Terciduk
Pada pagi hari yang cerah, Rora juga bersama Ren berada di rumah Yamada Brother's. Kebetulan sekali hari itu libur, jadi Rora dan Ren bisa mengunjungi nya lebih awal.
"Tumben sekali kalian tiba sepagi ini?"tanya Ichiro ketika Rora dan Ren sudah memasuki Rumah Yamada Bersaudara.
Rora mengangguk,"Kebetulan aku tidak sedang sibuk. Dan juga, sekolah Ren sedang libur. So, kami berdua memutuskan kesini."
"Ah iya, Ichiro-san. Jiro nya ada?"
"Ada, cari saja di kamarnya."jawab Ichiro pada Ren.
Ren mengangguk, lalu langsung lah gadis tersebut berjalan menuju kamar Jiro.
"Ren, hati-hati ya. Jangan berbuat yang aneh-aneh kalian berdua."
Ren hanya mengangkat tangannya dan melambaikannya. Yang berarti, ia mengerti apa yang di peringatkan Rora.
"Ah, kalau begitu aku bantu buatkan sarapan ya?"
"Oke, ayo ke dapur."
Akhirnya, Rora dan Ichiro memutuskan untuk menyiapkan sarapan.
•••
"Jiro?" panggil Ren sambil membuka pintu kamar Jiro perlahan.
Jiro menutup komiknya,"oh Ren, masuk saja."
Ren pun masuk ke kamar Jiro. Itu bukan pertama kali nya Ren memasuki kamar Jiro. Jadi, ia tidak merasa asing saat di dalam kamar. Apalagi berdua.
"Bagaimana di sekolah? Apa baik-baik saja? Tidak ada masalah kan?" tanya Jiro pada Ren ketika Ren duduk di tepi kasurnya.
"Tenang saja, tidak ada yang perlu si khawatirkan. Semuanya baik-baik saja,"
Jiro mengangguk sebagai balasannya. Lalu, ia meletakkan komik yang ia pegang. Dan, duduk di sebelah Ren.
"Oh iya, kemarin aku membeli CD game baru. Mau main?" Jiro bangkit dari duduknya. Lalu, ia mencari-cari CD Game yang terletak di meja nya.
"Game baru? Oke, mari kita coba,"
Ren berdiri, lalu membantu Jiro menyiapkan PS dan memasangkan kabel-kabel tersebut pada televisi kecil yang terdapat pada kamar Jiro.
Setelah semuanya usai, Jiro dan Ren akhirnya memainkan Game tersebut.
Mereka berdua duduk di lantai bersama. Tentu sambil membawa Stik Ps mereka masing-masing.
"Kalau kita taruhan bagaimana?"
Ren mengangguk setuju,"Baiklah. Jika aku menang, belikan aku Coklat dan Permen sebanyak-banyaknya."
"Tapi, jika aku menang--" Jiro mendekatkan sedikit wajahnya pada Ren.
"Aku cium kamu ya?"
Ren membelalakan matanya, sedikit kaget oleh taruhan Jiro. Ren juga malu dengan pernyataan Jiro barusan.
"Oke, mari kita lihat siapa yang menang."
•••
"Ternyata... menyiapkan sarapan menyenangkan ya? Apalagi untuk mereka," ucap Rora sambil menghela nafas lega sambil tersenyum kecil.
Ichiro mengelus pelan puncak kepala Rora. Yang juga membuat rambut Rora sedikit berantakan.
"Kalau begitu sering-sering lah kesini tiap pagi,"
"I can't every morning come to the this home, Ichiro. Kau tau kan, biasanya tiap pagi aku sibuk jika tugas memanggil?"
Rora meraih tangan Ichiro yang mengelus-elus rambutnya. Menyingkirkan nya dari atas kepala nya tentunya.
Ichiro mengangguk paham,"kalau begitu jika ada kesempatan lagi, datang ya?"
"Okay."
"Eh, ada Rora-nee?" Saburo yang baru saja menampakan dirinya di dapur.
"Pagi, Saburo." sapa Ichiro pada adik nya itu.
"Pagi, Ichi-nii,"sapa nya balik. Lalu, Saburo mendekat ke meja makan.
"Apakah aku boleh terlebih dahulu sarapan? Perutku sudah protes sejak tadi," tanya nya sambil mengamati sarapan yang di sediakan.
"Tentu Saburo. Kalau begitu, aku akan memanggil Ren dan Jiro."
"Aku ikut. Aku takut jika bocah itu berulah,"
Sementara di kamar Jiro.
"Aku menang lho, Ren~"
"Baiklah. Aku kalah, jadi?" Ren menoleh kearah Jiro.
Jiro masih memegang teguh taruhannya tadi. Ia benar-benar mendekatkan posisi duduknya dengan Ren.
Jiro mendekatkan wajah nya pada Ren. Ren tentu saja sudah malu setengah mati. Tapi, sebelum itu--
"HAYO MAU NGAPAIN KALIAN?!"
Ichiro yang baru saja tiba di kamar Jiro dan terkejut apa yang akan di lakukan Jiro saat membuka pintu kamar Jiro.
"Kenapa wajah kalian dekat begitu? Kalian mau--"
"NGGAK NGAPA-NGAPAIN KOK NII-CHAN!" Jiro segera menjauhkan dirinya dari Ren. Lalu, Jiro berdiri dan berhadapan dengan Ichiro.
Ren hanya terdiam. Tentu menutup wajahnya karena hampir saja ia terciduk, Jiro akan menciumnya.
"Kalian berdua harus menjelaskan nya nanti setelah sarapan." ucap Rora pada mereka berdua.
"Tadi si wajah Ren ada sesuatu--makanya aku melihatnya lebih dekat!" Jiro yang masih saja ngeles. Jangan lupakan wajah Jiro yang sudah malu setengah mati.
"Kau berhutang penjelasan pada ku Jiro. Jika tidak, manga komik mu akan ku simpan selama seminggu."
Ancam Ichiro pada Jiro. Jiro hanya mengangguk menurut saja.
Jiro tidak rela jika komik nya di 'sita' selama seminggu oleh kakak nya.
Sedangkan, Saburo yang masih berada di ruang makan.
Ia lebih dahulu sarapan dan menikmati nya terlebih dahulu.
"Kenapa mereka lama sekali? Apa terjadi sesuatu?"
A/N: Arigathanks kepada Kak Rain sudah memberiku pencerahan :D
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro