Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1

Bismillah, semoga konsisten selesai. Walau setiap bab nulisnya harus nangis... huhuhu


-----------------------------


Ketika pikiran ini penuh rasa ketakutan, yang bisa kulakukan hanyalah mengadu pada Tuhan.


Berhasil mendarat, Aesha mengucapkan banyak rasa syukur ketika sampai di bandar udara Abdul Rachman Saleh. Setelah ia menjalankan tugas akhirnya dengan sangat baik, kali ini Aesha ingin segera mencari tahu kabar buruk yang menimpa keluarganya.

Dari sejam yang lalu kabar buruk disampaikan dalam lingkup perusahaan maskapai tempat dirinya bekerja, hingga saat ini belum ada kabar lanjutan mengenai kondisi pesawat yang membawa keluarganya dari Jakarta dengan tujuan Malang.

"Mbak Aesha, gimana?" panggil pramugari lainnya, yang kebetulan satu crew flight kali ini.

Aesha masih berusaha tersenyum, langkahnya sejenak ia pelankan, berusaha menyamakan dengan seorang FA junior yang baru bergabung sekitar 3 bulan lalu.

"Aku baik-baik saja, Ka. Aku baik."

"Dih, mbak Aesha, jangan bohong gitu. Semua orang sadar mbak Aesha enggak sedang baik-baik aja. Buktinya tuh kapten Gen juga khawatir banget. Kalau butuh teman untuk pergi-pergi, info aku aja ya, Mbak. Aku siap bantu. Lagi juga jadwal flight baru ada lagi besok malam. Jadi aku siap bantu Mbak di sini, kalau butuh teman."

Aesha mengangguk. Menatap Giska, gadis yang baru saja lulus sekolah pramugari FAAST Penerbangan memang terlihat seperti dirinya dulu. Untung saja pada waktu itu, ada Syahla, kakak sepupunya yang setia menemani, mengajarkan, dan membimbing, hingga Aesha bisa pada posisinya sekarang. Yakni menjadi Pusher atau FA tingkat 1. Untuk mencapai tingkat seperti ini bukanlah hal mudah. Banyak hal yang sudah dia lakukan. Dan banyak pelajaran yang sudah dia dapatkan. Selama bertahun-tahun, sampai akhirnya dia diberikan kesempatan yang sangat baik ini.

"Terima kasih, Ka. Nanti aku hubungi kalau butuh," jawab Aesha.

Langkah mereka terus mengikuti kapten serta co-pilot yang sudah berjalan lebih dulu menuju mobil jemputan yang akan mereka pakai menuju hotel. Sedangkan Aesha, yang sudah mendapatkan cuti selama 3 hari, tadinya akan dijemput oleh kakak laki-laki yang seharusnya sudah sampai siang ini. Akan tetapi karena kabar buruknya, entah apa yang dia lakukan saat ini.

"Sha ... gimana? Dijemput siapa?" tegur co-pilot, tepat mereka sudah berada di luar bandara.

Gadis itu hanya menggeleng pelan. "Masih nunggu kabar dari kantor."

Tatapan tidak tega dari Gen, pilot muda yang diduga memiliki rasa dengan Aesha, terlihat ragu untuk meninggalkan pramugari itu sendiri.

"Temenin lah, Kapten."

"Dia enggak mau," jawabnya lemah.

"Masa sih?" Respon co-pilot tidak percaya. Langkahnya bergerak mendekati Aesha, mencari jawaban yang valid mengenai hubungan asmara keduanya. "Kapten mau temani, boleh?"

Aesha ragu merespon. Dia sempat melirik Gen yang berada cukup jauh darinya. Kemudian kepalanya menggeleng, sebagai respon.

"Enggak usah. Kapten harus istirahat. Besok dia ada flight lagi. Saya akan minta sepupu saya untuk jemput."

"Owh, gitu. Baiklah."

Ekspresi co-pilot itu cukup kaget mendengar respon Aesha. Sejujurnya sejak awal gosip percintaan menyebar, dia pikir memang ada hubungan spesial di antara keduanya, akan tetapi ternyata, tidak. Aesha yang tidak menerimanya.

"Susah kayaknya," tepuknya pada bahu kapten Gen.

"Haha, begitulah."

Menyembunyikan ekspresinya, Gen memasang tawa palsu. Sebelum mereka masuk ke dalam bis, Gen sempat melirik Aesha yang ditinggalkan sendirian. Dia tahu Aesha butuh waktu. Dan kali ini, Aesha masih belum bisa menerimanya.

***

Al Kahfi Siap punya cimit-cimit

Syahla

Aesha ... ada apaan sih? Kok kabar yang gue dengar enggak enak.

Adskhan

Kabar apaan mbak?

Syahla

Salah satu pesawat ada yang jatuh di Malang? Benar enggak? Itu bukan nomor flight mereka, kan?

Adskhan

?? Mereka siapa?

Syahla

Om Wahid, tante Kiki dan Aiz

Zhafir

Innalillahi. Mbak dapat kabar dari mana? Belum ada beritanya dimana-mana.

Syahla

Dari temen gue yang masih Pusher di sana. Aesha, tolong jawab. Lo enggak lagi flight kan?

Syafa

Suamiku udah dapat kabar terupdate. Benar ada info penting atas musibah di Malang. Dan mulai ada satuan yang dikerahkan untuk ke sana.

Adskhan

What? Di media belum ada kabar apapun. Kok bisa?

Syahla

Biasanya memang info tidak langsung ke pihak luar, hanya ke orang-orang atau bagian penting saja yang mengetahui info lebih awal. Seperti KNKT.

Zhafir

Aku coba cari tahu ya. Kalau memang diperlukan, aku siap ke Malang sekarang

CallmeAbi

Bareng gue, Fir. Kita ke sana sekarang.

Adshan

Ikut mas.

Percakapan dalam grup keluarga sudah mulai ricuh. Dimulai dari Syahla yang membawa kabar, mereka sama-sama saling bantu untuk informasi terupdate. Jujur saja mereka sama-sama khawatir atas kabar buruk ini. Ditambah lagi kepanikan semakin terasa karena ponsel Aesha tidak bisa dihubungi.

Syahla

Ya Allah, semoga semuanya baik-baik aja.

***

Tidak mendapatkan kabar apapun yang bisa membantu, akhirnya Abi, Adskhan dan Zhafir memutuskan untuk ke Malang, demi menemani Aesha di sana. Keluarga besar yang mulai mendengar kabar buruk ini, mendadak panik. Selayaknya seorang kakak, Syafiq dibantu Barra dan Agam, benar-benar berusaha mencari keberadaan Wahid dan keluarganya. Mereka sangat tidak menyangka kabar seburuk ini bisa menimpa keluarga Wahid. Bahkan Syafiq sudah menugaskan beberapa orang terpilih untuk terjun langsung ke daerah pegunungan yang diduga sebagai tempat hilang kontak penerbangan tersebut.

"Sumpah gue enggak nyangka, terakhir kita pergi sama-sama, untuk liburan. Sekarang kita pergi sama-sama, karena kabar duka yang menimpa keluarga kita," ucap Adskhan perlahan ketika mereka sedang menunggu jadwal penerbangan menuju Malang malam ini.

Zhafir yang berdiri di sampingnya, mengangguk setuju. Ponsel ditangannya tidak henti dia tekan demi membalas berbagai macam pesan yang datang karena menanyakan musibah ini.

"Berdoa yang terbaik aja," sahut Zhafir sambil merapatkan jaketnya.

Sebenarnya sudah dua hari ini kondisinya sedang kurang fit. Pekerjaan baru yang kini sedang dia jalani memang banyak menguras waktu dan tenaganya. Belum lagi cuaca yang memang sedang tidak bersahabat semakin memperburuk kondisi tubuhnya.

"Yuk," ajak Abi.

Langkah mereka terasa semakin berat, mana kala pikiran-pikiran tentang Aiz mulai bermunculan. Biasanya ketika berpergian seperti ini, Aiz yang paling juara memecah suasana sepi menjadi bahagia. Tapi sayangnya mereka bertiga kini pergi dengan harapan bisa menemukan Aiz dengan segera.

"Bang ..." panggil Adskhan setelah mereka berhasil duduk di kursi pesawat masing-masing.

"Ya."

"Gue harap lo maafin semua hal yang udah Aiz lakuin dalam kehidupan lo."

Adskhan mengucapkannya dengan sangat tenang, berharap kata-katanya tidak menimbulkan percikan kesalah pahaman lagi.

"Lo khawatir soal itu?"

Melirik Zhafir yang duduk di kursi sebelahnya, Adskhan menaikkan kedua alisnya.

"Gue emang kesel sama dia. Cuma gue enggak pernah benci sama dia. Gue marah, gue mukul, tapi abis itu gue kecewa sama diri gue karena enggak bisa kontrol emosi. Kadang gue malah jadi ngerasa bodoh sendiri sudah marah-marah ke saudara gue sendiri hanya karena cinta. Tapi lo tahu kan alasannya, Aiz kalau belum dikasih tahu batasannya, dia sangat kelewatan. Dan gue bener-bener enggak suka kayak gitu."

Adskhan menepuk lengan Zhafir sambil tertawa. "Lo wajib marah demi orang yang lo cinta."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro