Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7

Perkuliahan sudah kembali dimulai, Iris segera memasuki lobi kampus dan berjalan ke arah kelasnya. Sol sepatu ketsnya bergesekan dengan lantai beton berwarna abu-abu yang dilapisi cat bening mengilat untuk memperkuat struktur dan membuatnya terlihat seperti "lantap siap pijak". Iris mengambil kuliah multimedia karena hobi fotografernya--di samping menulis.

Dari lobi utama ia berbelok ke kanan, menyusuri koridor yang terdiri dari jendela-jendela melengkung dan tembok bata merah. Meski Iris berkuliah di tahun 2017, di universitas ini waktu seakan berhenti di masa arsitektur viktoria klasik mulai terkenal. Dinding-dindingnya tidak terlalu dipenuhi ukiran, hanya beberapa tempat, sementara pintu-pintu dan jendela-jendelanya memiliki kepala setengah lingkaran. Ada dua jenis kaca yang dipasang di sana, antara lain kaca bening biasa dan kaca patri yang menghiasi kepala masing-masing kosen. Setelah berjalan sejauh lima belas meter, ia berbelok ke kiri, menyusuri koridor yang sisi kanan dan kirinya terbuka menghadap taman, dihiasi pilar-pilar penyangga yang kepala dan kakinya dipasang semacam ukiran yang menyerupai bentuk piring, masing-masing pilar yang berjarak tiga meter itu dihubungkan oleh struktur setengah lingkaran yang menahan atap beton di atasnya.

Berjalan lagi sejauh dua puluh meter ke depan, lalu berbelok ke kiri, di mana ada sebuah tangga yang menuntunnya ke kelasnya. Sisi kiri tangga itu dipenuhi jendela-jendela dengan setinggi dua kali lantai--sekitar enam hingga tujuh meter ke atas. Jendela-jendela itu juga dipasang kaca bening pada setengah tingginya, setengahnya lagi hingga pada kepalanya yang melengkung dipasang kaca patri warna-warni yang membiaskan cahaya matahari dapat masuk karena luasnya taman.

Sesampainya Iris di kelas, ia segera menghambur bahu Jane dari belakang dan tertawa.

"Selamat pagi!" ucap Iris.

"Pagi, kenapa bahagia sekali?" Jane membalas sambil menyangga kepalanya dengan tangan.

"Kemarin, sepulangnya kita dari berburu foto, Bibi marah besar padaku." Iris meletakkan tasnya lalu menghadap ke Jane yang duduk di sebelah kirinya. "Tapi kami segera berbaikan, gara-gara Paman sih." Iris terkekeh.

"Syukurlah, lalu ...." Jane mengarahkan pandangannya ke telapak tangan Iris.

"Ah, ini," Iris mengangkat telapak tangannya, "hasil pemeriksaan kemarin sore mengatakan ... tidak ada apa-apa, semua normal, hadirnya luka ini masih belum diketahui sebenarnya. Tapi mungkin aku dalam keadaan tidak sadar membenturkan tanganku ke ujung dipan, atau apapun benda keras di sekitarku."

Jane memicingkan bola mata birunya yang sama dengan Iris, antara perasaannya atau bukan, tapi menurutnya, noda hitam itu semakin melebar. Ia menanyakannya, tetapi Iris menampik kalau Jane salah lihat.

"Rasanya dari kemarin juga segini," dalih Iris.

Pembicaraan mereka berhenti saat dosen memasuki kelas mereka. Entah kenapa, Jane merasa familiar dengan bentuk noda di telapak tangan Iris. Lebih seperti ... bentuk 'itu'. Kemudian, ia jadi ingat hasil rapat kemarin, ini saatnya ia turun ke lapangan.

Targetnya, Paman dan Bibi Iris.

*

"Tebak siapa yang berhasil memadamkan Tekhne?" Seluruh mata di ruangan itu memusatkan pandangannya pada anak berusia empat belas tahun bernama Lucy yang sudah duduk di ujung meja.

"Matthias, segera ceritakan!" Jane melihat pria yang membawanya tadi berdiri dari meja dengan penuh senyum kebanggaan. Kunciran rambutnya ikut bergetar saat pria bernama Matthias itu berdeham, ia meletakkan dua batang seruling di meja.

"Meski banyak dari pasukan kita yang gugur, termasuk ajudanku--Sophia. Namun, kemenangan telak berada di tangan kita. Semalam, kita berhasil menyiram Tekhne dengan campuran darah kita semua, dan salah satu mata dari Hestia telah kita butakan. Kekuatan Hermes akan segera mengendur, begitu pula ...," ia menarik napas panjang dan senyum yang lebar, "begitu pula para pasukan dari Elpis Commander."

Seluruh ruangan bertepuk tangan dan menarik senyum, tak terkecuali Jane. Tidak bisa ia sangka, rencana sebesar itu akhirnya berhasil dilaksanakan.

"Selamat kepada kita semua!" teriakan Matthias memenuhi ruangan besar itu, bercampur baur dengan suara riuh tepuk tangan mengapresiasi misi mereka.

Matthias kembali duduk di kursinya, Lucy lalu mengisyaratkan dengan tangannya pada kakaknya, untuk menyiapkan perangkat proyektor.

"Rencana pertama sudah dilaksanakan," ujar Lucy sambil menunggu peralatan proyektor selesai disiapkan. "Lalu, surat Hermes datang saat kita menaklukkan Akropolis, langsung berada di tanganku."

Seluruh ruangan hening, menunggu dirinya selesai berbicara.

"Hermes mengatakan bahwa Pembawa Anugerah Artemis--siapapun itu--berada di London." Jane tercekat, lawannya berada sedekat itu dengan dirinya.

"Nah, silakan jelaskan, Kak!" Lucy menyilakan kakaknya mengambil alih pembicaraan.

Perempuan berumur tujuh belas tahun berambut pirang panjang itu berdeham. Ketika proyektor sudah menyala dan rangkaian misi terlihat di layar, suaranya yang tinggi mulai terdengar.

"Karena surat Hermes yang menyatakan bahwa Pembawa Artemis berada di London, aku segera menyusun rencana untuk membagi kita semua," Ia mengedarkan pandangannya ke lima orang yang duduk di sekitar meja, lima orang yang akan dipilih, "menjadi dua tim".

"Lisa, Michael, dan Jane akan melaksanakan misi 2A."

"Apa itu?" Seorang laki-laki yang mempunyai tato di lehernya--dan Jane dapat melihat bekas cupang yang masih memerah di sana--bertanya.

"Menculik senjata terkuat Elpis Commander." Lucy memotong pembicaraan. "Mereka berdua--sebenarnya, berempat, memutuskan untuk undur dari satuan pasukan dan menghilangkan aura sihir mereka. Para anggota pasukan masih dapat melihat mereka, tetapi mereka tidak bisa merasakan energi sihir dari 4 orang terkuat ini." Lucy melanjutkan.

Gambar di layar proyektor berganti menjadi foto laki-laki dan perempuan, status mereka tertulis suami-istri.

"Dua orang pertama yang terkuat sebenarnya direncanakan untuk diculik sekitar empat belas tahun yang lalu. Misi penculikan oleh para pengasuh kita berhasil dilaksanakan, tetapi dua orang itu memutuskan meledakkan diri di dalam mobil sehingga kita tidak dapat memanfaatkan mereka," jelas kakak Lucy.

Gambar di proyektor berganti menjadi sepasang suami-istri yang lain, di sana tertulis nama Rudolf Sinclair yang bekerja sebagai polisi lokal di London untuk laki-laki tua bercambang tipis yang mulai beruban dan nama Stephanie Brooke untuk wanita kurus dengan tulang rahang yang membuat kepalanya cenderung berbentuk segitiga terbalik, untuk kali ini, rasanya Jane kehilangan oksigen untuk bernapas--terasa dipaksa lepas dari udara di sekitarnya.

Itu adalah paman dan bibi Iris.

"Ini adalah dua orang terkuat kedua. Tuan Rudolf Sinclair adalah pembawa anugerah Hefaistos, palunya dapat meremukkan tubuhmu dalam sekali pukul.

"Sementara itu, Nyonya Stephanie Brooke membawa anugerah Kharites, dia adalah penyihir terkuat di divisi sihir Elpis Commander--menurut laporan intel yang kudapatkan."

Jane masih tidak percaya pada apa yang di hadapannya, Iris adalah anak dari pasangan orang terkuat di Elpis Commander, bahkan bibi dan pamannya yang sekarang mengasuhnya juga pasukan terkuat ... lalu, apakah ini ada pengaruhnya dengan noda hitam di tangan Iris? Apakah Iris juga akan menjadi musuhnya.

"Lalu, jelaskan misinya," ujar seorang wanita yang rambutnya digelung menggunakan tusukan rambut, hidungnya ditindik satu dan dia memiliki kelebihan dengan tubuh molek dan "buah terlarangnya" membuat wanita manapun pasti ingin memilikinya. Di lehernya juga terdapat tato, Jane mengenal mereka--pemilik tato di leher--sebagai si kembar McValley, Michael dan Monalisa.

"Mudah saja, Kembar McValley dan Jane akan menyusup rumah pasangan ini. Lalu sekap mereka dan segera culik, minimalisir sihir sehingga aku tidak perlu menggunakan azimat untuk memanipulasi mereka--bantulah divisi sihir, oke?" Tiga orang yang dipilih mengangguk paham.

"Kode untuk misi 2A: Proyek Centaurus." Lucy menyeringai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro