Prolog
Ckrek.
Seorang gadis ber-outfit OOTD dengan setelan style monocrom itu barusaja memoret menu pesanan tayaki ice cream: es krim lezat dengan cone berbetuk lucu.
Setiap unduhan atau hasil feeds yang diungahnya membuat para followersnya semakin takjub. Bahkan tidak segan-segan menekan tombol 'follow'.
Stefa Anabellerlena, seorang selebgram dengan puluh ribu jumlah followers, kini merangkak menjadi selebgram top aword, bahkan terkadang dijuluki akan memasuki dunia public figure.
Ckrek.
Ckrek.
Ckcrek.
Stefa tersenyum bahagia ketika hasil jepretannya terlihat sempurna dengan latar instgramble dengan dominisi aesthetic. Sedikit memilih salah satu dari banyaknya lalu diugahnya ke sosial media, selagi memberikan caption unik, itu akan menarik daya para followersnya.
Seorang lelaki seusianya yang saat ini bersama Stefa itu pun tidak segan-segan merampas ponselnya.
"Lo tau ...," ujarnya mengantung membuat Stefa tidak sabar akan hal apa yang dikatakannya.
"Tau apa?"
Stefa berdecih, kembali meraih ponselnya, namun lelaki itu terlebih dahulu menjauhkannya.
"Lo itu alay!" cecar Raka berseru menyeruput minuman jus lemon. Setidaknya menghilangkan rasa dahaga di siang hari ini.
"Lo ngatain gue alay?" Stefa bertanya balik dengan mematuk giginya, menahan stok ekstra kesabaran utuk sesorang bernama Raka.
Raka, Raka Alfabeth. Dikatakan teman juga bisa dibilang tidak, mengingat perteman mereka tidak sebaik itu. Hm, dibilang musuh, lawan main, atau viral, juga tidak. Jika mereka berdua adalah viral, tidak mungkin keduanya mau bermain nongki di restoran mini saat ini.
Seringkali membuat Stefa kesal adalah perilaku Raka yang selalu mengatainya 'gadis alay' 'cewek alay' dengan berbagai umpatan dengan kata 'alay' berwariasi macam bentuk.
"Iya! Lo itu alay ... Gadis alay! Engga alay, tapi lebay."
Stefa mengeram kesal. Tanpa disadari, tangannya mengepal kuat hingga tidak jarang memutuskan kuku panjang cantik miliknya.
Itulah Raka. Disaat semua orang memuji kecantikannya, pengecualian bagi lelaki bernama Raka, selalu mengejeknya dengan ala-ala kata 'alay' hanya dikarenakan Stefa sedikit-sedikit selalu memotret apapun disekitarnya.
"Lo bisa hidup tanpa hasil jepretan 'kan, Stef?"
Perkataan Raka yang selalu lelaki itu pertanyakan.
"Raka ... gue uda bilang berapa kali, kalau gue tuh gak alay!" seru Stefa bersihkeras.
Teriakan dari gadis blasteran itu membuat sorotan seisi cafe mini memperhatikan ke arah kedua remaja itu.
"Cup. Cup. Cup," goda Raka seperti menghibur anak kecil yang menangis karena tidak diperbolehkan makan permen oleh kedua orang tuanya.
"Bengek lu, Rak." Stefa hampir saja tertawa, sebelum meminta maaf kepada pengunjung cafe mini atas ketidaknyamanan. "Gue tuh selebgram kyuttt! Lo enggak mau punya teman artis selebgram?" Emosinya kini tergantikan dengan tampang sok kyut Stefa dengan bibir manyun merah merona.
"Artis papan tulis?"
"Raka, ih sebel!"
Raka kini memperlihatkan dengan ekspresi geli, "Ish. Gue jyjik, Stef," ujarnya sebelum menahan tawa kecilnya dikarenakan gadis itu merengek, ditambah kekesalan Stefa tersendiri, itu akan menjadi adegan lucu menurutnya.
"Raka ngeselin. Lo ga prnah tau jadi posisi gue!" Stefa menahan menghisak isak tangisnya, ia tidak mau make-up luntur hanya karena isak tangis yang tidak akan pernah mengubah keadaan.
Raka mengelap kantung mata Stefa lembut, ia tak akan membiarkan airmata gadis itu luruh. "Stef. Dunia gak prlu tau lo siapa, dimana, atau bahkan yang lo lakuin sekarang. Cukup bahagiain diri sendiri aja ... gue rasa itu lebih dari cukup."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro