bab 6
*
*
Jihoon melempar asal telefon genggamnya keatas meja kantornya. Didepannya seorang pria paruh baya berambut pirang hanya menatap kosong kearah meja.
" kau dengar sendiri apa yang dikatakan salah satu suruhanku "
Pria paruh baya di depannya mengepalkan tangannya erat. Tak dia sangka, wanita yang selama ini ia percayai hingga meninggalkan istri sah-nya bisa berlaku seperti itu.
" wanita licik itu ingin melukai anakku, Naruto-ku... Dan kau pasti tau aku tidak akan diam "
Tentu dia juga pun tak akan diam saja. Naruto adalah putri satu-satunya miliknya. Satu-satunya peninggalan Kushina di dunia ini, walau sekarang tidak lagi berada di rengkuhannya.
Ada rasa tak rela saat mendengar Jihoon meng klaim anaknya sebagai anak pria itu. Tapi wajar jika Jihoon meng klaim Naruto adalah anaknya, karena setelah Kushina bercerai dengannya wanita itu menikah dengan Jihoon.
Pria itu menghela nafas berat. Ia beranjak dari duduknya.
" apapun bisa kau lakukan, asal istriku tidak terluka "
Jihoon mendengus, pria itu tertawa sarkas melihat Minato yang terkesan sangat mencintai istri liciknya. Ia mengedikkan bahu tak perduli.
" aku tidak janji... Yang terpenting, awasi istri tercintamu itu untuk tidak menyentuh putriku seujung kukupun "
Minato berbalik. Dengan wajah datar yang kentara tengah menekan amarahnya.
' sungguh salah aku memilihmu dan melepaskannya '
" aku memang tak membiarkan Jihoon menyentuhmu, tapi aku sendiri yang akan memberikan pelajaran padamu "
Gumamnya.
*
*
Naruto tengah memutar-mutar tubuhnya di depan kaca. Ia tengah melihat apakah dandanannya sudah bagus dan tidak berlebihan. Hari ini Sasuke mengajaknya makan malam di kediaman Uchiha.
Sasuke yang barusaja masuk kamar mereka mendekat kearah sang kekasih yang tengah sibuk mematut dirinya di depan kaca yang tingginya lebih dari tinggi gadis... Uhuk.. Wanita maksudnya.
Tangan besar itu menahan pinggang ramping sang kekasih untuk diam, dan ia menempelkan tubuh tegapnya ke punggung Naruto.
" kau sungguh menawan sayang "
" benarkah? "
" hn "
Sasuke melayangkan kecupan-kecupan di bahu dan leher terbuka Naruto, karena sang kekasih menyampirkan rambutnya di bahu kanannya.
" kenapa calon suamiku manja sekali ya?! "
Naruto terkikik melihat Sasuke dari cermin yang menumpukan dagunya di pundaknya. Wanita itu menarik pipi Sasuke dengan tangan kirinya. Sasuke sendiri hanya tersenyum melihat Naruto yang tertawa.
" bawaan bayi "
Sebelah tangan Sasuke mengelus perut Naruto yang masih datar.
" yang mengandung itu aku "
Chup~
Sasuke mincium bibir kesukaannya itu lembut. Sebelah tangannya terangkat, ia menatap jam tangan yang ada di tangannya.
" kita harus berangkat, sayang. Kita hampir telat "
Naruto melepaskan rengkuhan sang kekasih dan berbalik.
" uh... Aku belum memakai sepatu "
" ingat, jangan memakai yang berhak tinggi. Aku tak ingin kau jatuh nanti "
" aku tidak seceroboh itu "
" nyatanya aku selalu melihatmu dalam keadaan lecet. Apapun itu bentuknya... Jangan protes "
Ia kembali mencium bibir sang kekasih.
" aku akan menunggu di depan "
*
*
Setengah jam kemudian, pasangan Sasuke dan Naruto sampai di kediaman Uchiha. Naruto mengambil nafas dengan banyak-banyak. Ia menatap kearah sang kekasih.
" ayo "
" hmm... Semangat sekali "
Sasuke tersenyum sekilas dan kembali menunduk karena sibuk membuka pengait sabuk pengaman yang dipakai Naruto.
" aku hanya mencoba mengumpulkan keberanian "
Sasuke menegakkan tubuhnya dan menyentil kening tan sang kekasih.
" memang kau akan disidang.... Konyol "
Sasuke-pun keluar dan berjalan ke sisi mobil yang lain. Ia membukakan pintu untuk sang kekasih lalu menarik Naruto ke pelukannya.
" ck... Kau ini tidak bisa mengerti perasaan ku "
Tangan Naruto mengalung di leher Sasuke.
" benarkah? "
Sasuke menaikkan alisnya.
" sudahlah kita akan terlambat, ayo kita masuk~ "
" baiklah "
Sasuke melepas pelukannya, tapi dia tak melepaskan sebelah tangannya yang melingkari pinggang ramping itu.
Merekapun masuk dan di sambut hangat oleh seluruh anggota keluarga Uchiha, terkecuali Sakura yang kaget dengan sosok wanita yang ada di rengkuhan Sasuke.
Jantung Sakura berdetak kencang, ia pernah melihat gadis itu hampir 10 tahun yang lalu.
" Sakura-san "
Sakura menjengit atas panggilan Naruto terhadapnya. Ia tak sadar telah melamun tadi. Dengan senyum canggung ia membalas sapaan wanita pirang itu.
" selamat malam "
Wajahnya pasti sudah sepucat mayat, saat tak sengaja ia melihat seringaiyan wanita di depannya. Ia menghela nafas berat dan mengikuti yang lain menuju ruang makan.
Acara makan malam berlangsung menyenangkan, itu hanya untuk penghuni yang lain kecuali dirinya. Ha'ah... Lagi pula sang suami juga tengah pergi dengan sepupunya untuk mencari apartemen untuk sepupunya katanya, dan akhirnya dia sendiri.
Ia melirik kearah Naruto yang tengah berbincang dengan Mikoto, dengan tangan yang sibuk memisahkan kacang polong dari mangkuk Sasuke.
Jadi gadis itu adalah alasan Sasuke tak bisa menerimanya menjadi istrinya?
Ia menggelengkan kepalanya kuat, dia sudah punya Itchi dan dia mencintai pria itu. Tapi hidup bersama 6 bulan ini, membuahkan rasa sayang untuk pria yang berstatus adik iparnya sekarang.
' tidak... Aku tidak memiliki rasa apa-apa padanya '
Kalimat itu bagaikan mantra bagi dirinya.
" ada apa Sakura ?!"
Fugaku yang melihat gelagat Sakura yang aneh, menegurnya. Terbukti, ternyata wanita itu tersentak seperti tengah melamun.
" tidak... Tidak apa-apa ayah "
Fugaku berguman, ayah dua anak itu kembali memakan makanannya dan sesekali menimpali obrolan antara Mikoto dengan calon menantunya.
*
*
Sakura tengah melamun saat dirinya tengah menuangkan teh panas ke dalam cangkir, saat sebuah suara mengagetkannya.
" kau bisa menyiram tanganmu, jika cara menuangkan teh seperti itu "
" a-ah y-ea "
Keadaan hening membuat mereka, atau hanya Sakura yang canggung. Ia merasa tidak nyaman dengan adanya gadis pirang itu di sekitarnya.
" bagaimana kabarmu nona Haruno , atau harus ku panggil Namikaze "
Tangan Sakura yang tengah memegang teko mengerat.
" ibumu Mebuki bukan?.... Seorang wanita yang telah merebut suami temannya sendiri... Menjijikkan "
Sakura diam, dia tak bisa membantah karena apa yang dikatakan oleh Naruto itu benar.
" orang yang sudah dianggap ibuku sebagai tempat mencurahkan isi hatinya, berharap bisa memberikan solusi dan membantu dirinya... Tapi sayang, wanita itu menusuk ibuku dari belakang "
Tak
Naruto meletakkan gelas yang berisi teh panas itu ke meja sedikit keras, hingga tangan tannya terkena cairan panas itu.
Tapi sepertinya sang empu baik-baik saja, walau tangan tan itu mulai memerah. Mungkin karena ia yang bercerita tentang luka lama yang di deritanya dulu.
" tapi sepertinya kami-sama masih menyayangimu, karena acara balas dendamku atas penderitaan ibuku yang ku peruntukkan untukmu gagal "
Naruto menoleh kesamping dengan seringai tercetak di bibirnya. Ia menatap sinis kearah Sakura yang menegang di sampingnya.
" tapi tak apa... Lagi pula masih ada ibumu. Toh... Dialah target utamaku "
Beberapa detik kemudian Naruto tersenyum lebar, wajah polosnya kembali. Ia meraih nampan yang berisi gelas-gelas teh.
" sampaikan salamku pada ibumu.... Ayahmu sekalian juga boleh.. Aku kedepan dulu, sampai jumpa "
Naruto-pun berlalu, dan tubuh Sakura melemas. Wanita itu mendudukkan tubuhnya di kursi. Ia bisa menangkap pesan Naruto disana. Calon adik iparnya itu dengan jelas mengancam keselamatan ibunya... Tidak.. Tapi ayahnya juga. Naruto pasti akan melakukan sesuatu.
Tapi bukankah Minato adalah ayah kandung Naruto, tapi kenapa-... Ah... Rasa marah dan dendam bisa membutakan seseorang. Rasa sakit yang dirasakan bisa merubah seseorang.
Ia merutuk perbuatan ibunya dulu, hingga menghancurkan keluarga harmonis orang lain.
" ibu "
*
*
.
.
.
.
.
Tbc
Ma'af jika masih ada typo..
Ditunggu aja ya up cerita yang lain, masih di proses kelanjutannya.. Ma'af juga up nya lama.. Hehe
Di tunggu like, coment dan kritiknya yaa...
Bay... Bay... Bow
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro