Natalia
Natalia tidak pernah tahu akan seperti apa kepingan di dalam hidupnya. Tidak pernah juga Natalia bayangkan jika hidupnya akan berubah menjadi kepingan-kepingan kecil. Hancur begitu saja tanpa Natalia sadari. Bahkan untuk mengumpulkan dan menyatukan kembali kepingan-kepingan itu pun, Natalia rasa sudah tidak sanggup. Nalarnya begitu saja terkoyak karena benar-benar tidak menduga hal ini akan datang ke dalam hidupnya.
Hidup sebagai anak tunggal, Natalia rasa sudah cukup. Selama ini Natalia tidak pernah iri dengan kehidupan orang lain yang mempunyai saudara kandung. Entah itu kakak ataupun adik. Karena meski tidak memiliki saudara kandung seperti teman-teman yang lain, Natalia sudah merasa cukup dengan keadaan keluarganya saat ini.
Meski hidup sebagai anak perempuan tunggal, Natalia tidak kurang atas apa pun. Orang tuanya masih lengkap dan hidup dengan harmonis. Tidak pula lupa menyempatkan waktunya untuk dihabiskan bersama Natalia di akhir pekan. Selain itu, sebagai ganti saudara kandung, Natalia memiliki Garda di sisinya.
Mempunyai Garda yang menjadi teman sekaligus saudara tidak sedarah, sudah cukup membuat hidup Natalia berwarna. Namun ternyata warna-warna itu tidak selamanya indah. Terlalu disilaukan dengan warna-warna yang cerah, membuat Natalia lupa bahwa di dunia ini masih memiliki warna hitam dan abu-abu.
Hidup Natalia seketika berubah 360 derajat, saat warna hitam itu mulai menampakkan diri. Menjadikan dirinya sebagai warna yang mendominasi di kehidupan Natalia saat ini. Natalia jatuh terperosok. Tidak berdaya.
Uluran tangan Garda yang ingin membantunya pun, tidak mampu Natalia gapai. Alih-alih menggapai tangan Garda dan membawa kembali warna-warni ke dalam hidupnya, Natalia justru menghempaskan dengan kasar bantuan tersebut. Berlari menjauh dan sama sekali tidak bisa menerima semua kenyataan yang terpampang jelas di depan matanya.
Kata-kata yang sebelumnya tidak pernah Natalia duga akan ada di kamus hidupnya, kini malah diperdengarkan di telinga. Menjadi momok paling menakutkan bagi gadis yang sebentar lagi akan menginjak usia 17 tahun itu.
"Kamu milih tinggal dengan Mama atau Papa?"
Kalimat tanya itu bagaikan petir di siang bolong. Bagaikan sebuah mimpi buruk di tengah tidur Natalia yang lelap. Membangunkan Natalia dari mimpi indahnya akan keluarga bahagia yang selama belasan tahun ini ia jalani.
"Kenapa aku harus memilih kalau aku bisa tinggal dengan Mama dan Papa?" tanya Natalia, bak anak kecil yang begitu polos.
Natalia bukan tidak mengerti dengan situasi yang ada. Bukan pula buta dengan apa yang sering ia lihat dari balik pintu kamarnya. Namun untuk sekali ini saja, Natalia berharap jika semua ini tidaklah nyata. Natalia sungguh berharap jika jawaban yang akan ia dengar akan sesuai dengan apa yang ada di dalam kepalanya.
Namun ternyata, angan-angan itu hanyalah bualan belaka. Harapan kosong yang makin menghempaskan Natalia ke dasar jurang terdalam. Mengantarkan Natalia ke dalam kegelapan yang tidak pernah Natalia inginkan.
"Mama dan Papa sudah tidak bisa tinggal bersama lagi. Jadi, kamu putuskan baik-baik. Kamu ingin tinggal dengan Mama atau Papa?"
Natalia mematung di tempat. Menangis dalam hati setelah percakapan itu usai. Natalia tidak bisa lagi membedakan mana kenyataan, mana yang bukan. Bagaikan berada di garis tipis di antara fana dan realita. Natalia benar-benar hancur berkeping-keping. Tidak tertolong lagi.
"Jadi, aku harus memilih? Kenapa aku harus memilih kalau aku tidak punya kuasa untuk mengajukan pendapat?"
Jika bisa menghentikan waktu, sekarang adalah masa yang diinginkan Natalia untuk melakukannya. Natalia tidak ingin melangkah maju. Cukup di sini saja hidupnya berjalan. Natalia tidak sanggup lagi dengan jalan cerita hidupnya.
***
Halo semua!
Aku kembali!
Gimana bab ini menurut kalian? Udah cukup sedih belum? Semoga kalian suka, ya.
Jangan lupa terus tungguin update terbaru dari Pause di setiap akhir bulan.
xoxo
Winda Zizty
31 Juli 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro