Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

35

Lagi-lagi, belum sempat Iris menyuap sarapannya, sebuah panggilan suara dari EC London tiba-tiba saja memasuki saluran panggil di dalam ruang rapat. Sebelum Master ECHQ Athena mengangkat panggilan itu, Nicholas sempat menyeringai lagi.

"Aku sarankan kau memasukkan panggilan itu ke mode loudspeaker." Nicholas menyeruput sup asparagusnya dengan khidmat.

"Halo," sapa Master setelah menyetujui saran Nicholas untuk memasuki mode pengeras suara.

"Halo." Sebuah suara yang terlalu terdengar seperti disamarkan dengan menaikkan pitch-nya.

"Siapa di sana?" Master ECHQ Athena bertanya lantaran suara yang nadanya sudah diubah itu benar-benar tidak familiar di telinganya. "Dan, bagaimana kau dapat memiliki akses untuk menelepon ke kantor pusat?" Kali ini semua orang ada dalam sikap waspada, kecuali Nicholas dan Sup Asparagusnya.

"Siapa aku bukanlah urusanmu, tetapi kehancuran pasukan harapan sudah tak dapat dibendung—"

"Apa maksudmu?!" Master ECHQ menggebrak meja.

"Kembalilah ke London tanpa membawa siapapun dari luar, temui dan lawan aku atau harapan di London akan sirna, tetapi tenang saja karena kalian pasti akan kalah."

Sambungan diputus sepihak setelah kalimat itu selesai diucapkan. Nicholas dengan lihai mengartikan kalimat itu sebagai "penyerangan EC London". Masih dengan menyuap sup asparagusnya, ia menyarankan agar empat orang yang berasal dari London harus kembali tanpa campur tangan dari pihak pusat.

Tentu saja Ares tidak setuju, itu terlalu berisiko.

"Sesuatu itu semuanya berisiko, Komandan. Dan, memangnya kenapa, kau meragukan kekuatan tentaramu sendiri?" pertanyaan yang disampaikan Nicholas dengan santai itu membungkam Ares dengan telak. "Kepercayaan akan kekuatan pasukan dibutuhkan dalam perang, Ares. Memangnya, dengan tidak menuruti permintaannya--dalam hal ini, kalian semua datang ke London--itu tidak berisiko? Bagaimana kalau ia segera menghancurkan markas EC London tanpa basa-basi saat mengetahui kalian semua datang tanpa mematuhi perintahnya?"

"Berarti dia pengecut, dia memilih menghancurkan dirinya sendiri sebelum berhadapan dengan kami. Lalu, kami akan selamat--"

"Bagaimana dengan pasukan London, bagaimana kalau ia ikit hancur bersama Mr. X yang menelepon kita tadi?" Nicholas memotong ucapan Ares, sekali lagi membuat Ares bungkam.

"Baiklah." Ares mendesah pasrah.

Setelah perdebatan sengit antara penikmat sup asparagus dan komandan pasukan selesai dengan kepasrahan sang komandan, rombongan EC London memutuskan untuk dikembalikan sementara. Nicholas juga menyatakan alasan lain untuk menahan kesatria utama ECHQ Athena, yakni, ada kemungkinan penyerangan ke ECHQ Athena sementara EC London hanyalah pengalihan. Praduga Nicholas ada benarnya, Ares dan Altair segera memelesat untuk mengumpulkan pasukan dan bersiap diri.

"Jangan kendurkan juga penjagaan di sekitar Pilar-Pilar Herkules," ujar Nicholas sebelum EC London kembali dinaikkan ke helikopter.

"Ah, Iris, satu lagi, jika kau bertemu dengan pamanmu ... kau harus bersiap, seluruh keputusan ada di tanganmu." Nicholas memasang ekspresi serius, Iris sempat mengerjap karena tak menyangka bahwa Nicholas akan mengatakan seperti itu.

Namun, Iris mengangguk, dan ia segera menuju tempat duduknya. Sekarang, di sinilah Iris berada, bersama Leo dan Chelsea serta Nyonya Rose di dalam helikopter yang akan mengantar mereka menuju London.

*

Helikopter perlahan mendarat turun setelah terlihat landasan udara yang ada di atas hotel Daedalus. Chelsea melihat bahwa di sekitar Hotel Daedalus telah disterilkan oleh polisi. Mobil polisi yang terdekat menyalakan pengeras suara untuk memperingatkan mereka agar menjauh dan tidak diperbolehkan mendarat di atas hotel.

"Apa yang terjadi? Kenapa ada polisi?" tanya Nyonya Rose yang mewakili keheranan Chelsea.

Tak mengindahkan peringatan polisi yang digaungkan berulang-ulang, helikopter segera menapak di lantai bersimbol huruf H yang dicat hijau dan kuning.

"Aku punya firasat buruk, persiapkan senjata kalian," ujar Leo.

Leo turun duluan dan mengeluarkan trisula andalannya, Chelsea mengekor di belakangnya dan tahu-tahu sudah menggendong lira, Nyonya Rose turun dengan membawa sebilah belati berukuran empat puluh sentimeter, Iris mengumpulkan konsentrasinya untuk memunculkan busur Artemis miliknya. Setelah busur berwarna emas itu muncul di genggaman tangannya, ia menyusul turun.

Leo memperingatkan para perempuan untuk bergerak di belakangnya dan menjaga jarak agar tidak terlalu jauh. Mereka berderap ke sebuah pintu yang mengarah pada tangga darurat, satu-satunya akses yang dapat mereka capai dari roof top hotel untuk memasuki lantai per lantai di dalam hotel.

Belum sampai mereka turun sebanyak lima lantai, mereka bertemu dengan tiga orang pasukan EC yang terluka dan sedang bersandar di dinding. Nyonya Rose meraih tangan mereka dan bertanya tentang apa yang terjadi.

"Pengkhianat ... ada pengkhianat di sini ...." Salah satu pasukan itu terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Iris mendekat dan menawari bantuan, tetapi pasukan itu melarangnya.

"Hemat sihirmu, tekhne kedua sudah padam ... lawan mereka."

"Siapa?" tanya Leo.

"Pasukan ... Centaurus."

Chelsea meneguk ludahnya, lalu ia menimpali dengan satu pertanyaan yang membuat mereka terkejut. "Siapa pengkhianatnya?"

"Banyak ... salah satunya ... Master."

"Tidak mungkin." Nyonya Rose segera beranjak dan memelesat pergi.

Leo segera menyusulnya, begitu pula Iris dan Chelsea. Selama perjalanan mereka menerobos koridor demi koridor, mengusahakan untuk meminimalkan penggunaan sihir mereka, jadi dengan kekuatan fisik dan ketajaman senjata mereka, pasukan-pasukan Centaurus berhasil diserbu oleh mereka. Iris berusaha berkelit sebaik mungkin karena ia satu-satunya yang tidak membawa senjata tajam, Chelsea memilih untuk menghilangkan liranya sebelum mengambil belati yang sama persis dengan milik Nyonya Rose dan kadang ikut melindungi Iris.

Tujuan mereka hanyalah satu, tempat di mana Master sekarang duduk sambil mengamati CCTV. Di ruangan rapat. Pria tua itu hanya memasang ekspresi datar pada segerombolan pasukan Centaurus yang menerobos mengobrak-abrik hotelnya, tak masalah, ia punya cukup uang untuk menggantinya, atau membangun usaha baru lagi. Matanya mengerling pada salah satu layar, di sana berdiri seorang pria dengan badan setengah kuda dan dan sepasang tanduk banteng di kedua sisi kepalanya.

"Rudolf," gumamnya.

Matanya ia alihkan lagi ke salah satu layar, CCTV di lantai tiga puluh. Diam-diam, Master menguji mereka yang cepat turun. Ah, sepertinya tujuan mereka adalah kemari, Master menggunakan teleportasi dengan sekali jentikan jari dan ia sudah mmendarat di bagian tengah yang membagi Hotel Daedalus menjadi dua masa bangunan.

Rudolf juga berlari mendobrak kaca dan mendarat dengan sempurna di tanah, keempat kaki kudanya berderap ke samping Master. Master mencari sedang sampai mana mereka sekarang, ketika matanya menemukan bahwa bereka berempat sedang ada di lantai 25, ia menjentikkan jarinya dan membuat molekul-molekul udara bergetar. Kaca gedung yang ikut bergetar mendistraksi konsentrasi Nyonya Rose, ia memandang kaca dan melihat Master serta Rudolf ada di bawah.

"Pecah." Nyonya Rose mendesis.

Kaca-kaca gedung bergetar, retak-retak menjalar dan kaca itu pecah.

"Kalian di sini." Nyonya Rose mengunci mereka bertiga untuk tetap berdiam di tempat dengan sihirnya. "Hemat sihir kalian, Master urusanku, dan Rudolf, akan kubawa dia kemari, Iris."

Wanita paruh baya itu meloncat dan melayang turun dengan menggunakan lingkaran sihir berwarna keemasan di bawah kedua kakinya. Ia berhadapan dengan Master yang membekukan ekspresi wajahnya, pun tidak jauh berbeda dengan pandangan kosong milik Rudolf.

"Jadi, kau pengkhianatnya." Nyonya Rose tersenyum miring. Anggukan Master tetap saja membuat dirinya terkejut, tapi ia segera mengubah mimiknya.

Dari atas, Leo, Iris, dan Chelsea memberontak. Namun, Pengunci tubuh adalah sihir tingkat menengah yang jika digunakan terus menerus juga sama sama berefek fatal bagi penggunanya.

Nyonya Rose mendesah, menahan air matanya untuk turun, lalu ia berujar. "Jadi, di sinilah akhirnya ya ... bagi cinta kita."

*
Music: Battle Spirit
By: Sky Mubs

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro