11
Master meremas pesawat kertas dari Hermes yang mendarat di mejanya. Ia tidak bisa menerima kekalahannya, begitu juga kantor pusat Elpis Commander di Athena. Mereka telah kehilangan ratusan anggota pasukan akibat pemadaman Tekhne di kota tua Akropolis.
Terlebih, kota itu sekarang hancur delapan puluh persen, serta meninggalkan jejak-jejak enigma yang akan digodok oleh media Yunani ataupun media internasional, bahkan dikalangan penggemar teori konspirasi akan muncul narasi perang alien atau apapun itu yang bisa Pak Tua itu pikirkan di balik meja kerjanya.
Ia pun mengambil tongkat jalannya yang berukuran sepanjang satu meter, di ujung tongkat itu bertahtakan batu permata berwarna keemasan, sementara tangkainya merupakan tangkai dari kayu bankirai yang berwarna coklat cenderung merah, tidak ada ukiran apapun di sana.
Ia berdiri di depan mejanya, menghadap pintu ruang kerja dan berkonsentrasi. Angin gaib entah datang dari mana membuat rambut putih panjangnya bergerak-gerak ke sana-ke mari, ia ketukkan tongkat yang ia bawa sekali di lantai, lingkaran magis berwarna keemasan muncul di sana.
Master membuka matanya, menampakkan bola mata birunya yang di balik keriput kulit kelopak matanya. Ia angkat tongkat itu ke kanan tubuhnya, kemudian disapukan permatanya yang bersinar dari kanan ke kiri. Dari udara kosong muncul layar gaib semacam layar hologram yang ditemui dalam film bergenre fiksi sains.
Di telinganya terpasang alat komunikasi yang sama dengan yang dipakai Rose dan juga orang-orang di pusat komando.
"Selamat malam, Master," sapa sebuah suara wanita yang masuk ke telinganya.
"Bagaimana perkembangannya?" tanya Master tanpa basi-basi.
"Radar menunjukkan aktivitas sihir dari pihak lawan, juga ada aktivitas sihir dari pihak kita. Hanya saja ada yang aneh ...," ujar wanita itu.
"Apa?"
"Pihak kita baru saja mengejar pihak lawan, bahkan mereka belum mengeluarkan sihir. Namun, ada dua orang yang menggunakan sihir itu--ah, hilang, titik emasnya ...."
"Segera hubungi Rose!" Master memerintah.
"Hubungkan dengan Nyonya Rose!" Wanita itu meneruskan perintah Master ke tim di pusat komando.
"Nyonya Rose terhubung, meminta jalur pengeras suara!" teriak salah seorang di ruangan itu.
"Izin diberikan!" balas wanita itu.
"Halo, Jennifer, ada apa? Kami sedang berusaha mengejar titik yang barusan hilang tadi." Suara Rose keluar lewat pengeras suara dan masuk ke telinga Master.
"Titik emas yang hilang itu ... kau yakin bukan salah satu dari tim yang sekarang terjun ke lapangan?" Jennifer bertanya balik.
"Aku baru saja mengonfirmasi ewat Chelsea, anggota tim masih lengkap."
"Baiklah, silakan dilanjutkan pencariannya."
Percakapan berhenti. Master terlihat sedikit berpikir, lalu ia meminta untuk menyambungkan seluruh hasil kamera yang sudah diluncurkan kemarin di layar utama.
"Kita hanya bisa melihat per lima puluh hasil kamera, Master. Total yang diluncurkan sekitar tiga ratus kamera, apakah Master ingin pencarian difokuskan pada area di mana titik tadi berada?"
"Ya, lakukan," balas Master.
"Mempersempit pencarian di koordinat yang difokuskan, radius pencarian dari koordinat: sepuluh kamera dengan hasil area pandang radial sejauh satu kilometer di masing-masingnya."
Master melihat layar utama memperlihatkan areal pandang London dari atas, titik koordinat mendarat di sebuah rumah penduduk lokal, di sana ada tumpukan kain di samping rumah, jendela dibiarkan terbuka begitu jug bagian gerbang rumah.
Ia mengedarkan pandangan dan menemukan dua buah mobil yang saling kejar mengejar dan mengebut di jalanan, lalu aktivitas sihir kembali terdeteksi.
"Jennifer!" teriak Master.
"Rose, segera menuju koordinat yang dikirim padamu!" Jennifer saling berkomunikasi dengan Rose yang sedang melayang di atas langit London.
Rose dan yang lain mengikuti arahan tim komando untuk bergerak tak jauh dari titik koordinat yang dikirimkan. Tempat aktifnya titik ungu dan dua titik emas misterius.
"Di sana!" Seorang lelaki pirang berteriak di alat komunikasi.
Ia menunjuk sebuah ledakan yang berasal dari mobil yang dakibatkan oleh tembakan sinar serta lingkaran sihir berwarna ungu dari mobil terdepan yang sedang ugal-ugalan di jalanan London.
"Semuanya, ikuti mobil itu!" Rose memerintah.
Chelsea mencoba menyerang menggunakan melodi magisnya, tetapi serangannya hancur bahkan sebelum keluar. Ia sempat melihat ada cahaya ungu yang muncul dari atas kap mobil, ia mencoba sekali lagi memetik senar di lira miliknya, tetapi yang terjadi, sinar ungu di atas kap mobil itu semacam melumpuhkan sihirnya tepat sebelum ia bisa menembakkan sihirnya.
"Nyonya Rose, sepertinya ada yang melindungi mobil yang di depan," lapor Chelsea.
Rose segera memfokuskan tangan kanannya, ia memosisikan tangannya seperti sedang menggenggam sesuatu, dan sebuah tongkat sepanjang satu meter. Kepala tongkat itu berbentuk seperti bunga mawar yang sedang merekah. Tongkatnya berwarna putih dan terbuat dari logam, begitu pula mawar merah di kepala tongkat itu.
Ia menggerakkan tongkatnya ke arah mobil yang paling depan, lingkaran magis berwarna semburat keemasan muncul, di ujungnya muncul lagi lingkaran magis yang lebih kecil berwarna merah muda. Dari lingkaran sihir yang paling kecil, ditembakkan sebuah cahaya berwarna merah muda. Namun, baru satu meter sihirnya meluncur, sinar itu segera meluruh menjadi serbuk-serbuk--hancur.
Ia sempat melihat lingkaran magis berwarna ungu di atas kap mobil bersinar dan melumpuhkan sihirnya. Sebelum berhasil mengenainya.
Rose berdecih. "Sial, apakah mereka memakai azimat?"
Kini mereka, baik yang melayang di atas langit London maupun dua mobil yang saling mengejar itu, kini memasuki Jembatan London. Mobil paling depan menembakkan sihirnya ke sebuah mobil hingga meledak. Mobil kedua segera banting kemudi, tetapi sepertinya tak dapat mengontrol belokannya hingga penyok menabrak birai jembatan yang disangga kabel-kabel baja.
Lalu lintas segera berhenti, Rose dan seorang pria berinisiatif turun dari langit London, beserta beberapa orang lainnya. Sesampainya di jembatan, Rose membuat seluruh warga terbengong kaget, terpana, ataupun takut. Lalu ia mengaktifkan sihirnya. Rose mengetukkan tongkatnya berulang kali di aspal jalan, kemudian lingkaran magis mulai mereka darinya seperti bunga mawar raksasa yang berukuran lima kilometer dan terus membesar, sinar merah muda menyala dan membuat mata warga biasa silau.
Beberapa detik kemudian, sinar itu padam dan seluruh orang hanya bisa melihat Rose dan orang-orang lainnya memakai seragam polisi.
"Selamat malam, Polisi di sini. Nyonya, apa kau bisa menjelaskan apa yang terjadi di sini?" tanya Rose.
"Ah, mobil yang menabrak pembatas itu tadi terlihat mengebut lalu tiba-tiba sebuah mobil di depannya meledak kemudian mobil yang mengebut itu banting kemudi hingga menabrak pembatas."
"Meledak karena?" tanya Rose sekali lagi.
"Tidak tahu! Tiba-tiba saja seperti ... bum!" Rose mengangguk puas mendengar jawaban seorang wanita di depannya, berarti sihir manipulasinya berhasil.
Para pasukannya yang melayang turun pun kini hanya bisa dilihat sebagai tim polisi dan para medis menggunakan mobil untuk mengevakuasi korban dan mengatur jalannya lalu lintas.
Master sempat melihat noda hitam di tangan Iris sedikit berpendar keemasan.
"Jennifer, teruskan ke Rose, bawa gadis itu ke fasilitas kesehatan Elpis Commander!"
"Eh." Jennifer tergeragap.
"Lakukan saja, akan kujelaskan detailnya nanti." Perintah pun diteruskan, Rose menyanggupinya, tapi untuk malam ini, sekali lagi Elpis Commander kehilangan jejak mengejar pihak lawan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro