Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15

Berenike memainkan jari-jemarinya gelisah, kontras dengan wajah dinginnya yang hampir tanpa ekspresi.

Gadis berpupil hitam itu memandang tajam pintu kaca berstiker buram di depannya. Posisinya sebagai sekretaris dari Master ECHQ--Elpis Commander Pusat--Athena membuatnya harus ikut ke manapun Master pergi dalam rangka merangkap asisten dan sekaligus kepala surat menyurat antar divisi maupun antar pusat komando.

Sesekali ia menunduk, mendesah gelisah dan sesekali merapikan rambut hitam sebahunya yang sedikit keriting ke belakang telinga. Lalu, kembali memainkan kuku dan jari-jemarinya.

Warna pakaiannya kali ini senada dengan pupil dan rambutnya, gaun sederhana sepanjang lutut. Sebenarnya, seluruh pasukan di divisi ECHQ Athena diwajibkan memakai pakaian hitam selama tujuh hari untuk berkabung, mengenang pasukan yang gugur selama Pertempuran Akropolis yang terjadi dalam semalam. Padamnya Tekhne, rasanya, sedikit demi sedikit mulai memengaruhi kekuatan para penerima anugerah--Berenike merasakan kekuatan pemanggilannya sedikit melemah, tidak mengganggu, tetapi cukup membuatnya terkejut bahwa efek padamnya Tekhne berpengaruh sangat cepat. Gadis itu belum mengonfirmasi apakah hanya dia yang mengalami penurunan kekuatan.

Pintu kaca di samping Berenike bergeser terbuka, lalu seorang laki-laki berambut coklat kemerahan dengan baju crop top yang hanya menutupi setengah tubuh bagian atasnya masuk. Atasan ketat berlengan panjang itu menunjukkan otot perut dan bentuk punggungnya yang sempurna karena dilatih saat tahu bahwa ia Penerima Anugerah Ares. Latihan fisik khusus komandan memang lebih ketat dan lebih berat, itulah alasannya mengapa ia harus berpisah dengan saudara kembarnya yang berada di markas cabang London. Baju setengah badan berwarna hitam itu ditahan suspender emas yang diikat pin berlogo berwarna senada di bagian dadanya. Berenike melihat suspender itu bersilangan di bagian depan, dan membentuk huruf Y di belakang punggungnya. Gadis itu tidak melihat perban di lengannya yang mengalami luka tusuk enam hari lalu di Akropolis, ia berasumsi bahwa perban itu ditutupi oleh lengannya.

Kemudian, dari belakang lelaki itu menyusul seorang gadis berambut hingga menyentuh punggungnya, sejumput rambut hitam di belakang telinganya dikepang. Ia memakai gaun hitam sederhana sepanjang mata kaki, dan tidak ada riasan lain lagi selain riasan wajah tipis yang wajar ada.

"Ares, bagaimana lenganmu?" tanya Berenike sambil beranjak dari kursi.

"Sudah lebih baikan karena terapi rutin," jawab Ares yang menoleh padanya. Berenike menunduk dan siap mengatakan sesuatu. "Jangan meminta maaf lagi, Berenike, ini tanggung jawabku, aku yang memecah pasukan untuk berjaga di dua tempat. Kehadiranmu membantu kami tidak pernah bisa dikatakan terlambat."

"Artinya, kehadiran kita cukup membantunya." Gadis di belakang laki-laki itu memeluk Berenike dari samping, berusaha menenangkannya, laki-laki itu tersenyum simpul.

"Kok ... kau tidak memelukku? Altair ...." Suara menggoda beraroma anggur menyeruak di tengah Berenike dan si gadis yang dipanggul Altair.

Altair segera berbalik, melepaskan tangan dari bahu Berenike sambil mendorong tangannya untuk siap menampar siapapun yang ada di belakangnya. Namun, tangannya berhasil ditahan oleh seorang pria di umurnya yang segera menuju ke umur dua puluh tujuh tahun.

"Jangan jahat-jahat , Bu Wakil Komandan." Laki-laki itu menyeringai.

"Hentikan seringaianmu dan lepaskan tanganmu Om-om genit!" Altair menarik tangannya dan kembali ke sisi Ares.

"Tuh, kan, sudah dibilang aku belum bisa dipanggil om." Ia mengangkat kedua bahunya pasrah. "Tapi, ya entahlah jika aku sudah punya kharisma setinggi pria matang, maka aku akan berterimakasih." Laki-laki dengan kepercayaan diri tinggi dan berbicara dengan nada kemayu itu menyibakkan rambut panjang sebahunya yang dikucir.

Altair berpura-pura muntah, Ares menggeleng sambil memijat pangkal hidungnya, Berenike terkikik geli.

"Kau tidak pernah putus asa menggoda Altair ya, Iason?" tanya Berenike di sela-sela kikikannya.

"Habis, ini salah orang tua Altair, karena Altair terlahir sebagai wanita idamanku." Berenike mendengkus dan Altair benar-benar risi.

"Sayangnya kau terlahir lebih dulu dan sudah terlalu tua untuknya," timpal Ares.

"Diam kau. Komandan sibuk sepertimu, mana tahu soal asmara." Iason bersedekap. "Eh omong-omong soal asmara, bagaimana kabar lenganmu?"

"Sudah baikan, terima kasih sudah bertanya, Pak Tua," jawab Ares tanpa tawaan.

"Ya, ya, 'Pak Tua' ini cukup bersyukur," ujar Iason yang menahan amarahnya untuk Ares.

"Tunggu, bagaimana kau tadi masuk ke ruangan ini? Teleportasi?" Berenike kembali teringat akan kemunculan Iason yang tiba-tiba tadi, anggukan Iason membuat rasa penasaran Berenike terjawab.

Pintu kaca di depan mereka bergeser terbuka, Master ECHQ yang bagian depan kepalanya botak memersilakan mereka semua masuk ke ruangan itu. Ia duduk membelakangi layar LED yang bertuliskan ECHQ Athena. Tangannya telungkup di bawah hidungnya, sedikit menutup kumis, mulut, dan jenggotnya.

"Selamat pagi." Master membuka pembicaraan di ruangan berukuran empat kali enam meter itu.

Keempat orang yang hadir itu menjawab setelah mengambil tempat duduk masing-masing.

"Bahasan kali ini adalah ... yang pertama datang dari London." Master membuka tabletnya, menyambungkan sebuah rekaman video ke layar LED di belakangnya. Lalu menyingkir menggunakan dorongan kakinya ke kursi roda.

"Sebagaimana yang kalian lihat, ini adalah pembicaraanku dengan Master pusat komando cabang London. Mereka yang mendapat surat dari Hermes mengenai Anugerah Artemis--semoga kalian masih ingat."

Berenike tentu saja masih mengingat soal laporan itu, juga, bagaimana nantinya misi-misi pencarian anggota di London karena pembawa Anugerah Artemis yang jejaknya sulit dilacak.

"Cabang London baru saja mengabariku bahwa sepertinya mereka menemukan terduga pembawa anugerah itu." Pernyataan Master membuat keempat orang lain di depannya tercengang dan merasa antusias. "Ingat, masih terduga."

Master kembali ke meja dan menghentikan video rekaman pembicaraan. Ia membuka berkas lain yang berisi foto-foto kiriman dari Elpis Commander cabang London. Mereka dapat melihat seorang gadis yang tertidur di kamar rumah sakit, di kepalanya terdapat perban yang melilitnya, serta cairan infus yang sudah menancap di punggung tangannya.

"Gadis asal London ini berusia sembilan belas tahun, status yatim piatu, dan tinggal dengan paman dan bibinya. Di malam ulang tahunnya yang kesembilan belas itu, mereka diserang. Paman dan bibinya berhasil diculik oleh Para Pendosa, sementara itu, gadis ini," Master berbalik menghadap layar, "gadis ini mengalami kecelakaan hingga seharian ia tidak sadar."

Ke empat orang yang menghadap layar itu memerhatikan gadis berambut pirang sambil menyimak sedikit biografinya.

"Paman dan bibinya yang diculik adalah," Layar LCD bergeser, mengubah foto Iris menjadi foto seorang pria dan perempuan.

Pria itu bernama Rudolf Sinclair, dan si wanita yang merupakan pasangannya bernama Stephenie Brooke.

"Mereka adalah pasukan terkuat di Elpis Commander Cabang London sebelum mereka memutuskan undur diri dari satuan. Lalu menipiskan aura sihir mereka. Ada banyak kemungkinan yang bisa diambil." Master mengedarkan pandangannya, "Pertama,  para pendosa bisa melakukan apapun dengan kedua tubuh terkuat milik satuan kita.

"Kedua, para pendosa menculik kedua orang ini karena kedua orang ini tahun siapa pembawa anugerah Artemis. Ketiga, anak yang mereka asuh adalah pembawa anugerah itu sendiri."

Seluruh ruangan senyap, aura yang menguat terasa semakin serius dan intens. Master menggeser lagi fotonya menjadi foto penuh dari punggung tangan yang sepertinya milik gadis yang sedang terbaring itu. Terdapat noda hitam tak beraturan di sana, Altair segera menyadarinya.

"Sihir pengunci? Mustahil, itu sihir yang sangat kuat untuk digunakan, stabil atau tidaknya saja dipengaruhi oleh kekuatan penyihir yang merapal mantranya." Altair berkomentar dan Master mengangguk.

"Menurut laporan mereka, salah satu yang bisa menggunakan sihir ini adalah Stephenie Brooke, bibi dari gadis yang sedang terbaring tadi--sekaligus empu dari noda hitam itu--yang berhasil diculik," ujar Master.

Altair terdiam, entah kenapa, semua kemungkinan yang disebutkan Master suatu saat akan terwujud. Bibi gadis itu pasti sekarang sudah dianggap sebagai harta karun oleh pihak lawan, sementara gadis itu ....

"Jika gadis ini hanyalah gadis biasa, tidak wajar seorang penyihir terkuat akan turun tangan mengunci ingatan dan mungkin kekuatannya." Master kembali berkesimpulan. "Itu saja laporan dari Cabang London yang bisa kita terima sekarang," ujar Master mengakhiri laporannya sembari memandang ke semua peserta rapat.

Terakhir, pandangannya yang tajam teracung pada Berenike.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro