2. Meaning after dad
Stefa turun dari dalam mobil menghela nafas terlebih dahulu sebelum memasuki kediaman rumahnya.
Masih sama dengan sebelumnya ia pergi meningalkan rumah di pagi--sebelum berangkat sekolah.
Dari luar, memang terlihat sepi. Palingan hanya beberapa asisten rumah tangga yang diperkejakan oleh Trea--tidak lain orang melahirkanya dan bersamanya sampai saat ini dalam satu atap yang sama. Akan tetapi, tidak jarang hal itu membuat Stefa iri dengan namanya 'keluarga.'
Keluarga cemara?
Stefa belahan membuka gangang pintu tanpa berniat mengetuk atau memberikan salam. So, ini adalah rumahnya sendiri. Palingan ketika, ia melakukan dua hal tersebut, sang asisten rumah tangga lah yang menyambut kedatangannya.
Hal itu sudah tidak dapat diragukan lagi.
"Kamu udah pulang?"
Nyatanya, sore ini tepat kepulangannya, Trea menyapa putri tunggalnya. Perempuan lanjut usia itu menutup majalah harian mengaduk kopi hitam.
"Mama udah pulang?"
"Mama nyempati waktu buat kamu."
Jika meluangkan waktu bersamanya, setidaknya Trea--Mamanya itu akan membuat jadwal, setidaknya satu hari bersama ditengah kesibukan pekerjaan kantor.
Stefa tidak mengharapkan waktu banyak bersamanya. Jika suatu saat harapannya terkabulkan, Stefa sangat akan bersyukur.
"Akting drama lancar 'kan, Sayang?" Stefa menduduk lalu mengangguk. "Hem ... buat minggu depan."
"Ha? Mingu depan?"
"Jangan bilang kamu lupa, atau lewati hari itu," cetar Trea berhati-hati.
"Enggak, Ma." Stefa menunduk menghindari tatapan mengintimindasi dari Mamanya. Ia sibuk berlatih hingga tidak jarang melupakan hari di kalender.
"Yaudah kamu istirahat gih, gak ada jadwal, 'kan? Jangan lupa ada besok ada jadwal les."
Stefa mengangguk memperlihatkan kalender di ponselnya, memperhatikan hari penting sebagai jadwal tertera di beberapa tanggal setiap bulan.
Sesampai di kamar, ia membaringkan tubuhnya di ranjang berkurang oversize spring bed bermotif we are bears. Hari ini tidak ada jadwal, Stefa dapat beristirahat sejenak dengan tenang.
Seragam pakaiannya masih terlilit dengan rapi, palingan dasi sudah tidak berada di tempat semula. Gadis itu selalu melepasnya ketika selesai apel, katanya benda itu sangat mencekik lehernya.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Masuk!"
Stefa segera bangkit dari posisi terlentangnya di atas ranjang ketika mengetahui Trea memasuki memasuki kamarnya berdekorasi we are bears ini.
Hiasan dinding itu tepat berlawan arah dengan pintu masuk. Sebuah kesan pertama ketika memasuki kamar putri sulungnya itu. Pasti. Setiap orang pasti akan tertuju dengan hiasan dinding menarik perhatian tersebut ketika pertama memasuki ruangan kamar ini. Jika kondisi kamar berantakan atau tidak, itu adalah nomer kesekian kali.
Trea memberikan sebuah kotak terbungkus rapi menaruhnya di atas meja bergabung dengan paket lain.
"Jangan lupa unboxing!"
***
Keseharian Raka hanyalah bermain mobile legends dalam mode ranked, hingga beberapa kali memenangkan petandingan.
Free fire, clash of clans, 8 ball poll, begitu juga permainan yang baru-baru booming--tidak lain among us. Permainan impostor itu terkadang terlihat tidak masuk akal, paling tidak, kesabarannya diuji ketika memasuki babak mencari impostor sebenarnya.
Bagi Raka, Impostor di kehidupan nyata, adalah orang yang telah bertindak melakukan sesuatu dengan tertutup apik namun tidak mudah mengkuinya.
Rona mengebrak bangku, tempat Raka berada dengan kayu meja hingga menimbukan decitan suara keras.
"Diem ga, lo?!"
Gadis kecil berusia lima tahun dibawah itu kini merengek dikarenakan ulah kakaknya yang dirasa sedaritadi berteriak sangat berisik ditambah fokusnya teralihkan pada benda pipih persegi panjang tersebut.
"Bang! Anterin aku kerja kelompok!"
"Minta anter Bunda," sahut Raka berdehem malas tanpa memperlihatkan ke arah adiknya melotot ke arahnya. "Kakak bentar lagi kalah, kalau kamu ganggu."
"Hwa ...Bunda!"
"Bunda!"
"Bang Raka gak mau anterin aku!"
"Bundaaa ... hiks!"
"Buset, ini bocah." Mau tidak mau, Raka menghentikan permainan, keluar dari area ranked. "Yah. Gara-gara lo, gue jadi AFK."
"Ayo, Bang. Anterin les, keburu telat." Rona mengoyakan tubuh Raka, memukul pundaknya, bahkan menjewer telinganya ketika tidak segera bergerak.
"Lo itu lebih tuan gue. Diajarin sapa njewer telinga gue, ha?!" Raka menjewer telinga adiknya dengan sedikit tarikan lalu menyentil tangannya. "Saket, gak?"
"Enggak!"
"Untung lo adek gue," decih Raka meraih gantungan kunci impostor lalu memanaskan motornya di dalam garasi.
"Yang paling berharga adalah keluarga."
Lirik lagu itu Rona nyanyikan dengan suara cempreng.
***
Barusaja Stefa memindahi beberapa kotak kiriman JNE yang tiba di kediamannya ke dalam ruangan pribadinya.
Ruangan interior berdesain white flat, adalah ruangan Stefa yang digunakannya untuk berlatih dalam dunia public figure.
Tidak jarang tempat ini digunakannya sebagai debat akting, atau melakukan endorsement, maupun paid promote layaknya berada di studio.
Mulai dari lighting, tempat yang terkena mewah, meski sengaja dibuatnya tidak terlalu luas, itu rasa sudah lebih dari cukup, dikarenakan rancangannya ia jadikan, satu ruangan berdimensi tiga tingkat sekaligus.
Stefa beralih ke cermin terlebih dahulu sebelum mempetlihatkan dirinya di arah depan kamera.
Hampir saja menempatkan trippod, beberapa notifikasi intagram bermunculan terus beganti.
Yeniyen056, and others replay your story.
"Bentar-bentar ... gue buat instastory, apa."
Stefa bergumam mengikat tali poni pendeknya sambil menekan bulatan instastory instagram.
Aah! Hampir saja lupa. Itu adalah jepretan Raka. Disana ada muka jeleknya tertampang jelas, ketika Stefa condong ke arah lelaki itu dengan posisi menjinjit, berusaha mengambil ponselnya.
Seperti yang dikatan sebelumnya, lengan seragam Raka disitu terlihat sekilas, namun beruntungnya wajah Raka, lelaki dakjal itu tidak tertampang.
"Oh, No. No! Bisa-bisa gue kena gosip," decak Stefa malas menghela nafas lega.
Sebelum menekan hapus, gadis itu beralih ke direct message, tidak lain DM.
🗨 Wiwinan: kaa Stefa tetep cantik😚
🗨 realhuman: huwoo, pasti cowoknya ginting😍
🗨 abdulgaring: keringatnya ... sini gue lap
🗨xoxoman: gue juga mau dipeluk.
"Peluk? Lebih baik gue peluk ice bears."
Stefa mengembalikan ke halaman utama. Beberapa pesan masuk terdengar unik. Mereka--para fans idola mendukungnya dengan respon baik.
Stefa juga tidak akan mengerti kapan para fans itu datang, dan pergi suatu saat. Jika saat itu tiba ... maybe?
Mereka hanya tau kebaikan didapat dari seorang public figure. Jika keburukan tidak sengaja dipihak seorang idola, apa mereka tetap mengidolakan?
***
ngaret dulu ah ekwk
ntr klo menjelang dd,
tergopoh-gopoh ekek
//kaplok😂😂
see u next time, maemunah😍
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro