Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part-02 CLBK

💞💞💞

Hati-hati dengan hati, jangan berlebihan dalam mencintai, agar tak terlalu sakit saat patah hati, apalagi sampai ingin bunuh diri.”

💌💌💌

Lekungan senyum tak selalu untuk dipersembahkan untuk orang lain sebagai ungkapan sapaan ramah meski tanpa kata. Karena adakalanya, seseorang mempersembahkan senyum itu hanya untuk dirinya sendiri, sebab hatinya dilanda api asmara.

Sebuah fakta kadang juga terkuak bahwa membangun cinta yang telah lama layu itu sangatlah mudah. Cukup disiram dengan sebuah pertemuan yang bermakna, maka cinta itu akan kembali merekah.

Cinta lama bersemi kembali. Ya, sepertinya ungkapan ini sangat cocok untuk sosok gadis berusia 28 tahun bernama Cahaya. Semenjak pertemuan dengan Bagas, bibirnya seakan tak lelah mengukir senyum. Hatinya sedang berbunga-bunga ditengah debaran yang berefek rona pada pipi, saat mengingat kata manis yang Bagas lontarkan sebelum Cahaya pergi tadi. ‘My Dream Girl’ itulah panggilan terakhir yang terlontar dari lisan laki-laki berjambang itu saat Cahaya akan bangkit dari tempat duduknya.

“Ehm, Bu bos nggak lagi kesambet, kan?” ucap Melly sembari mengibas-ibas tangannya di depan wajah Cahaya yang sejak tadi tersenyum sendiri dengan tatapan kosong ke depan.

Aish ... apaan, sih kamu, Mel. Ya nggak, lah.” Cahaya sempat terkesiap dan salah tingkah, tetapi dengan cepat ia menormalkan gerak-geriknya agar terlihat biasa saja.

“Ada apa, Mel?” tanya Cahaya yang melihat Melly yang kini senyum-senyum meledek penuh kecurigaan.

“Hehehe mau ngebahas lanjut jadi takut, nih. Karena ini masih jam kerja. Ini ada laporan yang harus ibu tanda tanganin,” gerutu Melly sembari menyodorkan map. Gadis yang berpostur lebih tinggi dari Cahaya itu menahan rasa penasarannya dengan tetap bisa bersikap profesional terhadap atasannya.

Melly dan Cahaya memang bersahabat semenjak di bangku kuliah. Cahaya sangat percaya dengan Melly, sehingga ia jadikan Melly sebagai sekretaris pribadi di perusahaannya.

Setelah menanda tangani berkas itu, Melly tak lantas meninggalkan ruangan. Kepala Cahaya mendongak lalu bertanya, “Ada lagi?”

“Iya, ada.”

“Apa?”

“Kamu harus cerita nanti jam istirahat, kalau kamu nggak mau aku anggap udah setengah,” ucap Melly sembari membuat pola garis miring di jidatnya dengan jari telunjuknya.

“Astaga, kamu kali yang setengah!” pekik Cahaya kesal, membuat Melly sedikit terbahak dan langsung beranjak keluar ruangan.

Waktu jam makan siang telah tiba. Tampak Cahaya dan Melly duduk berhadapan di kafe sebelah kantor untuk makan siang. “By the Way, kamu tadi meeting sama siapa? Kok bisa dateng-dateng senyum-senyum kayak orang lagi jatuh cinta gitu?” tanya Melly setelah menyesap creamy latte pesanannya.

“Emang orang senyum itu udah pasti jatuh cinta? Bukannya senyum itu malah termasuk ibadah ya?”

“Eiiiiittts. No, no, no. Senyum kamu tadi aneh, nggak bisalah disebut sebagai ibadah. Bukannya senyum kamu tadi kayak orang kesurupan. Senyum-senyum sendiri kayak orang setengah,” sanggah Melly yang langsung dengan lantang menyalahkan argumen sang sahabat.

“Menurut kamu. Bisa nggak, sih? Cinta yang udah sekian lama terkubur dan hampir terlupakan, bisa bersemi kembali?”

“Tuh, kan? Cwiwiiiit. Sahabatku akhirnya jatuh cinta!” pekik Melly dengan yakin dan antusias bersorak.
Untung saja kafe ini full musik, jadi suara keras yang masih wajar tak akan mengundang perhatian para pengunjung.

“Eh ... kok kamu malah nyimpulin aku jatuh cinta? Pertanyaanku apa, jawabnya apa. nggak nyambung kali, Mel,” ujar Cahaya kesal karena Melly dengan cepat menyimpulkan sesuatu yang memang benar adanya.

“Hahaha, lucu kamu, nih. Jatuh cinta bawaannya kayak PMS ya?”
Cahaya semakin memberenggut kesal.

“Sudahlah, Ay. Ngaku aja. Aku kenal kamu nggak hanya setahun dua tahun lo. Jadi aku tahu banget gimana perubahan sikap kamu yang tak pernah seperti ini sebelumnya. Aku juga sangat tahu, gejala-gejala jatuh cinta itu kayak apa. Secara kan, aku ini emaknya makcomblang dan ratu bucin.”

Cahaya menghela napas pasrah, akhirnya ia tak bisa lolos kali ini menyembunyikan sebuah rasa yang mendera hatinya dari sang sahabat  Secara, Melly adalah sahabat yang sangat banyak pengalaman persoalan asmara akibat ia menjadi blogger-nya Ratu Bucin. Blog yang Melly buat untuk konsultasi segala macam persoalan cinta. Tak sedikit pula orang yang konsultasi ke dia, memintanya untuk mencarikan pasangan. 

“Enggak usah khawatir, Ay. Khusus Bu Bos kalau mau konsul, gratis kok,” ucap Melly kembali meledek.

Cahaya hanya bisa tepuk jidat dan tak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum. Sahabatnya yang satu ini memang selalu ada untuknya, selalu perhatian dan pengertian.

Selang beberapa menit, setelah menuntaskan makanan yang dipesan. Cahaya pun akhirnya menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Bagas dan siapa sebenarnya sosok Bagas di masa lalu.

“Fix,  kamu CLBK, Ay. Aku hanya bisa kasih pesan buat kamu. Kamu harus tetap hati-hati, ya, Ay. Apalagi dia dulunya play boy, aku nggak mau kamu sampai tersakiti. Memang, sih. Setiap orang itu punya peluang untuk berubah, tetapi kan kita sebagai wanita hanya bisa mawas diri. Hati-hati dengan hati, jangan berlebihan dalam mencintai, agar tak terlalu sakit saat patah hati, apalagi sampai ingin bunuh diri.”

“Astaga, Mel. Amit-amit, deh. Moga aku nggak sampai kayak gitu. Tapi mantep, sih. Kata-kata lo makjleb dan terkadang ada dalam realita.”

“Iyalah. Kamu tahu nggak? Ini kalimat aku ngerangkainya nggak sembarangan lo. Ngerangkainya itu butuh waktu tujuh hari tujuh malam.”

“Hahaha lebayyyyyy!”

“Ish ... dibilangin juga,” ujar Melly kesal. Karena perjuangannya dalam merangkai kalimat itu tak dipercayai sang sahabat.

“Hehehe oke oke. Aku percaya, thank’s buat nasihatnya.”

Melly menganggukkan kepala sembari tersenyum menang. 

“Tapi ... sebenarnya aku takut lo, Mel.” Terlihat gurat kegelisahan dari wajah Cahaya saat ini yang menatap Melly.

“Takut kenapa?” tanya Melli sembari meletakkan cangkir yang baru saja usai disesapnya.

“Aku takut hanya ke-ge er-an. Secara ... aku kan belum tau dia udah punya istri atau pacar.”

“Ha? Emang kamu nggak nanya tadi?”

“Ya enggaklah, malu tau.”

“Em, iya juga, sih. Makanya, Ay. Belum apa-apa ini kamu kayak udah kelepek-kelepek sama dia. Bahaya tahu, entar yang ada kamu malah patah hati diujung cinta.”

“Hemm ... terus gimana, dong?” tanya Cahaya menatap Melly dengan serius. Karena baru kali ini ia merasakan sensasi cinta yang menggelisahkan hati.

Selama ini, ia seakan tak mengenal kata cinta untuk laki-laki. Asmara, sengaja ia jauhi dan fokus terus untuk merintis usahanya hingga sukses. Benar saja, setelah hampir sepuluh tahun, usaha yang ia rintis semenjak awal kuliah bersama Melly. Berbekal kecerdasan Cahaya dalam menciptakan sebuah produk dan kegigihan kerjasama antara keduanya dalam promosi, ternyata benar-benar membuahkan hasil, hingga sekarang menjadi sebuah perusahaan.

Awal muia ide usaha itu muncul berpatokan pada pengalaman pribadi. Cahaya dan Melly yang dulu sama-sama gemuk, akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah produk yang cocok untuk diet. Baik itu produk makanan atau minuman sehat yang dapat membantu dalam penurunan berat badan, bagi orang yang mempunyai berat badan berlebih. Kesuksesan yang keduanya raih tak hanya dalam karir. Postur tubuh keduanya pun kini berhasil berubah menjadi ideal, tak gemuk lagi.

Tampak Melly berpikir sejenak, detik kemudian ia pun berucap, “Enggak usah terlalu dipikirin, Ay. Saat ingat dia, segera usir dengan kesibukan lain.  Jalanin aja apa yang akan terjadi seperti air mengalir. Dan ... yang paling penting. Kamu jangan chat atau telepon dia duluan. Karena itu efeknya sangat dahsyat untuk hati kamu. Oke.”

“Oke, Emak Ratu Bucin. Siap laksanakan!” ucap Cahaya dengan tangannya yang ala-ala hormat komandan. Keduanya terkekeh, merasa lucu saja dengan tingkah Cahaya yang seperti bocah.

"Oh iya satu lagi, jangan lupa selidikin dulu PAKET KOMPLITnya ya."

"Astaga, hampir aja lupa."
Cahaya menepuk jidatnya pelan, baru ingat penyelidikan yang selalu ia lakukan setiap ada laki-laki yang mendekatinya. Ia tak mau didekati hanya karena hartanya saja.

PAKET KOMPLIT singkatan dari

Suka Pamer, Kepoin harta, Suka diTraktir, Kere, Suka Boong, peMalas dan Pelit. Tujuh poin inilah ciri-ciri yang dimiliki laki-laki matre menurut Cahaya dan Si Ratu Bucin yang harus diselidiki untuk mengetahui ketulusan cinta para laki-laki.

"Wajarlah kamu lupa, Ay. Karena hatmu udah terjangkit virus merah jambu lebih dulu."

"Aish, apaan sih, Mel. Sotoy kamu," ucap Cahaya berusaha menyembunyikan pipinya yang merona. Melly yang menangkap pipi Cahaya memerah sontak terbahak.

Indahnya persahabatan, jika bisa saling berbagi dan saling menasihati. Ketulusan dalam persahabatan bisa dirasa saat mampu merasakan apa yang sahabat kita rasakan. Semenjak Cahaya ditinggal oleh ayah dan bundanya. Kehadiran Melly sangat berarti untuknya, meski kenyataannya ia masih memiliki satu sahabat lagi yang kini keduanya terpisah oleh jarak yang tak dekat.

.
.
.
.
Bersambung

Gimana dg part ini?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro