
#8 Learn
"Aku akan mengajarimu," tutur Jungkook. Manik Dahyun membulat kaget sekaligus senang.
"Wah jinjja? Ayo ajari aku sekarang juga!" Jungkook terkekeh senang melihat calon muridnya yang antusias ini.
"Baiklah, sebenarnya caranya tak beda jauh dengan caramu menghilangkan sayap tadi, kuncinya adalah percaya pada hatimu sendiri." Dahyun manggut-manggut mendengar penjelasan Jungkook.
"Lalu kekuatan mana yang kau ingin latih terlebih dahulu?" tanya Jungkook, Dahyun berpikir, sepertinya kekuatan yang sedang sangat ia butuhkan sekarang adalah kekuatan memengaruhi pikiran orang.
"Aku ingin belajar memengaruhi pikiran orang," ujar Dahyun, Jungkook tersenyum sambil mengacak rambut Dahyun.
"Pilihan yang bagus!" puji Jungkook.
"Lalu apa aku harus berlatih memengaruhi pikiranmu?" tanya Dahyun.
"Tentu saja tidak! Mari kita coba kendalikan pikiran eumm--kucing?"
"Yak apakah bisa? Kukira hanya manusia saja yang bisa aku pengaruhi."
"Tentu saja bisa, ayo kita cari kucing!"
"Apa yang harus kulakukan terhadap kucing ini kook?" tanya Dahyun bingung sembari mengelus bulu kucing yang berwarna putih dengan sedikit corak abu-abu. Entah dari mana Jungkook mendapat kucing ini, tadi mereka sempat berpencar untuk mencari kucing dan datang-datang, Jungkook sudah membawa kucing lucu ini.
"Coba kau lepaskan dia," titah Jungkook, Dahyun pun mengikuti instruksi Jungkook dan melepaskan kucing itu, kucing itu mengeong sekali, lalu berlari menjauh dari Dahyun.
"Sekarang coba kau konsentrasi, kirimkan sinyal pada pikiran kucing itu, ucapkan dalam hatimu, suruh kucing itu agar menghampiri mu kembali." Dahyun mendengar segala instruksi Jungkook sembari mencoba untuk fokus merasuki pikiran kucing itu.
"Paham?" Dahyun mengangguk-angguk saja karena masih berusaha untuk berkonsentrasi.
'Kemari kucing manis.' Dahyun berusaha mengirimkan sinyal tersebut pada sang kucing, ia bahkan sampai memegangi kepalanya saking konsentrasi nya, dahinya pun berkerut serius. Dan benar saja, perlahan kucing itu terdiam, lalu berbalik dari pelariannya dan mulai berjalan menghampiri Dahyun.
Akhirnya kucing itu semakin dekat kearahnya dan melompat menuju pelukan Dahyun. Jungkook bertepuk tangan menyaksikan Dahyun yang sudah berhasil menggunakan kekuatannya.
"Bagus sekali! Untuk percobaan pertama, ini sudah sangat bagus! Kau bisa belajar dengan cepat," puji Jungkook, Dahyun hanya tersenyum sembari mengelus kucing yang ada di pangkuannya.
"Yang perlu kau lakukan selanjutnya adalah terus berlatih, kalau kau sudah mahir menggunakan kekuatan ini, kau tak perlu lagi mengeluarkan energi terlalu banyak seperti tadi, cukup kau pandangi saja objek yang ingin kau pengaruhi, ia akan langsung dalam pengaruh mu."
"Benarkah bisa begitu? Eum--apa aku juga bisa merubah pikiran nenekku kalau aku ini bukan Nayeon dan kau bukan Jinyoung?" tanya Dahyun, "Tentu saja bisa! Maka dari itu kau harus semangat untuk berlatih!" Dahyun mengangguk sungguh-sungguh, ia bertekad di dalam hatinya agar terus berlatih mengembangkan kekuatannya.
"Oh iya kook, kau bilang kau sudah bisa menyalakan lilin aroma itu, aku ingin melihatnya sendiri, bagaimana?" tanya Dahyun.
"Baiklah siapa takut!" seru Jungkook yang merasa tertantang.
"Kalau begitu tunjukkan sekarang!" titah Dahyun.
Karena malas membeli lagi lilin aroma, Jungkook mengajak Dahyun ke rumahnya kembali, karena di rumahnya masih ada 2 lilin aroma lagi dan sayang jika tidak digunakan.
Dahyun selalu suka berada di rumah Jungkook, rasanya sangat damai, pikirannya yang kacau bisa menjadi lebih rileks berada di rumah ini, bagian yang paling disukainya yaitu sofa ruang tengah yang sampingnya langsung menghadap kaca yang menampilkan pemandangan air mancur yang berada di taman milik Jungkook. Rasanya sangat sejuk berada di sini.
"Tampaknya kau suka sekali ya berada di sini," tutur Jungkook yang baru saja selesai mengambil lilin aroma dari kamarnya yang berada di lantai atas.
"Iya, rasanya sangat tenang berada disini," ucap Dahyun jujur, Jungkook pun ikut duduk bergabung di sebelah Dahyun.
"Coba kau nyalakan sekarang!"
"Ish sabar sebentar, baru saja duduk." Dahyun tertawa senang, rasanya menyenangkan sekali mengejeknya seperti ini. Jungkook pun mengeluarkan salah satu lilin dari paper bag, dan mengambil pemantik yang ada di sakunya.
"Coba nyalakan apinya." perlahan tapi pasti, Jungkook mulai menyalakan pemantik tersebut, apinya menyala, kemudian dengan percaya diri, ia menyalakan lilin tersebut.
"Lihat kan aku sudah tidak takut lagi!" seru Jungkook senang yang kini sedang memangku-mangku lilin itu dengan riang.
"Bagus sekali! Aku sangat senang melihat nya! Berarti aku berhasil dalam menterapi mu," ujar Dahyun bangga pada dirinya sendiri. Jungkook pun sama, terlihat sangat senang, bahkan kini ia sedang menghirup aroma citrus yang menguar dari lilin aroma tersebut. Jungkook sangat suka aromanya, Dahyun memang tak salah memilih.
"Eits tapi kau jangan senang dulu, terapi tahap selanjutnya kurasa akan agak sulit bagimu, levelnya langsung naik dari easy menjadi difficult." Jungkook membelalak, terapi macam apa yang akan Dahyun lakukan padanya.
"Memangnya terapi macam apa itu?" tanya Jungkook khawatir.
"Sebenarnya anak-anak juga suka melakukan ini," ujar Dahyun sambil tersenyum.
"Yak apa!? Cepat beritahu!" pinta Jungkook tak sabaran.
"Bermain petasan, bagaimana seru kan? Aku jadi tidak sabar!" seru Dahyun senang, Jungkook memukul lengan sofanya karena kaget.
"Apa?! Bermain petasan? Omoo ujian apa lagi ini?!" keluh Jungkook.
"Yak! Kau ingin sembuh tidak?!" ujar Dahyun emosi karena Jungkook yang terus mendumel.
"Aku ingin, tapi apa tidak ada cara lain selain itu? Aish kau harus lihat video ku saat di stage yang ada kembang apinya." Jungkook pun mengeluarkan ponselnya, lalu mencari sebuah video di youtube.
"Ah jinjja? Ahaha bahkan fans mu ada yang membuat kompilasi nya." Dahyun tertawa terbahak-bahak saat melihat video kompilasi kesalahan Jungkook saat di stage, dan itu kebanyakan saat stagenya di lengkapi dengan petasan yang menyembur seperti air mancur.
"Ahahahahaha kau lucu sekali, wajah ketakutanmu itu imut! Seperti kelinci terjepit!" ejek Dahyun tanpa memberhentikan tawanya, sampai air matanya menetes dari ujung matanya,
membuat Jungkook memberengut kesal.
"Ya begitulah jika aku melihat petasan, apa tidak ada cara lain?" tanya Jungkook melemas, Dahyun menggeleng tegas.
"Kalau tidak begini bagaimana kau bisa sembuh?"
"Ah baiklah! Aku akan menjalankan terapi tahap 2 itu!"
"Bagus! Aku suka semangatmu! Eumm terlalu banyak tertawa membuatku ingin minum sesuatu, ditambah cuaca yang mendung ini, sepertinya secangkir teh hangat merupakan teman yang tepat untukku saat ini," pinta Dahyun secara halus, Jungkook berdecak kesal.
"Yak kau ini ingin aku buatkan teh? Bilang! Tak usah main kode-kodean seperti itu, dasar perempuan," balas Jungkook yang kemudian ingin beranjak dari tempatnya, namun Dahyun menahannya sembari terkekeh.
"Tak usah repot-repot begitu, apakah boleh aku meminjam dapurmu? Akan kubuatkan teh manis spesial, bagaimana? Hitung-hitung hadiahmu karena sudah berhasil menyalakan lilin itu," tawar Dahyun.
"Oh baiklah, kau jalan saja kebelakang, disana dapurnya, kalau kau mencari teh dan gula, ada di rak kabinet dapurku yang atas." Dahyun pun mengangguk mengiyakan, kemudian berjalan menuju dapur.
"Ish kenapa rak nya tinggi sekali sih?!" keluh Dahyun yang sedang mencoba untuk membuka pintu rak tempat Jungkook menyimpan teh dan gulanya. Dengan segala usahanya akhir nya ia berhasil membuka pintu raknya.
Dan kini ia kesusahan kembali untuk mengambil teh dan gulanya.
"Aish sedikit lagi---Aaaaa jatu--" Dahyun berteriak kaget saat toples gula yang ingin diraihnya malah jatuh hampir menimpa kepalanya, namun jeritannya tertahan karena Jungkook dengan cekatan langsung menangkap toples gula itu. Dahyun terdiam, menyadari bahwa Jungkook dibelakangnya lah yang telah menahan toples itu. Dahyun pun berbalik.
"Jungkook?!?" jantungnya berdetak tak karuan berada di posisi sedekat itu dengan Jungkook yang masih meletakan tangannya di rak atas, membenarkan posisi toples yang hampir jatuh itu, membuat posisinya seperti sedang mengukung Dahyun.
"Lain kali hati-hati, dan kalau kesulitan minta tolong saja padaku," tutur Jungkook lembut, sambil menatap Dahyun dalam, kebetulan hari ini Jungkook sedang tidak memakai kontak lens, sehingga lagi-lagi Dahyun terkagum dengan warna merah dari iris matanya itu. Apalagi dari jarak sedekat ini matanya itu tampak semakin indah.
Terbawa suasana, Jungkook pun mulai menangkup pipi Dahyun, menatapnya dengan sangat lembut, detak jantung keduanya berdetak semakin cepat, Jungkook pun mulai mendekatkan wajahnya, bibir ranum Dahyun membuat Jungkook ingin menciumnya saat itu juga.
Bukannya menolak, Dahyun malah mulai memejamkan matanya, namun saat sesenti lagi kedua bilah bibir itu bertemu, suara ponsel Jungkook menginterupsi mereka berdua, membawa kesadaran mereka kembali.
Jungkook berhenti, kemudian mulai menjauhkan wajahnya dari wajah Dahyun.
"Ah maaf," cicit Jungkook yang merasa tidak enak karena hampir hilang kendali.
"Kau angkat saja teleponnya," titah Dahyun, Jungkook pun mengangguk kemudian mengambil ponsel dari sakunya dan mengangkat panggilan yang ternyata dari managernya.
"Hallo?" Jungkook pun mulai menjauh dari dapur, sedangkan Dahyun? Ia langsung memerosotkan tubuhnya karena kakinya terasa sangat lemas. Pipinya bersemu merah karena malu, ditambah jantungnya yang berdebar lebih kencang dari biasanya.
"Aish mengapa kau malah menutup matamu dan bertindak seolah-olah ingin menerima ciuman dari lelaki itu!" rutuk Dahyun pada dirinya sendiri.
"Ah bodoh! Dasar bodoh! Kim Dahyun bodoh! Tapi Jeon Jungkook lebih bodoh karena sudah membuatku seperti orang gila!"
Sementara itu....
"Ada apa dengan suaramu Jungkook? Kenapa bergetar seperti itu?!" tanya sang manager.
Wkwk untung gajadi nempel 😂
Udah mulai kerasa nih bumbu bumbu romance nya hohoho, semoga suka ya :D makasi yang udah mampir dan ninggalin jejak!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro