkan senyum.
"Iya," jawab Melly ikut mengukir senyum di bibirnya.

"Hm, Thanks very very much, Mel. Kamu memang sahabat terbaikku. Maaf ya tadi sempat bentak dikit, hehehe."

Bibir Melly menampakkan senyum meski terpaksa. Ia pun menganggukkan kepala, meski sebenarnya dalam hatinya kesal atas sikap Cahaya yang benar-benar berubah semenjak kenal dan dekat dengan laki-laki bernama Bagas itu.

"Bisa-bisanya, sih. Tuh cowok ngajak keluar Cahaya selalu di jam kerja? Emang dia nggak kerja?" gerutu Melly saat melangkah kembali ke ruangan begitu Cahaya keluar meninggalkannya.

.
.
.
.
.
.
Bersambung

Gimana dengan cerita ini?
Komentarin yuk 😁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro