Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAGIAN SPESIAL: DEMAM RIKI

Riki menuangkan teh ke cangkir Ashley, selanjutnya ke cangkir Mawar. Mereka sekarang sedang di beranda kamar Ashley, menikmati pemandangan pagi hari ditemani dengan secangkir teh.

"Riki, kau juga ikut," tawar Ashley.

"Te...Terima kasih." Riki duduk dengan wajah sedikit pucat.

"Kau baik-baik saja?" tanya Mawar.

"Aku... Aku baik...-baik saja." Tiba-tiba Riki ambruk. Mereka berdua secara refleks mendekati Riki yang tergeletak dengan wajahnya yang memerah.

Mawar menempelkan telapak tangannya ke dahi Riki. "Gawat, dia demam."

"Aku akan panggil yang lain." Ashley membuka handphonenya.

Sekarang Riki sudah terbaring di ranjang ruang kesehatan, dikelilingi oleh kelima gadis yang mencemaskannya.

"Ma-Maaf me-merepotkan kalian," ucap Riki lemas.

"Tidak apa-apa, sebaiknya untuk hari ini kau istirahat saja," tawar Ashley.

"Baiklah."

"Tapi, sebaiknya ada yang menemaninya," ucap Pamelia.

"Benar juga, kalau begitu biar aku saja," tawar Vannesa.

"Tidak, sebaiknya aku saja," tegas Pamelia.

"Bagaimana kalau kita bergiliran menjaga Riki?"

"Ide yang bagus, Susi. Kalau begitu, aku dulu."

"Tidak, kita tentukan dengan hopimpa."

"Baiklah."

Wanita yang menjaga Riki pertama adalah, Susi sang pencetus ide.

"Ini, aku sudah membuatkan bubur untukmu. Kau belum sarapan, kan?"

"Terima kasih, Susi." Riki bangun untuk duduk.

"Ini, "aaaa"." Sendok plastik mendarat ke mulut Riki. Terus seperti itu sampai habis.

"Oh iya, Susi. Aku ingin tahu, sejak kapan kau dan Pamelia kenal?"

"Sejak kecil. Memangnya kenapa?"

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin tahu saja."

"Hmm... Kami awalnya tidak saling mengenal, tapi karena dia selalu membantuku, jadi kami berteman. Asal kau tahu saja, dulu aku menganggap Pamelia itu adalah wanita membosankan."

"Begitu, lalu apakah kau berpikir kalau aku ini pria membosankan?"

"Ti-Tidak, memang saat pertama kali kita bertemu, aku menganggapmu pria berandalan dengan bekas luka di mata. Tapi, ternyata aku salah, kau ini pria yang baik." Wajah Susi sedikit memerah.

"Terima kasih."

"Kenapa kau berterima kasih?"

"Entahlah. Lalu, kalau boleh tahu, apakah kedua orang tuamu bekerja di sini secara turun menurun seperti Pamelia?"

"Tidak. Bahkan kami tidak mengetahui ibu dan ayah kami."

"Tidak mengetahui? Apa maksudmu?"

"Sejak kecil, kami sudah ditinggal oleh kedua orang tua kami..."

"Susi, sekarang giliranku." Datang Mawar.

"Oh iya, tolong, ya." Susi berdiri dan pergi.

Penjaga kedua, adalah Mawar sang teman masa kecil Riki.

"Kiki, maaf, ya. Gara-gara aku kamu jadi begini. Kalau saja saat itu aku tidak salah mengirim pesan."

Kemarin malam, hujan turun. Dan Riki sedang di kamarnya. Sebuah pesan datang di handphone Riki. Pesan itu bertuliskan, "Tolong bawakan bantal baru ke kamar Ashley". Riki langsung berlari menuju istana, tentu hujan-hujanan. Setelah sampai, dia berlari menuju gudang di istana dan mengambil bantal baru. Saat sampai di sana, Mawar terkejut karena yang datang adalah Riki. Karena pesan itu dikirim untuk Pamelia yang berada di ruang belakang istana.

"I-Itu bukan salahmu. Oh iya, apakah kau merasa senang bersama dengan keluarga kerajaan ini?"

"Iya, aku senang bisa mengenal Pamelia, Susi, Vannesa, Ashley dan bisa bertemu denganmu lagi!"

Selanjutnya adalah Pamelia.

Pamelia membawa sebuah ember kecil berisi air hangat. "Aku akan membersihkan badanmu."

"Maaf, ya, Pamelia." Riki membuka bajunya. Pamelia mulai membersihkan badan Riki.

"I-I-Ini tubuh Riki, bagus sekali," gumamnya.

"Ada apa Pamelia?"

"Bukan apa-apa!"

Selanjutnya Vannesa. Riki sebelumnya menanyakan tentang apa yang dikatakan oleh Susi sebelumnya.

"Iya, aku yang merawat Susi sejak kecil. Kami menjadi peminta-minta, kesana-kemari aku mengemis, di pasar, jalan, dan depan toko. Hasilnya tidak seberapa, mungkin hanya bisa buat makan sekali dua hari. Kenapa kami ada di sini? Itu karena dulu aku pernah menolong Ayah Ashley dari para preman-preman itu. Aku pura-pura memanggil polisi dan mengusir preman-preman itu. Karena merasa hutang budi, Ayah Ashley mengajak kami ke istana. Dia bilang akan memperkejakanku menjadi bodyguard karena keberanianku, dan memperkejakan adikku juga. Aku dilatih untuk mempelajari seni bela diri, sedangkan Susi dilatih untuk memasak."

"Be...Be...Begitu, ya." Kepala Riki terasa berat, dia mengantuk.

"Riki, sebaiknya kau tidur saja."

"Tapi... Tapi..."

"Sudah tidur saja, supaya kau cepat sembuh."

"Baiklah."

Riki perlahan membuka matanya, melihat ke arah sampingnya, ternyata sudah ada Ashley sedang duduk.

"Kau sudah bangun, Riki?"

"Iya." Riki duduk di ranjang.

"Kau sudah baikkan?"

"Iya, terima kasih sudah merawatku."

"Seharusnya kau berterima kasih kepada yang lain."

"Ashley, maaf kalau aku bertanya hal ini. Bisakah kau ceritakan kepadaku tentang ayahku selama bekerja di sini?"

"Boleh, dengan senang hati."

Ashley memulai ceritanya, Riki mendengarnya dengan seksama. Riki merasa baikan karena bisa sedikit mengenal mereka dengan dekat. Tak terasa hari sudah malam, dan demam Riki sudah sembuh.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro