Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36

Iris berjalan dengan sebuket bunga di tangannya, menuju sebuah ruangan berpintu kaca yang salah satu dindingnga ditutupi tirai putih, mengaburkan pemandangan Yunani yang kembali memutih.

Salju turun di pagi hari di Athena, benar, Iris kembali ke Athena setelah pertarungan antara Nyonya Rose dan Master. Iris masih mengingat betapa akhirnya dia berujung menjadi gadis yang lagi-lagi tidak berguna, kekuatannya bangkit, tapi sihir pengunci milik Nyonya Rose tidak dapat membuatnya berkutik. Ia, Leo dan Chelsea hanya bisa meraung-raung dan memberontak saat Nyonya Rose meluncur ke bawah.

Wanita paruh baya itu kalap menyerang Master setelah mereka sempat berbincang beberapa saat. Namun, Master tak perlu mengeluarkan sihirnya, segera saja saat Nyonya Rose melempar belatinya ke tanah, tanduk Rudolf menyala mengeluarkan sinar ungu kehitaman, matanya pun semakin memutih. Nyonya Rose baru kali ini melihat rupa Rudolf yang mengerikan, ia melihat perut manusia lelaki itu dijahit dengan perut kuda, matanya yang memutih dan tanduknya yang menyala membuat wanita itu berkesimpulan bahwa Rudolf sudah mati, dan raganya sekarang bisa dikendalikan oleh orang lain.

"Kau apakan Rudolf? Apa kau yang mengontrolnya?"

"Rudolf adalah masterpiece dari kami, dan tentu saja yang mendapat hak istimewa untuk mengendalikan Rudolf adalah istrinya sendiri," jawab Master.

"Stephenie? Apakah berarti ia juga dikendalikan?" Mulut Master sedikit mengulas senyum di sudut bibirnya.

"Jadi, kapan kau akan menyerang?" tanya Master sembari mengangkat kedua tangannya.

"Keparat tua bangka sialan!" Nyonya Rose mengarahkan jarinya ke depan.

Sebentuk lingkaran sihir tercetak berceceran di tanah, Rudolf maju menyerang, sementara para pemuda dan pemudi terikat di lantai atas tanpa bisa keluar.

Dari lingkaran sihir berwarna emas milik Nyonya Rose, sebentuk sulur berdiameter seperti kabel muncul dari dalam tanah dengan kelopak mawar dan duri yang menjadikan sulur itu memiliki alat untuk melukai setara dengan ditebas oleh pedang. Sulur mawar itu mencambuk Rudolf, tapi Rudolf segera memotongnya menggunakan pedang dan berkelit dengan empat kaki kuda miliknya.

Mendekati Nyonya Rose, Rudolf mengayunkan pedangnya dari belakang kepala ke depan, bilah tajamnya menyabet udara kosong karena Nyonya Rose dengan lihai melempar tubuhnya ke samping. Ia arahkan lagi lengannya ke depan, lima buah lingkaran sihir kembali tercecer dan mengeluarkan sulur-sulur berduri dan kelopak mawar yang segera menjerat kedua tangan manusia milik Rudolf.

Centaurus jejadian itu segera mengamuk, berteriak menjerit-jerit. Nyonya Rose segera memanfaatkan itu dengan maju menyerang Master. Master tak kehabisan akal, ia juga mengarahkan tangannya ke atas, teracung ke langit dan lingkaran sihir tercetak tepat di atas Rudolf, sebuah pedang sepanjang enam puluh sentimeter dengan rantai panjang turun dari lingkaran itu, bilahnya memotong sulur-sulur milik Rose yang menahan Rudolf hingga Rudolf bebas dan bergerak menuju Nyonya Rose.

Master berteleportasi tepat sebelum sulur mawar berduri milik Nyonya Rose menjerat dan memotong kepalanya hingga putus. Nyonya Rose yang terkejut karena Master berpindah tempat ikut melihat bahwa Rudolf dengan kecepatan kuda berlari ke arahnya. Ia mengarahkan tangannya ke belakang tubuh, memunculkan kelopak bunga mawar raksasa dan menyabetkannya ke Rudolf hingga lawannya itu terlempar.

Nyonya Rose kembali maju menyerang Master, Master mengeluarkan lingkaran sihirnya dan membuat pedang-pedang rantai muncul dari belakang tubuhnya memelesat menuju ke Nyonya Rose. Wanita itu menundukkan kelopak bunga mawar di depannya sehingga seluruh pedang hanya menembus kelopak itu. Master memicingkan matanya, hingga sebuah tusukan menembus dada kanannya.

Di belakangnya, tangan keriput Nyonya Rose bergetar menggenggam belatinya yang menusuk dada kanan Master. Rudolf sudah berdiri kembali dan berderap menuju Nyonya Rose, wanita itu segera melepas belatinya, membiarkan tubuh Master jatuh tersungkur. Tangannya yang berkeriput terulur dan rambutnya yang memutih berkibar, ia mengarahkan sulur mawar membelit seluruh tubuh Rudolf, serangannya setara menusukkan ratusan jarum sekaligus ke tubuhnya, lalu ia menarik sulur itu dan mengakibatkan ratusan luka baret yang membuat Rudolf tak sadarkan diri.

Terakhir, Nyonya Rose menancapkan pisaunya tepat ke jantung Master, tanpa berucap apapun, tubuhnya yang menua juga mulai tersungkur. Sihir penguncinya hilang, Leo segera menyusul terjun dan Iris dibantu dengan Chelsea juga terjun menyusul Nyonya Rose dan tubuh Master serta Rudolf.

Di sinilah Iris sekarang, di ruangan yang dijadikan rumah duka sementara, di sana terbaring dua jasad seorang pria. Di salah satu brangkar tertulis nama "John Maddison" dengan jabatannya tertulis Master Elpis Commander London. Alasannya menjadi pengkhianat tidak diketahui sampai sekarang karena Nyonya Rose keburu menghabisinya. Di tempat lain, di sebuah meja terdapat vas kecil yang bersemayam abu pamannya, adalah Master ECHQ yang memutuskan bahwa jasad Rudolf akan dibakar, karena setengah badannya yang lain tidak ditemukan, tetapi prosesi pemakamannya akan dilakukan dengan khidmat--kecuali sang pengkhianat.

"Iris." Iris menengok ke belakang, ke empu suara yang memanggilnya.

Iris menemukan Nicholas berjalan ke arahnya dan meletakkan sebuket bunga tepat di sebelah buket bunga miliknya.

"Kau mengenal pamanku?" tanya Iris.

"Tidak, tapi aku mengetahuinya, karena aku Hermes." Nicholas tersenyun hangat.

"Boleh aku memastikan suatu hal padamu?" Nicholas dengan masih mempertahankan senyumnya, mengangguk pada Iris. "Di perang nanti, kita akan menjaga Tekhne ketiga dan Guci Pandora, apa jadinya jika pihak lawan yang berhasil merebut kedua benda itu?"

"Berarti mereka mendapat kendali penuh untuk menata dunia sesuai kehendak mereka. Oh omong-omong, Tekhne hanya bisa dipadamkan, tidak bisa direbut."

"Kendali dunia ya ...." Iris bergumam dan Nicholas mengangguk mengiyakan.

"Mari kita ibaratkan Guci Pandora sebagai komputer. Secara teknis, komputer ini mengatur jalannya data di dalamnya, seperti itu. Guci Pandora mengatur kehidupan, terutama para pendosa dan kesatria harapan, mereka akan terus lahir, berperang, mati dan begitu seterusnya. Kuingin pastikan satu hal padamu, apakah kau pernah melihat suatu keping mimpi yang ... terasa berbeda? Saat kau melihatnya, kau langsung tahu bahwa itu bukanlah dunia tempat tinggalmu, kau melihat banyak orang yang berbeda-beda."

Iris berpikir sambil mengulangi kalimat yang disampaikan oleh Nicholas berulang-ulang di dalam kepalanya. Melihat dunia yang benar-benar asing ....

"Ah! Iya! Aku pernah melihatnya sekali. Aku melihat seorang pria berkacamata yang membawa trisula, melawan beberapa orang yang memakai tudung hitam ... kurasa?"

"Sekali?" Nicholas memicingkan matanya, Iris mengangguk meyakinkannya. "Hal itu wajar terjadi, yang tidak wajar adalah kenapa itu hanya terjadi sekali, harusnya berkali-kali mengiringi bangkitnya kemampuanmu, apakah itu efek sihir pengunci memori dari bibimu?" Ia bergumam sendiri.

Tidak tahu jawabannya, Iris memutuskan terdiam memandangi foto pamannya yang diletakkan di belakang vas kecil.

"Yah, komputer tua memang perlu perbaikan ... atau tidak ...."

Iris melengos, "Komputer tu--"

"Kau mau ikut aku untuk menjenguk Nyonya Rose?" Nicholas memotong pertanyaan Iris.

Iris terdiam sebentar, "Kurasa tidak, ada Leo di sana dan aku ingin memberinya ruang untuk sendiri. Aku merasa tidak berguna saat yang membawa pamanku kemari adalah dia, sekarang dia terbaring dan entah kapan ia akan bisa pulih karena sihir menguras usia hidupnya."

"Aku cukup terkejut bukan kau yang membawa pamanmu, tapi kurasa, melihatmu tidak mendendam pada Nyonya Rose--tunggu, kau memang tidak dendam kan?" Iris menggeleng menjawab pertanyaan Nicholas.

"Sebaliknya, aku merasa menyesal karena aku, Nyonya Rose sampai mengorbankan dirinya."

"Kalau begitu, pikirkan baik-baik untuk mengubah dirimu menjadi kuat, waktu berjalan, Iris. Perang semakin dekat, kau sendiri yang akan memutuskan dirimu untuk mati, atau terus bertahan." Nicholas berjalan ke luar, meninggalkan Iris yang terdiam memandangi foto pamannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro