Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 20- Memanggil Ikan

"Kau bilang, kau tidak tahu berenang. Jadi kenapa kau meminta izin untuk berenang kembali?"

"Emm ... itu." Aku agak ragu untuk melanjutkan kata. Bodoh, seharusnya aku ingat, bahwa aku tidak bisa berenang. Kecuali membayangkan diri menjadi seekor katak.

"Aku mau mencoba berbicara pada ikan," ucapku mengakui.

Rencana brilian, tetapi cukup bodoh. Aku menginginkan untuk menyelam. Tetapi tidak bisa melakukannya.

Tahu-tahu saja aku mengerang kesakitan begitu jari Rigel menyentil keningku.

"Kupikir kau menceritakan sesuatu yang WAH!" Dia menekankan kata wah begitu dramatis. "Namun ternyata hanya argumen bodoh."

Aku mencibir menatapnya.

"Jika begitu, kau saja yang melakukannya. Kau Putra Aeris. Kau pasti bisa melakukannya."

Kupikir Kakak Lautku ini akan berkata tentu saja. Itu gampang buatku.

Namun yang ada, ia malah menunduk lemah lalu mengalihkan pandangan pada riak air laut.

"Tidak bisa?" tebakku. Dia kembali mengangkat wajah.

"Aku mungkin diberkahi mengendalikan cuaca, bernapas dalam air dan hidup. Tentu saja. Tetapi aku tidak paham bahasa kaum ayahku. Ibuku seorang manusia dan sebagian dari darah manusia dalam diriku tidak bisa memahami bahasa laut."

Aku tertengun untuk seperkian detik. Bicara seorang ibu, aku sama sekali tidak tahu siapa ibu kandungku sebenarnya. Mungkin itu juga menjelaskan bahwa mengapa aku tidak punya bakat sihir. Ibuku bisa saja manusia biasa seperti ibu Rigel.

"Dan kau Nalu?" tanyaku. Dia Putra Neptunus. Kuyakin dia punya sesuatu yang istimewa.

"Tidak Kai, tidak bisa. Aku memahami apa yang di katakan makhluk laut. Tetapi makhluk laut tidak memahami apa yang kukatakan. Bagaimana denganmu? Kau mewarisi darah Poisedon dan ....," Nalu memilih menggantungkan kalimatnya.

"Aku tidak tahu apa-apa tentang dewata selain para Dewa dan kekuasaanya. Aku anak rumah dan tidak banyak yang kuketahui. Satu-satunya yang pasti aku tidak punya sihir."

"Ralat!" sela Rigel. "Mungkin saja mana. Sihir selalu ada. Tetapi mana... dia mungkin ada dalam dirimu. Tetapi ayahmu memilih untuk menyegelnya."

"Jika begitu. Kenapa dia memaksaku belajar super keras? Sekeras apapun aku berusaha. Tidak ada sesuatu yang ajaib yang dapat kulakukan."

Aku benar-benar merasa emosi saat mengingat momen itu. Luapan emosiku menggebu-gebu.

"Jika kau merasa yakin dapat berbicara dengan makhluk laut ... aku rasa kita harus mencobanya."

Aku menoleh menatap Nalu. "Mmm, akan kucoba."

"Tetapi jangan membuang diri ke dalam laut," seru Rigel memperingatkan. "Kita sedang di atas sekoci yang sedang ditarik. Aku telah kehilangan sebagian kekuatanku demi menyelamatkan dirimu."

Aku mengiyakan dengan malas. Siang akan segera berganti malam. Aku tidak bisa membayangkan tidur hanya beratap bintang dan berselimut angin laut.

Kuputuskan untuk memasukkan tangan ke dalam laut lalu mulai memejamkan mata. Jika kami punya waktu tiga hari untuk bertahan. Berarti setiap detik sangat berharga.

Saat aku mulai berkosentrasi pada pikiran. Aku ingat salah satu kalimat ayah tentang laut, bahwa laut selalu melindungi apa yang ia miliki.

Sesuatu dalam laut sedang melindungiku, kekuasaan ayah tidak sampai di sini. Namun mengapa ada gelembung aneh yang menyelamatkanku saat terjatuh ke dalam laut.

Itu berarti ada sebuah pertanda. Sesuatu yang tidak kuketahui menjagaku saat ayah tidak bisa melakukannya.

Aku mencoba fokus, pelajaran pertama dalam ilmu sihir yang kupelajari adalah aku perlu mengenal jati diriku sendiri. Sesuatu di bawah alam sadar akan menuntunku untuk itu.

Aku pernah gagal melakukannya. Tetapi aku yakin bisa melakukannya sekarang. Kesalahannya mungkin pada tempat keberadaan. Jika di darat tidak bisa, berarti laut bisa melakukannya seperti tadi.

Aku juga ingat ada sebuah suara yang memanggilku. Terdengar sayup-sayup, namun tidak terdengar menakutkan.

Mendadak saja, aku merasa pusing luar biasa. Tubuhku juga terasa gemetar dan sensasi dingin merayap naik dari jari-jari kaki.

Aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Semuanya terasa gelap dan berat. Aku merasa mengantuk. Namun suara Rigel yang berisik memaksaku membuka mata.

"Bangun adik kecil! Ayo bangun!"

Wajah Rigel terlihat buram. Tetapi perlahan terlihat jelas. Dia terlihat panik, cemas, kaget dan... bingung mungkin?

"Bagaimana kau melakukannya?" Dia mendesakku.

"Melakukan apa?"

"Lihat di atas kepalamu!"

Aku menurut lalu mendongak ke arah langit. Awan berubah kelabu dari yang tadinya putih bersih.

"Mendung? Mau hujan?"

"Dasar bodoh!"

"Kenapa kau terus mengejekku bodoh?!" Aku benar-benar kesal setiap kali Rigel mengumpatku dengan sebutan anak bodoh.

"Kau punya kekuatan Kaia." Aku menoleh menatap Nalu.

"Maksudnya?"

"Poisedon secara sengaja menyegel kekuatanmu dan ibumu secara sengaja juga membantumu membuka segel tersebut."

Sungguh, aku benar-benar tidak paham dengan apa yang terjadi. Aku mengerjabkan mata kembali. Lalu membuka dengan lebar-lebar.

Gemuruh terdengar saling bersahut-sahutan dari langit. Walau terlihat akan hujan. Tidak ada tanda-tanda adanya ombak besar yang akan bergerumul.

Sekonyong-konyong, sesuatu menampakkan diri dari dalam air dan ia mencipratkan rasa air asin ke wajah kami bertiga.

"Lumba-lumba?" Hewan itu meringkik bahagia mendengarku berbicara. Di keningnya terdapat sebuah luka berbentuk sambaran halilintar. Hewan itu kembali meringkik.

"Hewan itu suruhan ibumu, 'kan?" Rigel berkomentar. "Hanya bangsa duyung yang bisa menjalin hubungan istimewa dengan lumba-lumba."

Rasanya aku salah dengar sesuatu. Telingaku berdegung.

"A-- Apa?"

"Ibumu duyung, Putri Poisedon!" geram Rigel. "Berbicara dengan ikan sepertinya ide yang bagus. Ya ... itu karena kau juga keturunan mereka. Kau berhasil memanggil seekor lumba-lumba hidung botol."

"Aku? Lumba-lumba?"

Hewan itu kembali meringkik. Lalu sekonyong-konyong. Aku bisa mendengar suara menggemaskan tergiang dalam kepalaku.

Salam hormat Putri Laut. Putri Dewa laut dan Putri bangsa Duyung. Putri Lulana.

__/_/_/____

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro