Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Empat♪

     Suatu hari [Name] yang baru saja membersihkan kamarnya tidak sengaja melihat Ikuya berlalu lalang di kamar Natsuya sambil menyanyikan sesuatu.

  "Lindung lindung kepala lindung hujan di udik di sini mendung, anak siapa pakai kerudung kaki melirik mata kesandung."

     [Name] mengernyit heran mendengar lirik lagu yang dinyanyikan oleh Ikuya. Kaki melirik mata kesandung? Kaki melirik pakai apa? Mata kaki? [Name] kemudian keluar menuju balkon kamarnya.

  "Ikuya!!" panggilnya.

      Ikuya yang merasa namanya dipanggil kemudian keluar dari kamar dan menuju balkon.

  "Apa?" tanya Ikuya.

     Sebenarnya untuk apa [Name] memanggil Ikuya? Untuk menanyakan lirik lagu tadi? Bukan.

  "Kakakmu mana?"

  "Di bawah, sama cewek," ucap Ikuya.

  "Siapa?" ucap [Name] dengan nada bicara yang terselip sebuah kekecewaan.

     Ikuya tampak berpikir beberapa saat, "Calon istrinya mungkin."

     [Name] terdiam. Apa Natsuya memang sudah punya pengganti dirinya? Apakah Natsuya sudah melupakannya? Haruskah ia berhenti sekarang? Haruskah ia menyalahkan Natsuya yang sudah berubah perasaan? Ataukah ia harus menyalahkan perempuan yang menggantikan posisinya. Bagaimanapun juga semua ini berawal dari kesalahnya sendiri, jadi dirinya lah yang harus disalahkan.

  "Kenapa kau tadi memanggilku?" tanya Ikuya.

  "Eum... Kasih tau aja ke Natsuya kalau aku...." [Name] menggantung ucapannya ragu. "Aku... Aku mau kok menyandang nama Kirishima, tidak perlu cari orang lain," ucap [Name] sambil memalingkan wajahnya.

     Ikuya hanya menatapnya tanpa ekspresi kemudian berbalik dan berniat kembali ke kamar Natsuya. Tapi ketika ia berbalik Natsuya sudah berada di ambang pintu balkon.

  "Nah disini rupanya," ucap Ikuya.

  "Bukankah harusnya aku yang bilang seperti itu?" ucap Natsuya. "Ada apa?"

  "[Name]," ucap Ikuya sambil menunjuk [Name] yang pura-pura tidak mendengar. "Katanya dia pengen jadi menantu keluarga Kirishima," lanjutnya.

     Natsuya mengalihkan perhatiannya ke balkon yang berseberangan dengan miliknya, ia melihat [Name] yang berdiri di seberang sana. Pandangan mereka saling bertemu beberapa saat.

     [Name] salah tingkah. Ia segera memalingkan wajahnya, dan lagi-lagi berlagak seolah dia tidak mendengar percakapan kakak beradik itu.

  "Dia suka sama kamu?" tanya Natsuya dingin.

     [Name] mendecak pelan kemudian buru-buru masuk ke dalam kamarnya.

  "Kak...."

***

     Sore itu [Name] pergi ke minimarket untuk membeli beberapa barang titipan ibunya. Ketika ia berjalan pulang ia melihat siluet seseorang yang tampak tidak asing baginya. Orang itu berdiri di depan sebuah mesin minuman yang terletak tak jauh dari minimarket.

     [Name] mendekat dan mengamati orang tersebut sambil mengingat-ingat sesuatu. Dimana ia pernah bertemu orang ini? Sepertinya memang tidak asing.

     Orang yang sedari tadi diperhatikan menoleh dan terkejut saat ia melihat [Name] menatapnya intens. Sedangkan [Name] juga sama terkejutnya.

  "Rin?" ucap [Name] ragu, takut jika ia salah memanggil orang.

  "Senpai?" ucapnya sambil menunjuk [Name].

  "Rin."

  "Senpai."

  "Rin!"

  "Senpai!"

  "Riiin!!!"

  "Senpaaai!!!"

     Keduanya heboh. Orang-orang yang kebetulan lewat menatap dua manusia yang sedang reunian itu dengan ekspresi yang berbeda-beda.

     [Name] memukul perut Rin dengan gemas.

  "Senpai jangan keras-keras," ucap Rin sambil mundur beberapa langkah.

  "Hey hey hey kita sudah lama tidak bertemu," ucap [Name].

  "Tapi jangan memukulku seperti itu."

     [Name] terkikik, "Maaf," ucapnya. "Kudengar kau kuliah di Australia."

  "Begitulah."

  "Lalu kenapa kau disini?" tanya [Name].

  "Aku berkunjung ke rumah Natsuya-san," ucap Rin.

  "Natsuya?" [Name] mengulang nama yang disebutkan oleh Rin.

  "Kalian saling kenal?" Kalau ada yang berpikir yang mengatakan itu adalah Rin, kalian salah. Itu Natsuya yang entah sejak kapan ada di sana.

  "Aku bertemu dengan senpaiku, jadi aku bicara dengannya sebentar," ucap Rin menjelaskan.

  "Kalau sudah selesai ayo pergi," ucap Natsuya pada Rin, mengabaikan [Name] yang juga ada di sana.

  "Senpai aku pergi dulu ya," ucap Rin sambil melambaikan tangan.

     [Name] mematung di tempatnya sepeninggalan Rin dan Natsuya.

  'Pantas saja selama ini Natsuya tidak pernah paham apa maksudku, dia menganggapku transparan.'

***

  "Kau kenal dengan [Name]?" tanya Natsuya.

  "Tentu saja, dia senpai ku sewaktu di Sano," jawab Rin.

  "Kau kenal dia sejak kecil?" ucap Natsuya.

  "Ya... Begitulah."

  "Jangan dekati dia."

  "Eh?"

╰Tbc╮

615 words

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro