Prolog
Langit malam cerah menampilkan gemintang di balik seleret kabut tipis. Sepasang mata burung hantu mengawasi Jeep yang terparkir di pinggir jalan. Tampak di dalam, sesosok lelaki mengamati gerak-gerik bayangan di balik kelambu. Kedua matanya yang tajam nak cakram enggan berpindah sedetik pun. Si pemilik rumah yang ia intai lenyap dari pandangan. Ia menunggu jemu; terbukti beberapa kali menengok jam tangan dan ketukan jemari pada pintu mobil. Begitu lampu kamar si pemilik padam, barulah ia keluar.
Ditelan kegelapan malam dan cahaya lampu jalan remang-remang, lelaki dalam pakaian dan topi serba hitam tersebut melompati pagar, mengendap-endap bagaikan bayangan yang tak pernah terendus. Sosoknya menghilang ditelan kelokan, memasuki pintu belakang rumah.
Ia tak terlihat dalam beberapa waktu.
Sepasang mata burung hantu yang sedari tadi mengawasi gerak-geriknya kembali tersorot pada satu titik tempat, seolah menunggu hal yang akan terjadi. Lelaki itu muncul lagi. Begitu memasuki mobil, dilepasnya topi yang menyembunyikan kedua mata bak belatinya. Ponsel didekatkan pada telinga. Seseorang di seberang membuka percakapan,
"Aku belum bisa tidur sebelum mendengar langsung laporannya darimu."
"Done."
Lelaki tersebut bisa membayangkan betapa licik senyum yang terkukir di bibir lawan bicaranya.
"Besok aku ajak kamu makan malam dan memperkenalkan kamu dengan seseorang. Aku harap kamu punya waktu luang."
"Ya, well, Anda yang tahu daftar dan jadwal saya."
Terdengar kekehan ringan. "Kali aja kamu ada janji sama yang lain. Bagaimana juga kamu kan punya kehidupan pribadi. Kalau begitu, aku tunggu di tempatku biasa makan, ya. Kalau yang barusan berhasil, aku kasih bonus di tempat. Mumpung suasana hatiku lagi baik."
"Oke."
"Selamat malam."
Sambungan terputus. Lelaki tersebut melempar ponsel di jok samping. Mobil dilajukan dalam kecepatan tinggi meninggalkan jalan lengang yang diapit rimbun pepohonan. Mungkin rumah besar yang baru ia masuki adalah satu-satunya bangunan yang berdiri. Sisanya hanyalah barisan pepohonan tinggi dan lebat di sepanjang jalan, mengantarnya pulang.
Malam berputar, berganti subuh. Di antara dersik angin menampar dedaunan dan ilalang yang tumbuh lebat di kilometer selanjutnya, ia menerjang kesunyian. Sejak beberapa waktu lalu, pikirannya sengaja dibiarkan kosong. Ia tak pernah membiarkan ingatan tentang kejadian tadi masuk barang sekejap, seperti malam-malam sebelumnya.
Subuh datang tepat ketika Jeep yang dikemudikannya tanpa lelah melewati gerbang yang terbuka usai terdengar bunyi klakson berkali-kali. Dibiarkan Jeep itu terparkir di depan rumah, menunggu seseorang memindahkannya segera.
Rumah dalam keadaan masih sepi. Seperti biasa. Walau banyak penghuni di dalam sana, mereka bagaikan patung membisu yang hanya akan membuka mulut bila sang Tuan memberi perintah. Beberapa pembantu yang sedang bekerja membersihkan rumah pagi saat buta tak banyak bicara ketika melihat sang Tuan melenggang menghampiri lantai atas.
Lelaki tersebut berhenti di depan sebuah pintu. Ia tahu pintu tersebut tak pernah dikunci-sesuai dengan perintahnya. Maka tanpa meminta izin pada sang pemilik kamar, pintu dibuka, menampakkan seorang perempuan terlelap menghadap dinding. Lamat-lamat, ia melangkah masuk, menutup pintu secara perlahan. Derap langkah sepatunya tak terdengar sedikit pun. Salah satu keahliannya memang menyembunyikan jejak langkah.
Sampai di pinggir ranjang berukuran lebar, dilihatnya perempuan itu yang masih menutup mata dengan helaan napas mengalun lambat. Tubuhnya membungkuk ke depan. Tepat di depan wajah perempuan berbibir tipis itu.
"Selamat pagi... Linang..." bisiknya, mengantarkan aroma mint yang praktis membuat mata si perempuan terbuka. Sepasang mata mereka berkelindang satu sama lain. Saling mencengkeram dengan tatapan berbeda. Tajam dan kosong. Bila tatapan tajam milik si lelaki seakan berisi kabut kematian yang mengerikan, sebaliknya perempuan itu. Pandangannya lurus, menyimpan rapi perasaan yang berkecamuk di dada.
Perempuan tersebut tersenyum sekilas.
"Hari ini, siapa lagi yang kamu bunuh?"
*****
spam komen, I'll continue it :P
Terserah mau spam om telolet om atau sabar ini ujian atau uvuvwewewewe atau apa kek. biar keliatan rame wakakak
Baca sinopsis di bagian luar ya!
Ini romans gelap pertama yang saya buat huhuhu :'( saya bahkan nggak tahu maksud dari romans gelap/dark romance itu apa. Apa sepanjang cerita lampu dimatikan atau gimana? Hahaha. Dulu sering ada yang ngasih tantangan buat bikin dark romance sama chicklit. Chicklit udah ya :P
Waktu saya searching apa sih dark romance, akhirnya saya tercerahkan berkat wikipedia. Saya tertarik sama kata ini : "Insanity"
Jadi sudah bisa membayangkan ya karakter di sini kayak gimana? :D
Beda sama dark romance pada umumnya yang cowoknya ini insane sedangkan ceweknya polos, saya akan membalik dogma-dogma itu. Dan saya mengadaptasi cerita ini dari legenda Ken Arok dan Ken Dedes, terus mendekonstruksikannya (alias membalik atau mengubah jadi 180 derajat). Enjoy!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro