Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#22 Don't leave

"Aku mencintaimu."

"Mwo?!"

"Iya aku serius, sebenarnya sudah cukup lama aku dekat dengan Lisa, namun rasanya sulit untuk menerima dirinya di hatiku, dan aku baru menyadari kalau yang aku inginkan hanyalah dirimu."

"Hanya saja, status persahabatan kita ini membuat diriku ragu perasaan ini hanya perasaan nyaman kepada sahabat atau lebih dari itu."

"Dan nyatanya, aku tidak bisa menggantikan posisimu di hatiku dengan gadis lain, dan aku baru menyadari selama ini aku hanya membodohi diriku sendiri dan membuang-buang banyak waktu."

"Jadi...bagaimana? Apa kau masih mau menerima diriku? Aku yakin kau juga memiliki perasaan yang sama," lanjut Taehyung tanpa melepas pelukannya pada Dahyun.

Dahyun berusaha dengan sekuat tenaga menjauhkan tubuhnya dari pelukan Taehyung.

"Maaf," ujar Dahyun sesaat setelah berhasil melepas pelukan nya.

"Maaf untuk apa?"

"Aku tidak bisa, a..aku sudah berpacaran dengan orang lain."

"Siapa?" tanya Taehyung dengan cepat, membuat jantung Dahyun berdebar lebih kencang, pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling ia hindari.

"Apa penting untukmu?"

"Yak tentu saja! Siapa lelaki yang mengambilmu duluan dari pada aku?"

"Jungkook! Kau puas?"

"Ju..jungkook?Bagaimana bisa?"

"Asal kau tau, sebelumnya aku merasa sepertinya hanya aku yang memiliki perasaan padamu, kau tau berapa lama aku menunggu? Sejak 10 tahun lalu sejak kau memutuskan untuk menjalani trainee di kota! Setiap hari yang kulakukan hanya menunggumu di pantai tempat kita bermain sembari melukis sketsa wajahmu!" Dahyun merasakan sesak di dalam dadanya, rasanya ia ingin melupakan segala hal yang mengganjal saat itu juga dan akhirnya, pertahanan Dahyun runtuh, ia menangis.

"Sampai akhirnya aku muak menunggumu lagi! Apalagi dengan tak berdosanya, berita datingmu menyebar,membuat diriku semakin membenci diriku sendiri karena terus mengharapkan dirimu yang jelas-jelas sangat semu untuk ku gapai."

"Hingga akhirnya Jungkook hadir dan kembali mengisi kekosonganku selama ini, kembali mewarnai hari-hariku yang seakan suram tanpa dirimu dan ya aku merasa Jungkook adalah orang yang tepat," lanjut Dahyun dengan sesekali sembari menyeka air matanya.

"Jadi maaf, aku tidak bisa menjadi kekasihmu, tapi—kita masih bisa bersahabat kan?" ujar Dahyun sembari tersenyum lembut, setelah menangis dan meluapkan segala isi hatinya, kini perasaanya jauh lebih tenang.

Seluruh perkataan Dahyun barusan tentunya menjadi tamparan keras bagi Taehyung, ia juga kembali menyesali kebodohannya karena tidak terus terang sejak lama. Tapi disisi lain, ia juga bahagia jika sahabatnya bahagia.

Taehyung mengulas senyuman hangatnya meski hatinya sakit.
"Tentu saja! Mari terus bersahabat!" balas Taehyung sambil menunjukan senyum kotaknya yang khas.

"Terimakasih Taehyung," balas Dahyun yang merasa tak enakan.

"Ya sama-sama, jika Jungkook menyakitimu kelak, aku akan jadi orang pertama yang akan memarahinya dan menghiburmu," ujar Taehyung.

"Dan, kalau kau putus kabari aku ya! Aku siap menjadi kekasihmu kapanpun itu aku akan menunggu selagi kau belum memiliki suami," lanjutnya membuat Dahyun mendengus kesal dan menepuk lengan Taehyung dengan keras.

"Yak jangan harap!"

"Dahyun, maafkan aku tapi aku harus pergi, maaf sudah membohongi mu selama ini..Aku mencintaimu kapanpun dan dimanapun, meski dimensi kita sudah berbeda nanti, aku tak akan pernah bisa melupakanmu." Jungkook menarik Dahyun yang sudah menangis tersedu-sedu itu ke dalam pelukannya dan mengecup keningnya lama.

"Tapi kau mau pergi kemana?" tanya Dahyun dengan lirih, namun yang ditanya hanya tersenyum lemah sembari menatap gadisnya dengan lamat.

Perlahan tapi pasti tubuh Jungkook mulai menghilang dan pudar, digantikan oleh serpihan cahaya berwarna merah yang seolah-olah menguap begitu saja.

"Tidaaak jangan pergi!!!" Dahyun terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah karena mimpi buruk nya itu.

"Astaga mimpi itu lagi?!" Dahyun mendengus kesal sembari mengacak-acak rambutnya. Pasalnya ini sudah ke sekian kalinya ia memimpikan mimpi yang sama.

"Apa jangan-jangan, ini juga salah satu dari kekuatanku bisa melihat masa depan melalui mimpi?" Dahyun sampai berpikir macam-macam saking seringnya ia memimpikan hal itu.

"Atau...ada sesuatu yang di sembunyikan Jungkook selama ini?"

Pagi-pagi sekali, saat Jungkook baru saja bersiap untuk pergi ke dapur untuk memasak sarapan, tiba-tiba ada suara ketukan pada jendela kamar nya. Kebetulan ia belum membuka tirai nya sehingga tidak tahu apa yang membuat suara bising di balik kaca nya itu.

Jungkook pun membuka tirai nya dan terkejut saat melihat penampakan Dahyun yang sudah berpenampilan rapih tapi santai sedang mengambang dengan sayapnya sembari mengetuk jendela miliknya. Jungkook segera membuka jendela nya dan Dahyun pun melesat masuk dan memeluk erat Jungkook tanpa aba-aba membuat mereka terjatuh dengan Dahyun yang menimpa tubuh Jungkook.

"Astaga Dahyun ada apa pagi-pagi begini? Kenapa kau tidak masuk lewat pintu saja kan sudah kuberitahu pasword nya," tanya Jungkook dengan raut khawatirnya, Dahyun masih setia menimpa Jungkook, bahkan kini lengannya memeluk erat lelakinya itu, ia sengaja menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jungkook. Jungkook berusaha untuk bangkit dan membenarkan posisi mereka menjadi duduk. Dahyun langsung berhambur kembali ke pelukan Jungkook dan kembali memeluknya erat.

"Kau aneh sekali pagi ini...ada apa hmm? coba ceritakan," tutur Jungkook lembut sembari mengelus pelan punggung Dahyun.

Dahyun mengurai pelukannya. "Kau menangis?" tanya Jungkook kaget, ia segera menangkup pipi Dahyun dengan kedua tangannya dan ibu jarinya pun bergerak untuk mengusap air mata yang mengalir di pipi Dahyun.

"Jungkook... jangan pergi!" Tangisnya bertambah kencang sesaat setelah ia mengatakan itu.

"Tidak, aku tidak akan pergi, aku ada disini dan tidak akan kemana-mana hari ini, aku akan menemanimu!" Jungkook mengecup kening Dahyun lama guna menenangkannya.

"Berjanjilah untuk tetap ada di sisiku selamanya!" Jungkook terdiam, ia cukup kaget dengan pertanyaan yang di lontarkan Dahyun barusan.

"Berjanjilah! kenapa kau diam saja?" jeritnya.

"A-aku tidak tau." Dahyun menghempaskan genggaman tangan Jungkook di pipinya dengan kasar.

"Kenapa kau ragu seperti itu?! Jujur kau akan pergi kemana?" jerit Dahyun.

"Aku tidak tau kedepannya akan bagaimana, masa depan siapa yang tahu kan?" balas Jungkook sembari menarik kembali Dahyun ke dalam pelukannya. Dahyun kembali menangis, ia menyadari bahwa perkataan Jungkook itu benar, tapi hatinya masih merasa kalau ada hal yang disembunyikan oleh lelaki itu.

"Ah maafkan aku..ini semua karena mimpiku..masalahnya bukan sekali dua kali aku memimpikan ini, di dalam mimpiku, kau menghilang begitu saja dan sebelum menghilang, kau mengatakan kalau kau akan pergi ke dimensi yang berbeda,” tutur Dahyun sembari terisak di dalam pelukan Jungkook.

‘Maafkan aku karena belum siap memberitahu mu,’ batin Jungkook.

“Kenapa kau meminta maaf ? Hal apa yang belum siap untuk kau sampaikan?” elusan tangan Jungkook pada punggung Dahyun terhenti. Ia terkejut dengan pertanyaan Dahyun barusan.

‘Dahyun membaca batinku!?’

Dahyun melepaskan pelukannya, lalu menatap Jungkook dengan tatapan penuh selidik. “Aku lelah dengan semua rasa penasaran ku! Jadi, cepatlah jujur padaku!”

'Sial aku terpojok!’

Plis aku bingung bgt sebenernya ngetik chap ini wkwk, itu anggep aja Jungkook tinggal sendiri di apartemen trs apartemennya ada jendelanya gitu 😭 pokoknya jangan di bandingin sm RL nya ya karena ini hanya cerita xixi...

Jangan lupa votement! Makaci 😅 maaf up nya lama hehe :) tp besok kayaknya aku mau up lagi, biar cepet selesai :'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro