Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Image

"Next! Next!"

Stefa masih berada berada dalam posisi santainya, memperlihatkan para junior sibuk debut beradu akting.

Ruangan pementasan ini tidak jarang digunakan anggota drama, agar memaksimalkan penampilan di depan banyak orang. Setelah selesai rapat, mereka diperbolehkan kembali ke kelas masing-masing. Beberapa hari ini latihan lebih sering, mengingat hari H semakin dekat.

Suka dan duka, Stefa tidak menganggap sebagai beban. Mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus menjalaninya.

Gadis itu meraih tas totebag we are bears miliknya terlebih dahulu meninggalkan ruangan pementasan. Ditengah perjalan, dikarenakan cuaca mulai panas, ia mengeluarkan kaca mini selagi memperlihatkan wajah cantiknya agar tidak terkesa kusut dengan langkah mengarah ke arah toilet.

Saat sibuk mengaca, junior dari lawan arah tidak sengaja menyengol tubuhnya. Adegan kejar-kejaran, kini berhenti sesaat, ketika salah satu dari mereka menabrak senior.

"Kalian gak tau cuaca panas apa? Siang-siang gini masih maen kejar-kejaran," desis Stefa membulatkan mata ketika kaca mininya kali ini menjadi retak, berhamburan tidak berdosa menjadi serpihan kepingan kenangan di atas lantai keramik.

"Minta maaf!"

"Senior have no akhlak, masih sempat diem-dieman, bae!"

"Kalian! Buruan minta maaf!"

Beberapa kicauan dari orang-orang sekitarnya, pada menyaksiksan apa yang terjadi di antara kedua remaja itu.

Keberadaan Stefa lah yang menarik perhatian mereka. Bagaimana, tidak? Stefa cukup terkenal di kalangan SMA Pamuel. Dimana saja, ia melangkah akan menjadi sorot tersendiri.

Tidak jauh dari arah keramaian insiden itu kini salah satu siswa dari arah kantin bertanya-tanya kepada salah satu gerumbulan orang disekitarnya. "Woi, itu ada apa? Rame bener." Bahkan jalannya kini menjadi terhambat.

"Fans-nya Stefa anarkis."

Raka bergegas menengahi insiden tersebut berdesak-desakan dengan banyaknya para murid. Yang dilihatnya, lawan Stefa adalah para junior. Junior itu saling menyengol satu sama lain dikarenakan diantara mereka tidak ada yang memulai pembicaraan.

Sorakan sekitar membuatnya paham dengan apa yang barusaja terjadi. Sebagaian dari mereka menjatuhkan para junior itu agar lekas meminta maaf.

"Buruan minta maaf! Kalian ga punya rasa bersalah?"

Selagi memperlihatkan Stefa, gadis itu berjongkok mengambil serpihan kaca we are bears miliknya sudah tidak terbentuk.

"Buruan minta maaf, atau lo pada punya urusan ke gue?!" gemertak Raka dengan tatapan setajam silet.

"Satu ...."

"Dua ...." Lelaki itu tidak akan menyita waktunya lebih banyak lagi.

"Dua seperempat ...."

"Dua se ...."

"G-gue ... kita minta maaf!" tutur salah satu siswa dari para junior itu sebagai perwakilan berujar dengan lantang.

Suasana pun sedikit merendah.

"Gue maunya kalian minta maaf ke Stefa, bukan gue!" Raka berdecih. Bagaimana pun, orang yang harus mereka meminta maaf adalah Stefa, bukan dirinya.

Dirasa Stefa menatap mereka dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, membuat keringat dingin membanjiri kening para junior itu dengan ekspresi ketakutan dan gugup menjadi satu.

"Kak Stefa, kita minta maaf."

Mau tidak mau, Stefa tersenyum. Menarik sudut bibirnya. Terkadang image sebagai public figure di depan semua orang sangat dipertaruhkan, meski bagaimanapun terkadang suasana hatinya tidak seceria senyumannya.

"Sekali lagi, kalian atau salah satu dari kalian ngulang hal sama, gue gak akan segan-segan bantai kalian pakek porgol."

"Ampun, Bang jago!" Siswa yang sedaritadi mendempis itu kini berteriak dengan lantang, menirukan adegan tiktok.

Ini bukan waktu bercanda!

Raka sekilas memutar bola mata ke arah siswa yang berani mengajuhkan permohonan maaf terlebih dahulu itu masih menahan butiran keringat. Gugup.

"Kak Stefa ... terima kasih. Kita minta maaf," ujar siswi lain junior itu sebelum mereka meninggalkan keramaian.

"Kalian boleh kembali!" teriak Raka begitu juga membubarkan orang-orang disekitarnya.

Tidak jarang dari mereka masih bersikap memperdulikan Stefa yang terlihat lemas.

"Baik kok, baik. Kalian kembali ya, terima kasih."

Perkataan gadis itu cukup mutlak, agar mereka tidak menatapnya penuh kekhawatiran.

"Budeg ga, lo pada?!" Sentakan Raka sekilas membuat mereka menjauh.

Kedua remaja itu dianggap sebagai pasangan sah di SMA Pamuel. Tidak heran ketika keberadaan Raka disini yang membantunya. Meski keduanya selalu menyangkal gosip yang beredar.

"Just f-r-i-e-n-d-s."

Apapun gosip tentang keduanya, mereka selalu mengatakan jawaban yang sama. "Just f-r-i-e-n-d-s." Bahkan Raka tidak sengan-segan menyangkal  dengan narkas ketika gosip itu terdengar dari indera pendengarannya.

Lelaki itu menyamakan posisi berjongkok dengan Stefa yang masih berfokus dengan serpicahan kaca yang sudah tidak terbentuk.

"Stef. Gue takut, wajah lo pucat." Raka meraih pergelangan Stefa melepas salah satu gengaman tangan gadis itu belahan. "Gue gak akan tertipu best actor lo lagi."

Meski terdengar kesal, Stefa belahan melepaskan gengaman serpihan kaca yang sedaritadi digengamannya kemudian belahan mendongak memperhatikan apa yang terjadi dengan telapak tangannya. 

Stefa sedikit menaikan sudut bibirnya ketika tetesan darah mengalir. cepat-cepat ia sembunyikan dengan apik.

Buru-buru Stefa bangkit, Raka mencengkram pergelangan tangan gadis itu.

Raka yang mengetahui itu tidak dapat berkata apaun lagi, segera mengengam tangan Stefa, dimana pendarahan akibat kaca yang gadis itu gengam masih mengeluarkan darah segar.

Meski tenaganya tidak sebanding, Stefa tetap menghibas tangan Raka yang mengengamnya erat. "Gue gak suka tatapan kasihan!"

"Siapa juga yang mau ngasihani cewek alay, kek lo?" Raka menyingir melukai luka  gadis itu dengan kotak P3K sesuai memasuki ruangan UKS.

Stefa hampir melepas hansaplast--yang kini melekat pada lengan tangannya, ia lebih suka memperlihatkan goresan itu daripada menutupinya.

Tanpa aba-aba, dengan cekatan Raka menyetil tangan Stefa hinga keras, berfokus seolah tangan gadis itu adalah bola kelereng yang disentil.

"Aww. Rak!"

"Apa?"

"Sakit, bengek!"

"Luka belum sembuh juga, udah maen lepas hansaplast," tegur Raka berdecih.

"Bukan urusan lo!"


***

Sehari ini aku up double kill
loh, eak😭😂 *sombong dikit
soalnya biasanya mager²an wkwk
jangan lupa tinggalin
jejak bepetualang, oghey!🐾


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro