Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7 : Kembalinya King

Pertarungan terus berlanjut. Bahkan, Neko sengaja mengalah dan enggan melawan.

"Satu-satunya cara untuk menghentikan Queen ataupun King adalah dengan pedang yang telah diwariskan oleh ayahmu."

Ucapan itu terngiang-ngiang secara mendadak di ingatan Neko. Mimpi bertemu neneknya, mungkin adalah jawaban yang selama ini ia cari.

"Zanbat!" tegas Neko yang membuat sebuah pedang keemasan hadir dalam genggamannya.

Disisi lain, Wataru dan Taiga tengah berusaha bangkit dengan melawan rasa sakitnya.

"Pedang Zanbat, ternyata anakmu mewarisinya, ya," ucap Taiga.

"Bukan itu yang aku lihat, Nii-san. Kemungkinan besar, Neko sudah menemukan caranya sendiri untuk menyelamatkan kakaknya," jelas Wataru.

"Tentu. Dan kita sebagai orang tua, harus membantunya, bukan?" ucap Taiga.

"Kivat!" ucap mereka secara bersamaan dan setelah mendapatkan wujud Kiva, mereka langsung membantu Neko untuk mengembalikan kesadaran Neko.

"Wake up!"

Sebuah lambang kiva berwarna hijau lumut muncul dari bawah kaki Neko dan berpindah tepat di belakang Hiiro. Tidak lama kemudian, sengatan listrik pun langsung menyambar yang membuat Hiiro tersentak dan menjerit kesakitan.

"Sekarang, Neko," ucap Wataru setelah menepuk pundak anaknya.

Kini, baik Wataru dan Neko telah memegang pedang zanbat. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Sesaat setelah diberikan setruman, ayah dan anak itu langsung melancarkan serangannya yang membuat Hiiro lepas dari wujud saga bersamaan dengan sebuah chip berukuran sedang.

*****

Kini, keheningan menyelimuti kediaman Kurenai. Hanya ada suara dentingan jam dan kepakan sayang kedua kivat yang sedikit mengisi suara.

Tidak lama kemudian, suara lenguhan Hiiro yang tampak kesakitan pun membuat mereka lebih khawatir.

"Kau tidak apa, Anakku?" tanya Taiga.

"Ayah?" ucap Hiiro yang berusaha mengontrol cahaya yang masuk ke matanya, "Iya, aku baik-baik saja. Hanya merasa sedikit sakit. Ah, Neko?"

Neko tidak mengatakan apapun. Ia langsung menerjang dan memeluk erat kakaknya yang sudah lama ia rindukan.

"Hiks ... Nii-san kejam," ucap Neko yang membuat Hiiro kebingungan. Sementara, Wataru dan Taiga hanya bisa tersenyum melihat kebersamaan itu.

"Kalian berdua, sangat dekat, ya," ucap Wataru yang tiada hentinya tersenyum.

Hiiro melepaskan pelukannya dari Neko dan menghapus air mata Neko, "Tentu. Karena, Neko adalah adikku satu-satunya. Dan juga satu-satunya yang tidak ingin aku lihat air matanya. Aku hanya ingin adikku tersenyum dalam kondisi apapun."

Ucapan Hiiro membuat Neko menjadi tersenyum, meskipun Neko sendiri masih ingin menangis dalam pelukan kakaknya.

"Itu baru anakku," puji Taiga.

"Omong-omong, mengapa kita ada di tahun dua ribu delapan?"

Pertanyaan Hiiro membuat Neko bungkam. Wataru pun mengalah ia menceritakan alasan Neko kemari. Dan betapa terkejutnya ia saat mendengar perlakuan kasarnya pada adiknya sendiri.

Hiiro menggenggam tangan Neko erat, "Neko, maafkan aku. Aku tidak sadar saat melakukannya."

Neko pun menggelengkan kepalanya, "Tapi, Nii-san. Tolong, bantu aku menyelamatkan Kaito Daiki."

"Kaito Daiki?"

"Dia ... kamen rider diend. Dia yang menjagaku selama Nii-san dalam pengaruh Queen. Dan dia juga yang menyarankan aku agar pergi menemui Ayah dan Paman."

"Memangnya, apa yang Queen inginkan sebagai gantinya?"

"Kivat. Queen menginginkan Kivat," jawab Neko mantap.

Hiiro langsung berpikir keras. Wajahnya tampak sangat serius dari sebelumnya.

"Ada baiknya kalian kembali ke dunia kalian terlebih dahulu untuk memperkirakan situasinya," saran Taiga.

"Bagaimana dengan Ayah dan Paman?" tanya Neko yang tampak tidak ingin berpisah.

Wataru tersenyum, ia menggenggam tangan anaknya, "Ayah akan baik-baik saja disini. Lagipula, masa depan akan datang kapan saja. Dan disitulah kita akan bertemu lagi."

Wataru mengelus surai anaknya dengan penuh kasih sayang.

"Paman Wataru, jika boleh ... izinkan kami bertemu Bibi Megumi dan Paman Nago."

*****

"Wah, sama sekali tidak berubah," gumam Hiiro sembari melihat sekelilingnya.

"Ah! Anak Wataru!"

Suara ramai itu membuat kedua kakak adik itu mengerti dan mendekati sumber suara.

"Bibi Megumi, Paman Nago. Kenalkan, ini kakak sepupuku, Nobori Hiiro. Anak dari Nobori Taiga, King Fangire," ucap Neko yang membuat Megumi semakin terkejut.

"Tampan sekali. Andaikan kalian bukan saudara, maka aku akan dukung kalian sebagai kekasih," ucap Megumi yang membuat kakak beradik itu melontarkan tawa secara bersamaan.

"Ada-ada saja pemikiranmu, Megumi," tegur Nago. Kemudian, dia menatap kakak beradik itu, "Bagaimana kabar anak kami disana?"

"Anak Paman Nago sangat ambisius dalam banyak hal. Termasuk merebut cinta adikku," ucap Hiiro yang kemudian merangkul Neko.

"Apa maksudnya?" tanya Nago.

"Mungkin saja, anak Nago-san ingin menjadikan Neko miliknya. Tetapi, anakku selalu menolaknya," jelas Wataru.

"Eh!? Dia ingin menjadikanmu menantu keluarga Keisuke!?" Megumi menjadi heboh dan tidak sanggup menahan keterkejutan yang ada di masa depan.

"Iya, seperti itu yang terjadi. Tapi, sebagai pengguna IXA, ia juga lebih mahir dibandingkan Paman Nago," ucap Hiiro yang langsung disenggol oleh Neko sebagai teguran.

Lalu, Megumi menggenggam tangan Neko dengan mata yang berbinar-binar, "Neko, jadilah menantu keluarga kami. Kami yakin, dia akan bahagia."

"Maaf, Bibi Megumi. Dia sudah aku anggap sebagai sahabatku dan aku tidak bisa menganggapnya lebih," ucap Neko yang membuat semangat Megumi menurun.

"Apa ada alasan lain? Apa karena kau Fangire dan anakku adalah manusia?" tanya Nago yang entah mengapa merasa tidak puas akan jawaban anak dari Wataru ini.

Neko bergeleng, "Sejujurnya, aku sudah jatuh pada seseorang yang lebih menjagaku dari Nii-san. Bahkan, dia juga berani bertaruh nyawa untukku. Meskipun mendadak, aku sangat menyukainya."

"Hei, siapa orang itu?" tanya Megumi dengan muka yang tampak di tekuk.

"Jangan bilang!" ucap Wataru yang dibalas dengan anggukan dari putrinya.

Megumi tampak menghela nafas, "Apapun pilihanmu, dia pasti sangat beruntung memilikimu."

"Tapi, kami kemari bukan untuk urusan perjodohan. Kami kemari ingin berpamitan dengan kalian. Ayah, Paman, terimakasih sudah membantu Neko untuk mengembalikan kesadaran ku. Paman dan Bibi Keisuke, terimakasih sudah membuat adikku merasa sedikit lebih tenang. Dan berikutnya, kami akan kembali ke masa depan," sela Hiiro.

"Um, sampai jumpa di masa depan," timpal Neko.

Kilauan cahaya mengisi kafe ini. Perlahan namun pasti, cahaya itu mengaburkan tubuh Hiiro dan Neko dari tempatnya saat ini hingga mereka benar-benar hilang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro