Epilog.
Suara jepretan foto terdegar dimana-mana. Dua bulan berlalu, gadis itu menepati pekerjaan sekaligus melanjutkan study karier. Dimana, Stefa mendapatkan pekerjaan di dinaungan 'A' Enertaiment.
Hari pula, ia mendapatkan undangan di acara perusahan. Gadis itu telah bersiap, menantikan acara hari ini untuk pertama kalinya Stefa berada di organizazer entertaiment.
Trea, yang kini mengintip dandanan putri tunggalnya itu sempat terkagum dengan kecantikan gadis itu sebagai turun menurunnya. Tidak dirasa, Stefa mempunyai kecantikannya seperti saat ia muda. Tentu puri tunggalnya itu jauh cantik sedemikian rupa.
"Maa! Jangan ngintip, dong!" Stefa meneriaki Mamanya yang kini usai terpergok. Ia memutup raut wajahnya malu, dikarenakan belum selesai menata make-up.
"Ah! Anak Mama cantik banget, deh! Mama tunggu di bawah! Nanti pangeran kuda kamu datang!"
Setelah mengatakan itu, Trea menutup kembali pintu kamar Stefa ketawa sendiri berhasil menggoda. Tidak dengan Stefa, yang kini mengerutkan kening, terlalu mendramalisir keadaan ketika Trea mengatakan pangeran kuda. Mungkin. Mamanya itu sedang berkahayal di negeri dogeng.
"Stefa!" Teriak Trea kembali terbirit-birit memasuki kamar Stefa berdominisi we are bears.
"Iya-iya! Ini udah selesai!" Stefa bangkit dari meja tata rias, mengiringi langkah Trea menuju ke lantai bawah.
Disana, ada Raka yang telah berpakaian rapi dengan pakaian jas, membuat gadis itu tidak bisa membendung rasa penasarannya. Sebagai jawaban, Raka menunjukkan sebuah kartu undangan. Yang membuat Stefa terpaku, adalah lelaki itu juga mendapatkan undangan di acara yang sama.
"Tante! Kita berangkat! Assalamuaikum!" celah Raka mneghentikan beberapa pertanyaan yang terlihat jelas di tengah raut ketidakpercayaan Stefa. Ia segera menuntut gadis itu pergi.
"Udah ah, jangan cemburut," goda Trea.
Ngomong-ngomong Trea dan Stefa rupanya lebih baik daripada sebelumnya. Saling melakukan hal yang sama seperti orang tua dan anak pada umumnya. Mengenai Trea, ia juga melanjutkan bisnis butiknya, meski tidak setenar saat itu. Seolah mereka merintis kembali dari nol, dari memulai lembaran hidup baru.
"Gimana lo dapet undangan sama?" tanya Stefa kembali setelah kedua remaja itu sampai di lokasi dan kini mereka memasuki gedung.
"Undangan gue udah dateng tepat waktu, 'kan?"
Itu adalah Alfian, sebagaimana Raka mendapatkan undangan tersendiri. Raka berterima kasih kepadanya. Teman lamanya itu sangat berbaik hati.
Bukan karena orang dalam Stefa menjadi bagaian dari mereka. Namun dari test, Stefa telah memenuhi standart.
"Gue kira lo dateng sama--"
Raka segera memotong pembicaraan salah satu lelaki salah satu dari mereka. "Ah, enggak! Kenalin ini Stefa, pacar gue!"
Pernyataan itu telah membuat Stefa melotot. Secara reflek menginjak kaki Raka tidak tangung-tangung.
"Sakit. Bego!" Raka menjerit.
"Pasangan baru jadi," cetus Arsen, barusaja datang bersama kekasihnya yang kini ikut bergabung dengan pembicaraan mereka.
Stefa menunduk sopan, ketika mengetahui keberaadaan Alexa, yang ia tau hari ini sebagai CEO di perusahaan yang menerimanya. Sedikit informasi, Alexa adalah adik Alfian, sekaligus anak pemilik perusahaan.
"Thanks ya! Lo udah nerima gue disini," bisik Stefa sebelum Alexa menuju ke pangung, diamana hari ini adalah penyambutannya sebagai CEO.
"Semoga kita berteman dengan baik. Jangan cangung, lo gak tau kalau gue lebih muda?" tanya Alexa terkekeh kecil. Stefa bangga dengan gadis itu. Bagaimana, tidak? Alexa adalah dibawah angkatannya satu tahun, tetapi gadis itu telah mengambil jabatan.
"Cewek alay, lo gak ngerasa kalau apa yang gue omongin tadi beneran?" alih-alih Raka bertanya balik sedikit dengan nada berbisik. Mewaspadai jika mereka-mereka tidak mendengarkan pembicaraannya.
"Lo gak beneran ngajuhkan argumen, 'kan?"
"Tapi sejak detik itu, lo fiks jadi pacar gue. No debat." Raka menarik kesimpulan.
"Apaan! Lo gak nembak gue!" Stefa menyengir memutar bola mata malas, beralih memperhatikan host yang kini membacakan susunan acara.
"Oh jadi lo ngode gue buat minta di tembak? Beruntungnya gue lebih pengertian."
Stefa menjotos raut wajah Raka yang kini lebih berkharisma.
"Oke. Gue kita minta lebih dari teman," tutur Raka final.
Tatapan Stefa tak beralih ketika memperhatikan raut ekpresi lelaki itu lebih serius. Seolah perkataannya dengan metode yang sama, mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Lebih dari teman?"
"Iya! Teman hidup!"
Tetaplah bersamaku
jadi teman hidupku.
Berdua kita hadapi dunia.
Kau milikku. Ku milikmu
kita satukan tuju. Bersama
arungi derasnya waktu.
"Terima kasih, karena membuat akhir cerita yang menarik." Raka merengkuh gadis itu mengacak rambut panjangnya hingga terlihat berantakan.
"Gue ga berharap cerita ini berakhir. Tapi gue harap, cerita kita tiada akhir. Terima kasih, telah memberikan sebuah warna."
***
E N D
fiks epilog ini bree ekwk
aku gatau harus epilog gimana
yah, masa ada prolog, gada epilog?
gitu aja, makasih karena berpartipasi sampek akhir
aku padamu👉👈
jgn lupa flw ig ku : _agness.s
jgn lupa baca cerita aku yang laen💚 *lup satu kebon dah:v
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro